Majelis Ta’lim Kripik Singkong Menyambut Hari Kesaktian Pancasila

Pengajian yang diadakan setiap Dwimingguan oleh Muda-Mudi NU Kota Bandung yg dimotori oleh Ikatan Pelajar Putra & Putri Nahdlatul Ulama serta Banom NU di Kota Bandung kali ini Mengangkat tema “Piagam Madinah & Pancasila”.
Acara diikuti oleh lebih dari 250 an peserta ini berlokasi di Aula Gedung PCNU Kota Bandung Jl Sancang No 8.
Kali ini para panitia acara mengangkat tema sesuai tgl 1 Oktober yg biasa rakyat Indonesia sebut Hari Kesaktian Pancasila.
Acara yg di gelar pada siang menuju sore hari itu dibuka oleh Rekanita Resti anggota Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama Kec. Babakan Ciparay yg juga salah seorang santriwati PKMW Taman Belajar AL-AFIFIYAH dan di lanjut shalawat yg di iringi tepakan hadroh Al-Banjari Asli khas Sekumpul, Martapura, Kalimantan Selatan oleh para Santri PKMW Taman Belajar AL-AFIFIYAH.
Acarapun di lanjut dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an surah Al-Mulk serta tawasul dipimpin KH. Wahyul Afif Al-Ghafiqi/Kyai Mako (SEKNU) mendoakan para Pahlawan,para kyai serta Korban tragedi G.30.S/PKI.
KH Wahyul Afif Al-Ghafiqi yg akrab di sapa Kang Mako, siang itu berkesempatan memberikan wejangan/tausiah di hadapan para hadirin yg didominasi oleh kaum muda mudi Nahdlatul Ulama
Dalam tausiah nya beliau mengutip kisah Nabi Saw saat melakukan perjanjian kesepakatan(Konsensus) dengan penduduk Kota Madinah ketika kanjeng Nabi berhijrah dari Mekah ke Madinah.
“Ketika Rosululloh SAW. Hijrah… masa itu di Madinah belum semuanya beragama Islam, ada yg beragama Yahudi, Nasrani ,Penganut Kepercayaan ,Penyembah berhala DLL” Ujar Kang Mako
Beliau juga menerangkan kenapa Rosululloh SAW.melakukan musyawarah dengan Penduduk Madinah tiada lain untuk menemukan titik temu kesepakatan atau konsensus yg kemudian dikenal dengan sebutan Piagam Madinah, inilah Declaration Of Human Right pertama di bumi kata kang Mako.
Hal yg dilakukan Rosululloh Saw itu tiada lain demi menjaga keamanan dan serangan dari luar Madinah dimana sebagai sesama manusia yg tinggal disebuah wilayah Kota Madinah harus saling menghormati, saling menjaga, serta menghilangkan kebencian serta kecurigaan-kecurigaan, hidup saling berdampingan dan saling melindungi maka dibuatlah kesepakatan tersebut.
Kang Mako juga menambahkan bahwa Situasi di Indonesia saat ini mirip seperti di Madinah saat Nabi Saw membuat kesepatakan atau lebih di kenal sebagai Piagam Madinah itu.
“Di Indonesia ini penganut berbagai agama dan kepercayaan ada di negeri ini, suku bangsa bermacam-macam dll. Maka tidak heran kalo kemudian para Ulama, Kyai mengambil contoh apa yang dilakukan Rosululloh SAW. Saat membuat Piagam Madinah sebagai landasan saat mendirikan Indonesia yang berlandaskan Pancasila sebagai dasar negara. Pancasila sebagai titik temu kesepakatan yang bisa di terima oleh semua kalangan masyarakat di Indonesia, Baik dari Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha,Kong Hu Cu dll.
