Mustasyar PBNU Bercerita Beberapa Hal Sebelum NU Lahir
Jakarta, NU Online
Mustasyar PBNU KH Ma’ruf Amin mengatakan, sebagai organisasi yang lahir setelah Komite Hijaz, NU mengemban amanah untuk mengembangkan Ahlussunah wal Jamaah. Dari hari ke hari amanah ini tidak semakin ringan karena banyaknya paham yang berkembang.
“Mengawal Ahlussunah wal Jamaah pada masa sekarang semakin penting,” katanya pada pepringatan hari lahir(harlah) ke-94 NU di halaman gedung PBNU, Jakarta, Jumat (31/1) malam.
NU, kata Wakil Presiden Republik Indonesia ini, juga lahir dipengaruhi Tashwirul Afkar, yaitu pemetaan pemikiran-pemikiran. NU kemudian merumuskan cara berpikir yang tawasuthiyan, tathawuriyan, wa manhajiyan atau moderat, dinamis, ber-manhaj.
“Artinya tawasuthiyan itu tidak liberal dan tidak tekstual, dinamis, tidak konservatif. Cara berpikir tidak liberal, artinya cara berpikir NU ada metodologinya. Cara berpikir ini semakin penting untuk dikembangkan,” jelasnya.
Menurut Kiai Ma’ruf saat ini ada kalangan yang menggunakan cara berpikir tekstual. Kalangan tersebut sebagaimana dijelaskan Imam Qarafi berwatak statis, terpaku terhadap teksteks saja, bahkan selamanaya.
“Menurut Imam Qarafi, kalangan seperti itu itu adalah kesesatan dalam beragama dan kebodohan dalam memahami apa yang dimaksud-ulama terdahulu sebab ulama terdahulu tidak tekstual, tapi juga tidak liberal. Cara berpikir yang harus dikembangkan adalah cara berpikir dinamis, tapi ada framenya. Itu harus kita jaga,” jelasnya.
Sebagai organisasi yang lahir dalam kancah perjuangan kemerdekaan, NU adalah organisasi yang lahir untuk cinta tanah air. Ini menjadi inspirasi bagi NU untuk membangun komitmennya, mempertahankan kemerdekaan juga mengawal kemerdekaan dari pihak yang ingin merongrong Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagai organisasi yang juga dipengaruhi gerakan Nahdlatut Tujjar, maka NU punya semangat untuk membangun perekonomian umat dalam rangka mengembangkan kemampuan umat, terutama ekonomi.
“Ini tentu komitemen NU yang harus dijaga dan terus dikembangkan,” katanya.
Sebagai seorang yang lahir dari organisasi NU, Wapres bersyukur organisasi yang lahir di Surabaya pada 31 Januari 1926 tersebut, sampai sekarang masih tetap utuh karena tidak gampang mempertahankan organisasi yang besar tanpa perpecahan.
Pewarta: Abdullah Alawi
Editor: Fathoni Ahmad