Keikhlasan
Keikhlasan, merupakan bentuk dari kesempurnaan Ahlaq manusia.
Keikhlasan itu bagai mahkota raja, yang hanya di anugrahkan pada manusia tertentu, yang tidak semua manusia memilikinya, dan tidak semua manusia mampu, dan bisa mendapatkannya.
Manusia dengan segenap egonya.
Dengan semua kebutuhan yang melingkupi dirinya, tidak akan bisa terlepas dari sifat hitung-hitungan.
Manusia umumnya, memiliki kecenderungan mementingkan hal yang berkaitan dengan keduniawiannya, hal ini lantas akan berimbas, pada bawah sadarnya, dengan begitu, tak terasa ia membentuk dirinya, menjadi manusia yang berorientasi pada nilai-nilai nominal, perhitungan-perhitungan finansial, yang membuatnya sulit menghindari godaan duniawi ini.
Manusia seperti itu, akan sulit mengenali kemuliaan.
Maka ia akan selalu mencari keuntungan, seberapa besar maslahat yang bisa ia bawa pulang untuk kepentingan dirinya, dan keuntungan baginya.
Dengan kata lain, hal yang paling jelas, keikhlasan di masalah bermuamalah dalam interaksinya dengan sesama manusia, akan terukur ketika ada peluang dimana antara duniawi dan keikhlasan diperlukan hadir di sana.
Keduniawian itulah yang akan menjauhkan manusia dari kemulyaan.
Dan keduniawian itulah yang mendekatkan manusia pada keserakahan, ketamakan, kerakusan, dan ia tak mementingkan ke maslahatan bersama, yang ada, keuntungan dan perhitungan-perhitungan finansial, menjauhkannya dari keikhlasan sempurna, untuk mendapatkan anugrah terbaik dari Gusti Allah, yakni mendapat mahkota para raja, yang tidak ia dapatkan sama sekali.
Hingga jika keikhlasan itu harta berharga, perbendaharaan alam Surga yang di simpan Allah di muka bumi, yang dengan itu, keikhlasan ini mampu membuka pintu rezeki sebesar-besarnya bagi ia kedepannya, maka tetap, orang yang orientasinya duniawi ini, tak akan pernah tertarik mengambil ikhlas.
Ia lebih senang mendapat untung sesaat, sebab… ia berhitung secara kalkulasi dunia, bahwa ia telah mendapatkan untungnya, walaupun untung itu, hanya sesaat.
Pikirnya, kesempatan tak akan datang dua kali dalam hidupnya.
Orentasi dunia ini bagai sebuah jebakan, manusia dibutakan dengan bayangan hadirnya keuntungan harta duniawi yang akan ia dapat.
Karena orentasi dunianya, maka hal berharga dalam bentuk keikhlasan yang harusnya ia dapat, yang nantinya ini akan membuka pintu rezeki langit, yakni, akan datangnya keuntungan yang lebih besar yang bisa menghampirinya, itu akhirnya nihil, hilang, dan menjauh darinya.
Manusia yang orentasinya duniawi, ia akan memilih keuntungan sesaat, dan tak akan pernah memilih harta berharga, yang akan membuka pintu rezeki sebesar-besarnya bagi dirinya.
Dan kita yang tak terlatih untuk mendidik jiwa, dibesarkan dengan pola hitungan duniawi yang harus menguntungkan, tidak pernah terdidik membangun keikhlasan, membangun kemurnian niat, ketulusan, dan kerelaan diri.
Maka keikhlasan dalam bermuamalah, dalam bentuk keikhlasan apapun yang kita dapat, dan kita mampu kerjakan, itu akan membuat kemuliaan kita muncul secara perlahan.
Dan semakin menguat takala kita terus melakukan kebaikan-kebaikan, yang bertolak belakang dengan orentasi dunia, maka ketika kita sudah mampu mengedepankan keikhlasan, maka dunia nanti yang akan mengejar ngejar kita.
Keikhlasan adalah sayap malaikat yang mampu membuat kita terbang meninggi, keikhlasan merupakan bentuk pesona kemuliaan malaikat yang bisa kita dapatkan.
Belajar membangun keikhlasan berarti belajar menjadi sosok manusia istimewa, dan manusia istimewa dengan keikhlasan yang ia punya, itu akan mampu, menjadikannya raja dunia walau tanpa mahkota, dan tanpa harta.
Alhamdulillah
Semoga bermanfaat
Bambang Melga Suprayogi M.Sn.