The news is by your side.

KH IDHAM CHALID: Sosok Santri yang Mendunia

Andri Nurjaman – KH. Dr Idham Chalid merupakan cendikiawan Islam sekaligus negarawan yang lahir di Setui Kalimantan Selatan pada 27 Agustus 1922. Idham Chalid merupakan seorang santri, latar belakang pendidikannya di mulai dari Madrasah Islam di Pekapuran, pendidikan menengah dan lanjutannya di tempuh di Pondok Modern Gontor, oleh karena itu seorang Idham Chalid adalah santri modern lulusan Gontor yang cakap berbahasa asing (Inggris dan Arab) termasuk bahasa Belanda karena memang sosok yang lahir pada masa Belanda. Bahasa Jepang juga dikuasianya melalui pendidikan di Jakarta.

KH Idham Chalid juga aktif dibeberapa organisasi termasuk menjadi kepala sekolah Madrasah Rasyidiyyah dan mendirikan Itti’hadul Ma’had Islamiyyah (IMI). Tidak puas di bidang pendidikan, Idham Chalid mulai berkiprah pada bidang politik sehingga aktif di Nahdlatul Ulama, diantaranya di Gerakan Pemuda Ansor, PB Ma’arif NU, Majelis Pertimbangan Politik PBNU, Ketua Lajnah Pemilihan Umum NU, dari sini beliau terpilih sebagai anggota DPR dari fraksi NU pada tahun 1955.

Setahun setelah itu KH Idham Chalid terpilih sebagai ketua umum PBNU. Pada masa kekuasaan presiden Soekarno khususnya ketika demokrasi terpimpin KH Idham Chalid pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri, Anggota Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) dan Wakil Ketua MPRS. Sedangkan pada masa orde baru karena sosok KH Idham Chalid yang bisa masuk keatas dan kebawah membuatnya dipercaya oleh presiden Soeharto untuk tetap menjabat di pemerintahan, beliau pernah menjabat sebagai Menteri Kesejahtraan Rakyat, Ketua PPP, ketua MPR dan DPR RI, Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Adapun di NU, setelah beliau lengser dari ketua umum PBNU, KH Idham Chalid menjadi Mustasyar PBNU dan Rais Am JATMAN. Beliau juga mempunyai lembaga pendidikan bernama Darul Ma’arif di Jakarta Selatan dan Darul Qur;an di Cisarua Bogor.

KH Idham Chalid yang merupakan santri lulusan Madrasah Rasyidiyyah dan Pondok Modern Gontor telah berperan aktif untuk kemajuan bangsa dan agama. KH Idham Chalid telah melakukan perlawanan fisik pada masa penjajahan Belanda. Hal ini menguatkan mengenai peran santri dalam perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Sosok Idham Chalid adalah sosok santri yang cinta akan ilmu, ini dibuktikan dengan latar belakang pendidkannya di dunia pendidikan formal dan nonformal, bahkan beliau akan melanjutkan studinya ke Al-azhar Mesir namun tidak jadi. Peranannya sebagai seorang santri yang terdidik bagi dunia pendidikan adalah dimulai ketika menjadi kepala sekolah di Madrasah Rasyidiyyah, bahkan ketika beliau sudah terpilih sebagai ketua PBNU program utamanya adalah mendirikan sekolah-sekolah dan madrasah-madrasah yang tidak dipungut biaya bagi masyarakat kelas menengah kebawah. Idham Chalid pun mempunyai lembaga pendidikan yang didirikannya di Jakarta dan Bogor sebagai legitimasi bahwa dirinya seorang santri yang ingin memajukan pendidikan di Indonesia.

Kiprah dirinya di dunia pendidikan belum merasa puas, oleh karena itu beliau terjun kedunia politik untuk ikut berperan dalam pembangunan nasional. KH Idham Chalid menjabat di pemerintahan dalam dua masa kekuasaan, yaitu pada orde lama dan orde baru, sebuah fenomena yang luar biasa, seorang lulusan pesantren bisa dipercaya dan menduduki jabatan yang tinggi dipemerintahan pada saat itu pada skala nasional.

