Nasib Perdamaian Dunia di Tengah Ketegangan Iran dan AS
Jakarta, NU Online
Instrumen perdamaian dunia lewat berbagai wadah perkumpulan antar-bangsa bisa dimaksimalkan untuk mengurai setiap konflik yang berpotensi merugikan masyarakat sipil. Perang merupakan peristiwa tragis yang lebih banyak merugikan masyarakat sipil.
Perdamaian dunia kembali teruji ketika Iran dan Amerika Serikat kembali tegang usai tewasnya komandan pasukan elit Al-Quds, Jenderal Qasem Soleimani. Sang jenderal kebanggaan masyarakat Iran ini tewas dalam serangan drone Amerika Serikat di Baghdad, Irak, Jumat (3/1) lalu.
Atas kejadian tersebut, Iran merespons dengan meluncurkan rudal balistik ke pangkalan udara Al-Asad di Irak yang menampung pasukan AS dan koalisi. Kantor berita negara Iran yang mengutip Garda Revolusi Iran menyebut serangan ke Pangkalan Al-Asad adalah aksi pembalasan setelah komandan pasukan elite Iran, Jenderal Qasem Soleimani tewas.
Rangkaian serangan itu berlangsung beberapa jam setelah pemakaman Soleimani. Gempuran kedua terjadi di Irbil sesaat setelah sejumlah rudal menghantam Pangkalan Al-Asad, sebut Al Mayadeen TV dilansir BBC.
Soleimani membuka jalan bagi operasi militer di Timur Tengah, dan pembunuhannya menandai eskalasi besar dalam ketegangan antara Washington dan Teheran.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Antonio Guterres mengatakan ia sangat khawatir akan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
“Ini momen saat para pemimpin negara harus sangat menahan diri. Dunia tidak bisa bertahan jika terjadi perang lagi di Teluk,” kata juru bicaranya, Farhan Haq, dalam sebuah pernyataan dikutip BBC.
Buku lain :