Lingkaran di Kalender Kiai
Beda zaman dan berbeda era, berbeda pula cara seseorang mengondisikan kesibukannya setiap hari. Di zaman digital, seseorang dengan mudahnya dapat mencatat berbagai agenda di smartphone. Lengkap dengan tanggal, jam, dan keterangan dari agendanya tersebut. Bila perlu dibunyikan alarm agenda sebagai penegas dan pengingat.
Namun, berbeda dengan zaman di mana internet dan teknologi digital masih jauh dari jangkauan manusia, terutama masyarakat di kampung, tak terkecuali para kiai pemimpin pondok pesantren yang mempunyai agenda cukup padat menghadiri undangan memimpin pengajian, tahlil, dzikir, ziarah, slametan, dan lain-lain.
Sebetulnya smartphone bisa diganti dengan buku catatan khusus, namun tidak dilakukan seorang kiai. Jadi, sudah menjadi kebiasaan para kiai pesantren tidak menuliskan agenda dalam buku khusus. Tetapi mereka hanya membuat lingkaran di kalender yang terpampang di ruang tamunya.
Semakin banyak lingkaran, semakin sibuklah sang kiai. Sejurus dengan itu, semakin kebingungan juga sang kiai, agenda mana yang harus ia kunjungi.
Tulisan di kalender tidak nampak jelas, ditambah lagi dengan tulisan campuran huruf latin kearab-araban atau huruf Arab yang sulit dibedakan dengan sandi rumput.
Dengan kondisi seperti itu, akhirnya sang kiai hanya akan menunggu telepon dari panitia atau shohibul bait.
”Kriiiing…..”
“Ya halo, dengan siapa ini?” tanya sang kiai.
Maka terdengarlah jawaban dari pihak panitia. “Saya sendirian kiai, tidak sedang dengan siapa-siapa.” (Fathoni)
Sumber : NU Online