Narasi Jorok Nasrudin Joha (Nasjo)
Narasi-narasi jorok Nasjo lahir dari kebencian HTI terhadap pemerintah dan NKRI. Nasjo ingin menularkan rasa bencinya itu kepada masyarakat dengan harapan masyarakat marah kepada pemerintah dan NKRI. Ini perwujudan doktrin HTI dharbu ‘alaqah baina ummah wa hukkam (memutuskan hubungan umat dengan pemerintah).
Nasjo penulis siluman yang bodoh, dia tidak paham ikatan umat dengan penguasa adalah ikatan syar’i karena ikatan itu terbentuk dari akad bai’at yang syar’i. Ketaatan dan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah adalah kewajiban syar’i. Sebagaimana firman Allah Swt:
Menjaga janji dalam baiat hukumnya wajib, Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَى نَفْسِهِ وَمَنْ أَوْفَى بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
“Bahwa orang-orang yang berjanji setia kepadamu (Muhammad), sesungguhnya mereka hanya berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan-tangan mereka, maka barang siapa melanggar janji, sesungguhnya dia melanggar janjinya sendiri dan barang siapa menepati janjinya kepada Allah, maka Dia akan memberinya pahala yang besar” (QS. Al Fath: 10).
Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ خَلَعَ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ لَقِيَ اللَّهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا حُجَّةَ لَهُ وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِي عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً
“Barangsiapa melepas tangannya (baiatnya) dalam mentaati pemimpin, ia akan bertemu dengan Allah di hari kiamat dengan tanpa memiliki hujjah, dan barangsiapa meninggal dalam keadaan tiada baiat di pundaknya maka matinya seperti mati jahiliyah.” (HR. Muslim no. 1851).