Prestasi demikian lantas tidak merasa puas, KH Idham Chalid ingin berkontribusi lebih jauh, bahkan didunia Islam secara internasional. Pada tahun 1965 terjadi suatu situasi politik internasional yang mengancam dunia Islam pada khususnya, yaitu suatu bentuk penjajahan baru, hal ini disebut dengan istilah neo kolonialisme dan neo imperialisme. Penjajahan bentuk baru tersebut membuat suatu sistem ketegantungan kepada negara-negara besar dalam berbagai bidang termasuk bidang ekonomi, politik, sosial bahkan agama. Hal ini mengancam umat Islam secara keseluruhan.

Oleh karena itu pada tahun 1965 umat Islam seluruh dunia khususnya umat Islam di Asia dan Afrika membuat kekuatan politik yang bersifat internasional pula untuk menjawab persoalan-persoalan dunia Islam pada saat itu, juga untuk membuat kekuatan dan solidaritas diantara umat Islam sendiri. Konferensi Islam Asia Afrika ini diadakan di Indonesia tepatnya di Gedung Merdeka dan konferensi ini dipimpin oleh KH Idham Chalid, seorang santri dari Kalimantan Selatan, seorang santri lulusan Madrasah Rasyidiyyah dan Pondok Modern Gontor. KH Idham Chalid mempimpin Konferensi ini mulai sejak awal sampai akhir.

KH Idham Chalid saat Konferensi Islam Asia Afrika 1965 di Gedung Asia-Afrika, Bandung

KH Idham Chalid berperan sangat sentral dalam Konferensi Islam Asia Afrika. Beliau bekerja sebagai ketua panitia nasional dan organizing committee yang mengadakan pertemuan pada tahun 1964 untuk mengadakan konferensi pendahuluan, membicarakan tata tertib konferensi dan susunan delegasi. Ketika Konferensi Islam Asia Afrika dimulai pada 7 Maret 1965 KH Idham Chalid terpilih sebagai ketua sidang yang memimpin lajunya sidang KIAAA tersebut. Dari Konferensi Islam Asia Afrika ini membuat KH Idham Chalid terpilih menjadi Presiden Organisasi Islam Asia Afrika.

Kepemimpinan KH Idham Chalid di Konferensi Islam Asia Afrika menunjukan sosok santri yang mempunyai jiwa kepemimpinan yang cakap, segala permasalah didunia Islam dicoba diselesaikan pada konferensi tersebut dan beliau yang memimpinnya. Perjuangan KH Idham Chalid bagi Islam dan bagi Negara ini yang membuatnya menerima berbagai penghargaan termasuk penghargaan sebagai pahlawan nasional.

Santri hari ini harus meniru apa yang telah dicontohkan oleh sosok KH Idham Chalid tersebut. Sosok santri yang cintai ilmu sehingga menjadi seorang cendikiawan muslim, pangkat yang disandang Idham Chalid adalah Kyai Haji dan Doktor, sebuah perlambangan keseimbangan intelektualitas pada diri Idham Chalid, yaitu intelektual-religius. Santri hari ini harus mempunyai keseimbangan intelektual-religios tersebut untuk berkiprah dalam memajukan Indonesia hari ini.

Dari sosok KH Idham Chalid jugalah kita diajarkan untuk mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia, Idham Chalid telah berperan aktif dalam perjuangan kemerdekaan, berjuang didunia pendidikan dan politik. Kita santri hari ini harus bisa mengambil peran positif dalam kemajuan pendidikan baik pendidikan nasional maupun pendidikan pesantren. Bahkan KH Idham Chalid telah memperlihatkan sebuah contoh kontribusinya bagi dunia Islam yang luas melalui Konferensi Islam Asia Afrika diatas. Hemat saya, kita santri hari ini harus banyak belajar dan meniru apa yang telah diteladankan oleh sosok KH Idham Chalid.

Wallahu’alam.

Andri Nujaman, Penulis
Penulis
Andri Nurjaman

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.