Nafsu Biarkan Jalan Sendiri
Menghadapi Nafsu kita mesti selalu tersadar.
Saat Nafsu memaksa, maka lemahkan diri kita.
Lemahkan potensi jasmani kita, lemahkan potensi raga kita.
Biarkan ia kita persilahkan si Nafsu untuk maju sendiri.
Biarkan ia serasa memenangkan perangnya, namun itu hanya dalam alam dan ruang imajinasi.
Sebab…
Bila gayung bersambut, dan kita terajak bisikan hawa Nafsu, maka alamatnya, kita yang akan merugi, bahkan bisa jadi rugi besar, jadi buntung, dan bikin sial.
Nafsu itu selalu memainkan gas andrenalin, kitanya yang bodoh selalu merasa tertantang !
Dipikirnya, kita di bawa menjadi hebat oleh Nafsu !
Menjadi orang yang pertama memotong kue kenikmatan.
Padahal setelah itu dilakukan, kita terlihat bodohnya!
Nafsu sesaat, telah membuat rugi berkepanjangan.
Lihatlah Nabi Adam, bapak moyang kita, memakannya sekejapan, buah Quldi telah membuat ia dan anak cucunya, harus terbuang menjadi penduduk bumi, bukan terus menjadi penduduk Surga.
Sehingga akhirnya, untuk kembali menjadi penduduk Surga, kita pun anak cucu Adam, harus di uji dengan Nafsu kembali, dan dengan Quldi-quldi lainnya, yang kenikmatannya bisa membuat kita mabuk kepayang, dan membuat kita lupa pada tujuan kita, untuk kembali menjadi manusia Surga.
Untungnya aib kita itu, hanya terbaca oleh diri sendiri setelah kejadiannya.
Untungnya Allah masih memberi kita kefahaman, bisa merenungi setelah peristiwa terjadi, dan dari sini, akhirnya kita bisa belajar dari kesalahan diri.
Lalu apakah akhirnya, mau kita ambil pembelajaran itu, atau memang bodoh kita tak melihat kesalahan diri, sebagai sebuah catatan hikmah, untuk kita pakai sebagai refleksi.
Tapi yaa dasar manusia, selalu tak bisa mengerem, saat nafsu datang menggoda kembali, kita malah lupa buat mematikan mesin diri, eh diri kita, raga badag ini malah ikut digas, dan kita berkelana kembali bersama nafsu, memainkan ritme-ritme dosa, yang membuat kita masuk kembali, dalam lubang yang sama, menjalankan dosa berkelanjutan.
Seperti itulah Nafsu menggoda manusia yang lemah prinsip dan pendirian. Ia hanya mencari dan mengoda manusia yang siap melupakan potensi dirinya.
Melawan nafsu yaa harus berstrategi.
Kita harus selalu menghidupkan hati, membangun kekuatan potensi sinyal diri agar terus kuat dan memiliki benteng diri.
Biarkan Nafsu menari-menari di kepala kita.
Jangan ditanggapi, dan jangan di keproki, karena kita tak sedang menikmati pertunjukannya.
Alihkan saja pandangan kita ke tempat yang membuat kita terenyuh dan meneteskan air mata.
Maka tarian nafsu akan dengan sendirinya terhenti. Ia pun akan turun panggung, dan hati kita kembali damai dan mendapatkan ketenangan.
Jika Nafsu menggoda, dalam berbagai wujud yang bisa ia masuki…maka langkahkan raga kita kesebaliknya.
Bila ia marah, Nafsu membara, dan ingin membakar apa saja, maka redupkan dan matikan itu dengan mengambil air bersuci, dan berwudhu, beristighfar, lalu, ambillah langkah menjauhi sumber kemarahan itu, sehingga kita selamat.
Bila Nafsu menggoda sahwat kita, lakukan langkah menutup mata, menutup pikiran, dan kembali bersuci, mengambil air wudhu, jika bisa langsung sholatlah, dengan sholat toubat dua rokaat yang bisa dilakukan kapanpun.
Nafsu itu sangat kuat, tapi ia akan sangat mudah juga kita lemahkan.
Biarkan si nafsu, ia jalan sendiri, dan membusungkan dadanya.
Namun kita jangan ikuti, perlamban langkah kita, dan berhentilah…!
Saat kita akhirnya berhenti dan tak mengikutinya, nafsu akan menjerit, dan lantas ia berlari pulang menemui tuannya, si Syaetan laknatulloh…si Nafsu akan datang sambil menangis, ia berkeluh, bahwa tugasnya tak bisa ia jalankan dengan sebaik-baiknya…dan dengan begitu maka, kitalah yang menjadi pemenang yang sesungguhnya, Alhamdulillah.
Semoga bermanfaat
Bambang Melga Suprayogi M.Sn.
Ketua LTN NU kab Bandung.