Jangan Minder Menjadi Santri, Sang Kaum Sarungan
Hari Santri Nasional Bukan Hari Biasa. Memaknai Hari santri ini, tentu mengandung fakta dan sejarah tercetusnya hari santri yaitu di adopsi pada tanggal 22 Oktober 1945 dimana para Kyai, ulama-ulama NU berkumpul untuk bermusyawarah yang isinya seruan untuk berjihad, tapi bukan jihad yang kita kenal sekarang. Jihad kyai-kyai ulama NU pada masa itu adalah bagaimana cara mempertahankan NKRI, kemerdekaan negri ini walaupun darah dan nyawa menjadi taruhanya.
Maka dari itu tentunya kita sebagai santri tentunya harus melanjutkan semangat perjuangan-perjuangan santri terdahulu yang rela berdarah-darah mengokang senjata, mengokang bambu runcing, hanya bermodalkan bismillah La Haula wala quwwata illa Billah untuk melawan penjajah. Karena suatu negara atau rumah besar tidak akan tenang kalau sedang di malingi atau di jajah. Maka dari itu kita jangan pernah Malu, Jangan pernah minder sebagai santri sang kaum sarungan. Karena santri adalah bagian pewaris bumi Pertiwi dan merupakan salah satu ujung tombak perjuangan kemerdekaan bagi tegaknya NKRI.
Adalah Santri mereka yang memperjuangkan ideologi Pancasila, yang setia mengaji siapapun, apapun profesinya baik itu buruh, PNS, direktur, pejabat, Mentri, sampai presiden. Untuk menyikapi bagaimana pejuang-pejuang santri kaum sarungan kita pada saat dulu kita harus terus mengaji.
Sebenarnya sekarang juga kita belum merdeka, sebagai santri kita sekarang juga masih berjuang, dan musuh kita sangat nyata. Sebenarnya musuh besar kita bukan mereka yang berbeda madzhab, yang berbeda Agama, melainkan musuh kita adalah diri kita sendiri. Kita melawan diri kita yang mulai bodoamat dengan NKRI, yang mulai luntur semangat patriotisme dan nasionalisme, melawan diri sendiri yang mulai malas untuk menjadi lebih baik dan mulai malas untuk mengaji.
Jangan Pernah Lelah Mencintai Indonesia yang me-nusantara.