Ma’rufnomics, Gagasan Sang Ekonom Putih

Menengok Pemikiran Arus Baru Ekonomi Indonesia a la KH Ma’ruf Amin
Menengok rekam jejaknya, KH. Ma’ruf Amin tidak saja sebagai seorang ulama, tetapi juga seorang pemikir ekonomi. Dan bukan hanya pemikir ekonomi syariah, tetapi juga bidang ekonomi lain, seperti bidang pemberdayaan, kemitraan, dan juga mendukung program redistribusi aset yang selama ini digaungkan Presiden Jokowi.
Pemikiran ekonomi Ketua Dewan Syariah Nasional MUI tersebut tersingkap dalam buku yang berjudul “Arus Baru Ekonomi Indonesia” karya M Azrul Tanjung, dkk, yang baru saja dirilis ke publik beberapa waktu lalu.
Melalui buku tersebut, kita bisa mengetahu bahwa KH. Ma’ruf Amin akan mengusung konsep yang agak berbeda bila terpilih menjadi Wakil Presiden bersama Presiden Joko Widodo nanti. Mantan Rais ‘Aam PBNU itu diketahui akan mengajukan konsep arus baru ekonomi, yang akan mengeliminasi arus lama sebelumnya.
Lantas, seperti apa yang disebut arus lama tersebut? Dan, seperti apa arus baru ekonomi yang diusungnya?
Arus lama yang dimaksud oleh KH. Ma’ruf Amin merupakan paham ekonomi yang bertolak dari teori trickle down effect. Praktik ekonomi yang menerapkan paham ini ternyata membawa pertumbuhan ekonomi, tetapi mengabaikan pemerataan. Sehingga, pembangunan ekonomi hanya menciptakan kelas konglomerat baru.
Berlawanan dengan itu, KH. Ma’ruf Amin ingin membalik lajur pembangunan ekonomi itu. Bila sebelumnya itu terlihat ‘top-down’, ke depan akan dibalik menjadi ‘bottom-up’, yakni pembangunan yang menjadikan rakyat sebagai fokus utama pembangunan kesejahteraan bangsa.
Dalam paham ini, inti pembangunan adalah sumber daya manusianya itu sendiri Alhasil, pemerataan pembangunan merupakan elemen pertama untuk menciptakan tatanan masyarakat yang sejahtera bersama.
“Saya mengusung arus baru ekonomi Indonesia. Kenapa arus baru? Karena arus lama melahirkan konglomerat. Dengan teori trickle down effect, maksudnya supaya menetes ke bawah, ternyata tidak menetes. Karena itu pembangunan ekonomi harus kita balik. Dari bawah ke atas dengan rakyat sebagai fokus utama pembangunan kesejahteraan bangsa,” begitu kata KH. Ma’ruf Amin dalam peluncuran buku berjudul Arus Baru Ekonomi Indonesia, Jakarta, Selasa (13/11).
Arus Baru Ekonomi Indonesia digali dari khasanah bangsa Indonesia sendiri. Menurut pengakuan KH. Maruf Amin, arus baru ekonomi Indonesia tersebut pada hakikatnya berakar dari sila kelima Pancasila.
“Pada hakikatnya arus baru ekonomi Indonesia berakar dari sila kelima Pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” jelas Mantan Ketua MUI ini.
Berdasarkan pada sila kelima Pancasila itulah arus baru ekonomi Indonesia akan berusaha mengikis berbagai disparitas antara kaum pemilik modal besar dengan pemodal kecil, antara produk global dan lokal, serta antara yang kaya dan yang miskin.
Kemudian, arus ekonomi baru ini juga harus dimulai dari umat atau dimulai dari bawah. Menurut Kiai Ma’ruf, jika ekonomi umat kuat, maka bangsa dan negara Indonesia akan kuat.
“Karena umat, bagian terbesar dari bangsa ini, kalau umatnya kuat maka bangsa akan kuat, kalau umatnya lemah secara ekonomi maka bangsa ini akan lemah. Jadi, pembangunan ekonomi itu harusnya dimulai dari bawah, ekonomi keumatan,” ujar Ma’ruf dalam sambutannya.
Arus baru ekonomi juga memuat konsep kemitraan antar sesama pelaku ekonomi. Tujuan dari konsep ini, kata Ma’ruf, untuk menguatkan kekuatan ekonomi pelaku usaha yang memiliki sumber ekonomi yang rendah.
“Kemitraan ini dengan mengkolaborasi antara pelaku ekonomi, antara pelaku usaha yang lemah dengan yang kuat. Bukan harus melemahkan yang kuat tetapi menguatkan yang lemah, sehingga terjadi penguatan-penguatan, baik yang kuat juga yang lemah sama-sama kuat,” papar Ma’ruf.
Terakhir, bila dipelajari arus baru ekonomi ini berkarakter pada semangat juang yang tinggi dan memiliki rasa optimisme yang kuat. KH. Ma’ruf Amin mengajak seluruh elemen bangsa untuk berani bermimpi dan menatap optimis masa depan. Dengan begitu, perjuangan dalam memajukan bangsa dan negara akan terwujud.
Arus Baru Ekonomi Indonesia adalah ikhtiar sekaligus ijtihad KH. Ma’ruf Amin di bidang ekonomi-politik. Kini ranah perjuangan itu akan digelorakan melalui posisi calon wakil presiden, yang Insyallah, akan menjadi wakil presiden beberapa bulan lagi.
Apa yang diusakannya ini tak lepas dari fatwa yang pernah dikeluarkannya dulu, ketika mengampu Komisi Fatwa MUI, bahwa wajib hukumnya menghilangkan disparitas atau kesenjangan antara masyarakat kaya dan miskin di Indonesia. Penghilangan disparitas itu merupakan kewajiban semua pihak.
Sumber : Kompasiana