Jadi setiap kita namun kita harus ingat bahwa kita berada didalam wadah yg besar yaitu Indonesia,dimana ada penghuni lain didalam rumah bernama Indonesia ini tidak hanya orang dari suku dan agamamu saja.”lanjutnya
Kata Kang Mako juga bahwa di dalam kesepakatan Piagam Madinah itu ada pernyataan tentang menghargai perbedaan, bahwa kita semua hamba Allah walaupun berbeda keyakinan.
Katanya juga bahwa Kaum Yahudi dan Muslimin yg ada di Madinah saat itu kalau serang oleh orang luar, maka mereka sudah siap bersama-sama untuk melawan musuh yg ingin menghancurkan Madinah.
“Belajarlah dari masuknya Islam Ke Spanyol, seorang Abdurrahman Addakhil dengan 400 orang bisa menaklukan eropa. Karena mereka membawa Islam yang ramah dan penuh perdamaian bukan permusuhan”ujarnya
Beliau juga menjelaskan bahwa Islam itu memimpin Eropa selama lebih 300 tahun. Terdapat banyak sumbangsih Islam bagi dunia yang dikembangkan di Eropa yang berpusat di Andalusia/Spanyol tepatnya di Cordoba.ada universitas Cordoba, Universitas Sevilla, Universitas Toledo(pusat penerjemahan). Masjid Al-Hamra(istana merah) di Granada,
Telitilah Bahwa Penyusun Kitab Ilmu Nahwu Alfiyyah adalah Imam Ibnu Malik dari Andalusia.Ibnu ‘Arabi, Fatimah Al-Mutsanna, Ibnu Rusyd, Musa bin Maimun dll.
Diceritakan juga tentang seorang panglima perang Islam yang gagah perkasa bernama Abdurrahman Al-Ghafiqi yg berperang melawan Kaisar-Kaisar dan penguasa eropa pada zaman itu.
Kang mako juga menceritakan kisah pasukan Abdurrahman Al-Ghafiqi yg tergoda pada harta rampasan dan lalai terhadap komando Abdurrahman Al-Ghafiqi yg akhirnya pasukan tersebut di oleh pasukan pimpinan Rustam disekitar pegunungan Appenina.
“Ketika hampir seluruh Eropa merasakan kemakmuran dan tingginya ilmu pengetahuan dan peradaban sebagai keberkahan atas masuknya Islam di Eropa . munculah aliran Neo Khawarij kelompok yang beraliran keras/radikal mengoyak persatuan dan kenyamanan di Eropa,namanya Murabitun. Mereka memaksakan Islam secara texstual, menampilkan wajah Islam yang kaku ,akhirnya menerima penolakan dari masyarakat Eropa. Dan yg paling parah mereka meruntuhkan makam St.James /Rasul James sahabat Nabi Isa,mereka meluluhlantakkan kota Santiago tempat dimana makam orang suci itu berada”jelas Kang Mako


Kata beliau juga menegaskan dikarenakan kaum Neo Khawariz alias Murabitun itu tidak ramah terhadap keyakinan oranglain.akhirnya Bersatulah seluruh kerajaan Kristen di Eropa dan memicu Perang Salib, hingga terusirlah Islam dari bumi Eropa saat itu.
Bagaimana dengan Nusantara… Ketika islam masuk ke Indonesia, Para Wali Songo masuk dengan cara yg lembut, bijaksana dan masuk perlahan melalui budaya untuk berdakwah di Indonesia.
“Seperti siraman pengantin, wayang Dll. Dan akhirnya Nusantara ini menjadi mayoritas yg beragama Muslim berkat keshalehan dan kecerdasan para Wali Songo,
Para pendiri Bangsa ini serta ulamanya sangatlah faham bahwa keberagaman adalah kekayaan tak terhingga dari Bangsa ini dan di Bingkai dalam konsensus bernama Pancasila, seperti halnya piagam Madinah adalah Adalah Pemersatu Semua Pihak” ujarnya sambil menutup tausiahnya dengan doa keberkahan khususnya untuk para hadirin yg menyempatkan hadir siang itu.