The news is by your side.

Menjadi Manusia Intuitif

Bambang Melga Suprayogi M.Sn – Menjadi manusia yang memiliki kepekaan yang kuat, dalam melihat segala aspeknya, hingga bisa memutuskan sebuah tindakan dengan tepat, berdasarkan pendekatan intuisinya, merupakan seseorang yang dipastikan bijak, karena tidak semata-mata sebuah keputusan itu diputuskan, jika tidak melibatkan semua aspek pengalaman yang ia pernah lihat dan rasa, yang pengetahuannya ia simpan dalam alam bawah sadarnya.

Kemampuan intuitif itu adalah kepekaan melihat sesuatu yang tidak bisa di tangkap oleh mata, ia mengandalkan kepekaan rasa, kepekaan batin, dan melibatkan juga suatu kepekaan spiritual, yang lebih kuat tingkatannya, khususnya itu terjadi pada beberapa orang tertentu.

Kemampuan intuitif ini, atau intuisi, pada dasarnya adalah dorongan mata hati, kata hati, yang datang dan ada pada orang-orang tertentu, sehingga ia bisa faham, dan bisa mengerti sesuatu yang akan terjadi, tampa ada yang mengajari, dan ia tahu, tentunya karena adanya kekuatan radar firasatnya.

Untuk menjadi manusia intuitif seperti ini, tentunya susah bagi manusia biasa yang cara berpikirnya terpaku pada cara berpikir baku dan rasional, intuisi sendiri memiliki kecenderungan melibatkan aspek dalam, yakni perasaan, kepekaan, kata hati, untuk bisa memunculkan firasat yang kuat.

Dari aspek dalam, yang menyatu itulah, manusia yang diberkahi intuisi ini, ia bisa membaca fenomena, dan bisa menjawab apa solusi bagi fenomena yang terjadi.
Atau kadang, ia lebih peka pada suatu keadaan, dan bisa melihat gelagat-gelagat tanda-tanda secara lahiriah, maupun batiniahnya, sehingga sesuatu yang belum terjadi, atau ujung dari sebuah proses yang akan muncul belakangan, dapat ia baca dan perkirakan, seperti apa nanti dampaknya.

Makanya kadang, mereka yang memiliki kekuatan Intuitif ini, memiliki kecenderungan diam, bagi mereka yang tidak memiliki keahlian lain, atau menuliskan, bagi yang suka menulis, atau berkarya bagi mereka yang suka berkarya, yang bisa membuat sebuah karya inovatif yang mampu menjawab kebutuhan jamannya.

Banyak manusia yang ingin memiliki kemampuan intuitif ini.
Tapi mereka tidak sadar, bahwa untuk membangun ke mampuan Intuitif yang memang hadir dari sebuah bawaan lahir ini, perlu pengolahan, perjuangan, yang prosesnya tidak sebentar.

Mereka harus mau belajar, membangun kekuatan perasaannya, kekuatan rasanya, mau menerima bisikan murni hatinya, dan berjalan melalui banyak pengalaman kehidupan…

Untuk mereka yang ingin memiliki kemampuan intuitif, yang tidak dibekali itu dari lahir, mereka bisa mengolahnya, dengan masuk pada keharusan berikhlas, ridho pada apa yang Allah perjalankan pada kehidupannya.

Bisa saja, ia di uji dengan berbagai cara, di mana Allah sedang mengajarinya cara bersyukur ketika ia dalam ketidakberdayaan hidup.
Khususnya di uji dulu ia dengan merasakan berada di titik nol kehidupan, terjatuh dalam situasi keterpurukan, hanya mengandalkan doa dan harapan, sambil berikhtiar semampunya, sehingga pada akhirnya, dari proses pengodogan ini, muncul kekuatan nurani, kekuatan hati, dan rasa, yang Allah hidupkan… karena ia berhasil melewati tahapan ujianNya.

Kemampuan intuitif bisa dihadirkan sebenarnya dengan tekad kuat dari manusia yang mau membangun kepekaan hatinya.
Hatinya ikhlas menerima pengajaran-pengajaran kehidupan, untuk ia simpan di memory bawah sadarnya.
Dan dari bekal pengalaman telah melampaui ujianNya, hati, nurani, kepekaan rasa, dan firasatnya terbangun baik.

Kemampuan intuitif ini adalah kemampuan yang hanya di miliki oleh orang yang berhati suci, ikhlas, tulus, sabar, dan konsisten dalam berbuat kebaikan dalam setiap helaan nafasnya, pada orang semacam ini kepekaan intuitifnya berproses terus menjadi kepekaan batiniah, yang akan mengantarkannya pada puncak terbukanya mata hati, kasyaf khayali yang mampu membuat mata hatinya tajam melihat alam di luar alam duniawi. Sehingga antar ia dan Tuhannya sudah tidak ada rahasia lagi, dalam keadaan yang sudah seperti ini, doa dari manusia tersebut, pastinya selalu jadi prioritasNya.

Bekal kepekaan intuitif ini, cenderung tidak bisa hinggap di pribadi yang sombong, angkuh, merasa benar sendiri, dan sok suci.
Dan kita bisa lihat sendiri bagaimana mereka yang merasa dekat dengan Tuhan, di sebut Khyai atau Ustad ketika mereka berdoa, doanya malah berbalik mengazab dirinya sendiri, dan mempermalukan dirinya jika ia sadar !

Pernahkah umat melihat aktingnya seorang penyeru agama (Ustad) yang seakan doa, permintaannya tembus kelangit ?
Sehingga ia seakan-akan menyuguhkan sebuah tontonan fenomenal dashyat, yang umat sangat berharap… apa yang ia mintakan ke Khaliq nya itu terkabulkan !
Apa yang terjadi ?
Doanya tidak naik, harapannya tidak diwujudkan, dan yang berharap sangat kecewa, sehingga kita seperti sedang melihat sebuah tontonan semacam dagelan, lucu-lucuan, yang mengelikan.

Itulah manusia yang jauh dari intuisi, tidak reflektif kedalam.
Selalu merasa paling benar, paling suci, sehingga Allah malah Butakan hatinya, bisa jadi ia sangat pintar, faham dan dalam ilmu agamanya, tapi ketika Allah telah butakan hatinya, maka tertutup ia melihat kebenaran, dan yang ada, ia selalu jadi nomor satu dalam hal meresahkan umat, dengan statementnya yang tidak mencerdaskan.

Untuk yang selalu merasa paling benar, ditambah tidak mau belajar dari kesalahannya, dan cenderung mengulang kesalahan yang sama, maka hal yang terkait dengan intuitif, kekuatan firasat, akan menjauh darinya.

Lalu bagaimana kita belajar untuk memiliki intuisi yang kuat, dan firasat yang kuat ?

Jaga keimanan kita, jaga kewarasan nurani kita, jaga hati kita, dan jaga setiap perilaku dan ucapan kita !
Sekali kita menyakiti mahluk, utamanya manusia, maka, merosot kembali timbaan kita ke kedalaman sumur yang dalam.

Semoga bermanfaat
Bambang Melga Suprayogi M.Sn

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.