Melacak Akar Historis Sejarah Bangsa Indonesia dan Kiprah Kaum Santri dalam Lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia
LTN NU Jawa Barat, Mulyanah, S.Psi (Ortala dan KUB Kemenag Jawa Barat) – Jangan sekali kali melupakan Jasa Ulama (Jas Hijau). Inilah bagi penulis yang membekas sekali dalam catatan buku Sejarah Pergerakan Nasional yang ditulis Wahyu Iryana. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagun atas dasar semangat cinta tanah air. Seluruh elemen masyarakt telah berkontribusi tegak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indoneisa. Sudah menjadi mafhum bahwa perjuangan seluruh anak bangsa dalam mempertahankan setiap jengkal tanah pertiwi adalah suatu keharusan. Tidak sedikit di negeri ini banyak orang yang mengetahui sejarah bangsa-bangsa Eropa atau Timur Tengah, namun tidak begitu dengan sejarah bangsanya. Buku Sejarah Pergerakan Nasional yang diramu dengan apik untuk memaknai setiap hela nafas gerakan kehidupan berbangsa di Indonesia serta mencoba memaknai dan menangkap setiap peristiwa sejarah yang terjadi di setiap jiwa jaman (Zeitgeist).
Perlu diingat bahwa setiap jaring-jaring intelektual berkaitan erat dengan tiga jenis siklus kegiatan yaitu membaca, menulis, dan diskusi. Ketiga siklus kegiatan tersebut menjadi jalan bagi siapapun yang ingin mendapatkan ilmu pengetahuan, mengembangkan pengetahuan tersebut, dan menganalisisnya. Kegiatan membaca adalah kegiatan mencari teori-teori baru dalam pengetahuan. Ketika teori-teori pengetahuan sudah diketahui maka perlu dideskripsikan dan dianalisis dengan berdiskusi, dan hasil dari diskusi itulah yang harus kita tulis untuk kita kembangkan lebih lanjut mengenai teori pengetahuan itu sendiri. Ketiga proses itupun saya kira yang pernah dilakukan oleh pendiri bangsa, HOS Cokroaminoto, Dr. Cipto Mangunkusumo, KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asyari, Soekarno, Muhammad Hatta, AA Maramis, KH.Wahid Hasyim, Kasman Singodimejo, Sutomo dan yang lainnya.
Jika kita melihat proses panjang bangsa-bangsa Eropa untuk membangkitkan kembali ilmu pengetahuan dan kiblat peradaban dunia ditandai dengan aufklarung dan Rainansance, kita akan menemukan bahwa kegiatan kaum intelektual Barat tidak bisa lepas dari ketiga hal di atas. Mereka dengan sangat serius mempelajari literatur-literatur yang telah ditulis oleh para filsuf muslim, selanjutnya mereka melakukan dialog dengan beberapa pemikir untuk dianalisis mengenai pemikiran-pemikiran yang ada di dalam literatur-literatur tersebut, dan mereka menuliskannya untuk dijadikan pegangan dalam membentuk sebuah peradaban baru di dunia Barat modern.
Pertanyaannya sekarang bagi kalangan intelektual kampus yakni mahasiswa. Bagaimana jalan pencerahan tersebut bisa masuk dalam dunia mahasiswa? Mahasiswa sebagai subjek sekaligus objek yang memproduksi pengetahuan, seharusnya lebih aktif dan bersemangat dalam memproses pengetahuan dan mengembangkannya dengan tiga jalan tadi. Namun, semangat ilmiah yang kurang tertanam dalam diri mahasiswa seratus persen itulah penyebab kurang produktifnya mahasiswa dalam memproduksi pengetahuan. Gagasan yang dilontarkan para mahasiswa dalam diskusi-diskusi ilmiah sudah memberikan sedikit jalan dalam proses pengembangan ilmu, tetapi taraf produktifitas menulis inilah yang masih belum terbangun sepenuhnya dalam jiwa mahasiswa. Adanya Buku Sejarah Pergerakan Nasional yang ditulis oleh Wahyu Iryana kiranya menjadi obor penerang untuk memberi motivasi agar mahasiswa ikut gandrung membaca, menulis dan berdiskusi. Di sisi lain kapasitas penulisnya yang merupakan seorang santri terah mampu memotren bagaimana perjuangan anak bangsa dalam menegaskan semangat berbangsa yang utuh.
Wahyu Iryana yang mempunyai latar belakang pendidikan di Sejarah Peradaban Islam UIN Bandung (S1,S2) dan Ilmu Sejarah UNPAD (S3) telah meyakinkan bahwa beliau adalah orang yang tepat dan layak menulis Sejarah Pergerakan Nasional dalam melacak akar historis lahirnya negara kesatuan republik Indonesia. Ia sudah menulis banyak buku buku sejarah, dari mulai perlawanan petani Jaman Jepang, Historiografi Islam termasuk, artikel di koran-koran Nasional dan juga Jurnal terindek Sinta. Wahyu Iryana adalah santri yang menulis tentang sejarah Santri.
