Ketum PBNU: NU Didirikan untuk Menjawab Tantangan Zaman
Dalam sambutan di Muktamar NU ke-34 di Pondok Pesantren Darussa’adah di Desa Seputih Jaya, Kecamatan Gunung Sugih, Lampung Tengah, Rabu (22/12/2021), Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menyampaikan bahwa NU didirikan untuk menjawab persoalan dan tantangan zaman karena Islam memiliki posisi untuk menciptakan warna di tengah kelamnya perkembangan zaman saat itu.
NU lahir di tengah dunia yang tengah dihadapkan dengan berbagai persoalan, mulai dari perang dunia pertama, sistem monarki, hingga gelombang radikalisme. “Pada tataran global, Perang Dunia Pertama baru saja usai, sistem monarki berbasis agama mulai terasa tak memadai, dan gelombang Wahabisasi sebagai embrio radikalisme berkibar dari Hijaz,” tutur terang kiai kelahiran Cirebon, 3 Juli 1953 itu.
Dunia saat itu diliputi pertanyaan besar. “Apakah selepas perang demi perang, setelah begitu banyak darah tumpah, kita sebagai umat manusia bisa hidup untuk saling berbagi di atas bumi Allah ini. Kalaupun bisa, bagaimana caranya ?” ucapnya.
Karena itulah, “Islam harus terlibat memberi warna pada zaman yang tak menentu, mencari-cari cara agar cahaya Allah terlihat dan tak padam oleh kekufuran. Pada saat itulah para kiai terpanggil menjawab setiap tantangan pergolakan zaman itu lewat sudut pandang agama,” katanya.
Bersamaan dengan hal tersebut, patriotisme di Nusantara menurutnya sudah menemukan wujudnya, untuk melawan penjajahan, kemiskinan, dan ketidakadilan. Era itu dikenal sebagai kebangkitan nasional.
“Di era itu, NU sebagai jam’iyyah sepenuhnya lahir dari transformasi praktik kemandirian jama’ah, yakni kemandirian komunitas pesantren yang selama berabad-abad bertahan hidup dalam tekanan kolonialisme,” ungkap alumnus Universitas Umm Al-Qura Mekkah, Saudi Arabia itu.
“Dari sanalah saya menghayati betapa berartinya NU di Indonesia dan dunia,” sambung Kiai Said.
“Bila Anda membaca sejarah dan naskah konstitusi negara-negara Arab, Anda akan segera tahu betapa mahal dan berharga naskah Pembukaan UUD 1945 yang kita punya,” tegasnya.
Sebagai informasi, pembukaan Muktamar ke-34 NU di Lampung dibuka secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) ditandai dengan penabuhan rebana. Ia didampingi Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin, Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, dan Gubernur Provinsi Lampung Arinal Junaidi.