Mental Psikis Maju Sesuai Pengalaman
LTN NU Jawa Barat, Bambang Melga Suprayogi M.Sn – Mental merupakan kata lain dari pikiran.
Sedangkan Psikis merupakan kata lain dari jiwa, phisikologis, keadaan seseorang dari unsur dalamnya, yang tidak terlihat oleh mata.
Ada ungkapan yang acap kali kita dengar dan sangat populer, “kena mental !” berarti seseorang itu, sedang terkena masalah keadaan pikirannya, dan jiwanyapun sedang dalam kondisi terpukul individu yang bersangkutan, ia mengalami kegagalan, trauma, dan terpuruk.
Bersyukurlah bila kita selalu mengalami pendewasaan pengalaman.
Pendewasaan pengalaman adalah anugrah Allah yang hanya diberikan pada orang-orang yang selalu memproseskan dirinya, terlibat pada banyak pengalaman kehidupan, sehingga menjadikannya matang, menjadikannya lebih siap, mendapatkan wawasan keilmuan, bisa tercerahkan, yang pada akhirnya ia mampu bersikap waskita, sigap, dan arif dalam menangani berbagai gelombang, dan teguh dalam bersikap, dan berpikiran.
Pikiran dan mental kita harus dijaga.
Ia merupakan aset penting bagi kita untuk membawa kita menjadi manusia paripurna kedepannya. Manusia harus tahu, menjaga pikiran sehat, menjaga mental sehat, adalah menjaga aset berharga yang harus diawali dengan sering bersyukur, dan sering melakukan perenungan, kontemplasi, atau intropeksi diri.
Para Nabi selalu menjaga pikiran sehatnya.
Para Nabi selalu menjaga phisikis kejiwaannya, dengan mencari ketenangan, beruzlah, untuk selanjutnya melakukan perenungan, intropeksi diri, sambil mendekatkan dirinya pada sang maha pencipta.
Manusia adalah mahluk unggul.
Ia sangat unik, ada dalam iri dengki para pembenci.
Namun mereka tak berani terang-terangan menjatuhkan kita.
Maka dimainkanlah oleh para Iblis, bagaimana cara menjatuhkan ke unggulan kita, dengan semua cara yang ia bisa usahakan, dan rata-rata dilakukan dengan cara samar, tersembunyi, dan sangat halus.
Namun pada intinya, kita mampu melihat strategi cara jahat Iblis dalam membuat kita terpuruk.
Berbangga diri atau kesombongan, itu cara iblis menyetir manusia jauh dari Tuhannya. Tak mau mendengar, adalah hal berikutnya yang menjauhkan manusia dari kebenaran. Pelajari hal urgent dari cara iblis membuat kita terpuruk.
Mental para pelakon penjelajah jalan menuju Allah, adalah dengan memperbanyak sabar, syukur, dan terus berikhtiar menambah ilmu, dengan dekat pada majelis ilmu, serta berkumpul bersama orang-orang soleh.
Kedalaman psikis kita, harus terus tertempa oleh warna-warni pengalaman kehidupan yang juga kita harus sadari, bahwa itu semuanya berproses, dan kita seperti halnya balita, akan terus berkembang seiring perjalanan waktu, menjadi manusia dewasa yang cakap dalam semua hal, dan mampu kita lakukan, dan kecakapan banyak hal, serta pemahaman yang menyertainya, akan mampu kita genggam.
Manusia maju, adalah manusia yang tahu dimana ia harus berada.
Kita jangan salah kolam, jangan salah tempat untuk berkiprah.
Tinggalkan hal yang tak akan membuat diri kita maju.
Jauhi tempat yang hanya membuat diri kita stagnan, statis, dan tak bisa berkembang.
Beradalah bersama orang-orang hebat dimana kita berada.
Mendekat dan merapatlah dengan kumpulan individu, yang memiliki pemikiran dan kiprah yang hebat.
Masuki organisasi massa, yang sesuai menurut hati nurani dan kecenderungan hati kecil kita.
Berproseslah. Bersama-samalah dengan mereka.
Buat mental kita berproses, masuklah dalam kelompok yang satu kesefahaman dengan diri kita. kitalah yang tahu dimana diri kita akan maju. Lihatlah Nabi kita Muhammad SAW, ia pun tak bisa sendiri, ia butuh kelompok, ia butuh sahabat, ia butuh bersama-sama dengan umatnya untuk melakukan kiprah hebat secara bersama-sama.
Tidakkah kita melihat contoh Nabi ?
Mentalnya terus ditempa, dan begitupun kita.
Psikisnya terus dicoba, dan begitupun kita.
Kita adalah prototype para Nabi dan orang-orang hebat. Jika merekapun (Nabi), meneladani para pendahulunya, leluhurnya, nenek moyangnya (Ibrahim, sampai pada Adam), untuk dijadikan teladan, refrensi keunggulan, dan capaian keberhasilan…Maka sudah seharusnya kitapun seperti itu, memiliki standar tinggi yang kita jadikan contoh, rujukan untuk kita ikuti, dan teladani.
Mental, psikis kita adalah aset.
Ketika kita tahu ia berharga, maka jauhi lumpur yang akan menengelamkan kadar berharga yang kita miliki. Uzlahlah dari pergaulan yang tak membuat kita maju, menghindarlah dari gerombolan serigala yang menganggap kita domba. Kita adalah diri kita yang hebat. Kita adalah diri kita yang unik dan memiliki kelebihan yang sempurna. Bangkitkan dan perlihatkan bunga indah kita, sehingga harumnya akan tercium oleh siapapun, dan dimanapun…aamiin.
Alhamdulillah.
Semoga bermanfaat.
Bambang Melga Suprayogi M.Sn