Kembali pada uraian buku Sejarah Peradaban Islam UIN Raden Intan Lampung Sebagai bahan refleksi, bahwa proses perjuangan bangsa Indonesia dari pra-kemerdekaan sampai hari ini, adalah proses-proses panjang dari perjuangan para syuhada bangsa dalam melawan kolonialisme dan imperialisme. Rentetan pergerakan selama lebih dari tiga abad, menyisihkan banyak hikmah bagi masyarakat Indonesia.
Semangat revolusi Indonesia sejak pra-kemerdekaan pantas dianggap sebagai zaman pergerakan. Watak dan karakter perjuangan dalam mengusir penjajah, patut direfleksikan kembali dalam basis-basis kenyataan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), untuk menciptakan progresivitas dalam hidup. Refleksi tersebut harus mampu memunculkan solusi atas peristiwa-peristiwa negatif yang terjadi masa kini, seperti perang saudara, konflik kepentingan, konflik kepercayaan/pandangan agama, dan konflik-konflik lainnya. Refleksi tersebut harus melahirkan pandangan bulat mengenai “Indonesia” sebagai negara satu bangsa dan tanah air, satu bahasa dan satu cita-cita yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Semua peristiwa ini bisa kita kupas dan refleksikan kembali dari sejarah pra-kemerdekaan Indonesia. Revolusi Agustus 1945 dan revolusi-revolusi sebelumnya adalah aliran pergerakan menuju kemerdekaan 17 Agustus 1945. Ia merupakan momentum terbesar dalam menciptakan Indonesia merdeka. Proklamasi adalah kalimat yang paling tepat sebagai pandangan dan tindakan kolektif atas cerminan perjuangan rakyat Indonesia, basis material dalam perjuangan untuk mengusung perubahan dari penindasan dan penjajahan adalah kekuatan kedauatan rakyat. Kedauatan rakyat ini tercermin pada kepemimpinan Soekarno-Hatta. Namun, pancaran perjuangan perubahan Indonesia patut dipertanyakan kembali ketika kondisi basis material (rakyat Indonesia) mengalami hambatan. Ketika skanario politik imperialisme melancarkan penangkapan Soekarno-Hatta (1949-1951), perjuangan dan kedaulatan rakyat ternodai. Revolusi rakyat menjadi terhambat hingga sekarang. Apalagi dengan semangat perkembangan penindasan model baru dan berwatak halus (kapitalisme global) mengitari selubung masyarakat dalam ruang-ruang kesadarannya, yakni dengan dibarengi teknologisasi infomasi yang super dahsyat.
Seberapa besar kesungguhan para pemimpin di Republik ini untuk maju, disitulah 200 juta lebih rakyat Indonesia akan ditentukan. Sebagai bagian dari sistem internasional, Indonesia tidak bisa terhindar dari proses globalisasi, kompleksitas problem dan perkembangan dunia yang tercermin dalam globalisasi, mengharuskan bangsa Indonesia untuk secepatnya menentukan sikap agar mampu berpartisipasi di dalamnya. Demikian konsekwensi logis yang harus diterima oleh bangsa ini, dengan bekerja keras merubah dirinya sendiri melalui usaha memperluas cakrawala dan sudut pandang dunia (world view). Secara geografis, Indonesia sungguh menarik di mata dunia, selain karena luas wilayah dan potensi alamnya juga letaknya yang strategis di kawasan Asia Pasifik. Jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa memudahkan untuk melakukan mobilisasi sumber daya manusia sebagai basis tenaga yang produktif. Karena posisi inilah, tidak mengherankan jika Indonesia dianggap penting oleh hampir semua perusahaan multi-nasional yang nota bene merupakan aktor penting dalam globalisasi.
Wahyu juga telah memberi catatan jejak sejarah Indonesia dari awal kelahiran sampai masa reformasi. Sebagai anak negeri yang akan memegang tongkat perjuangan bangsa, dapat merefleksikan sejarah untuk kehidupan bangsa yang lebih maju sesuai dengan semangat zaman adalah kewajiban. Buku Sejarah Pergerakan Nasional yang berada ditangan pembaca yang budiman ini, mencoba memotret perjalanan sejarah dari mulai zaman pra kemerdekaan, perlawanan kolonialisme, jaman pergerakan, orde lama, orde baru sampai reformasi. Semoga lahirnya “buku” ini menjadi pembuka pintu untuk membedah wawasan intelektual dan perjuangan bangsa dari setiap fase demi fasenya. Mudah-mudahan upaya dari Saudara Wahyu Iryana dalam memotret sejarah bangsa Indonesia ini dikatagorikan sebagai sebuah ladang ibadah, dan semoga buku ini bisa menjadi Oase dahaga ilmu pengetahuan bagi penikmat sejarah dan bisa diapresiasi oleh seluruh elemen masyarakat sebagai buku yang prestisisus dan best Seller. Aamiin.
Sekali Lagi saya ucapkan selamat.
Untuk mendapatkan buku baru ini bisa menghubungi :
+62 852-9477-2060 (Ucup) atau +62 813-2187-5276
Harga Rp.135.000,-