The news is by your side.

Ngeteh Bersama Dr. KH. Muhammad Yusuf Hidayat, Lc, M.A Bersimpuh Pada Imam Ghazali

Ngeteh Bersama Dr. KH. Muhammad Yusuf Hidayat, Lc, M.A Bersimpuh Pada Imam Ghazali | NU Online LTN Nahdlatul Ulama Jawa Barat
Dr. KH. Muhammad Yusuf Hidayat, Lc, M.A tengah Menyampaikan Kajian Kitab Minhajul Abidin

Siang itu mentari di Kota Depok cukup panas menyengat, tapi hal itu tidak menyebabkan turunnya semangat para penuntut ilmu dalam melangkahkan kaki demi menuai butiran hikmah dan untaian Kalam para Alim Ulama.

Selasa (4/9) merupakan hari yang sangat istimewa bagi Sekretaris Lembaga Takmir Masjid LTM PCNU Kota Depok, Ustadz Darul Qutni, S.S.I karena pada hari itu dirinya bersama Wakil Sekretaris LTM PCNU Kab. Bogor H. Abdul Hadi Hasan, Lc bisa bersimpuh duduk mengaji berbagai kitab klasik kepada Katib Syuriah PCNU Kota Depok, Dr. KH. Muhammad Yusuf Hidayat, Lc, M.A.

Kang Darul tiba di kediaman Kiai Yusuf sekitar Jam satu lewat. “ Assalamu alaikum.” Ucap Kang Darul kepada Kang Hadi yang tengah sibuk memarkirkan motor. “ Wa Alaikum salam wrwb. “ Jawab Kang Hadi sambil bersalaman.

Setelah motor disimpan di lokasi yang aman, mereka berdua langsung memasuki halaman rumah Kiai Yusuf, Kang darul berusaha mengucapkan salam kembali dan tangan kanannya mengetuk-ngetuk pintu rumah Kiai Yusuf.

Jawaban tak kunjung datang. “ Oh motornya tidak ada, berarti beliau sedang di luar.” Tegas Kang Darul.

Pada akhirnya Kang Darul duduk di lantai, lalu mengisap rokoknya sambil menikmati air mineral dingin yang telah dibelinya di warung kelontong yang tak jauh dari kediaman Kiai Yusuf.

Tak berapa lama dua orang lainnya datang, Kang Darul mengenalkan bahwa mereka adalah asatidz dari Pesantren Putra Al Awwabin. Semua duduk santai dan memilih ngobrol terkait sejarah masa lampau khususnya tentang sepak terjang para Kiai di Jawa Barat.

Di tengah obrolan, ada suara motor nampak semakin mendekat yang ternyata adalah Kiai Yusuf. “ Assalamu Alaikum.” Ucap Kiai sambil meletakan motornya di halaman parkir rumahnya.

Para Ustadz menghampiri dan menjawab salam. “ Maaf agak telat.” Tegas Kiai yang Ternyata baru saja pulang mengajar dari sebuah Universitas. Kiai tawadhu ini biasa mengendarai motornya tanpa ditemani muridnya.

Kiai Yusuf mulai mengetuk pintu, ternyata memang di rumahnya tidak ada orang. Akhirnya Kiai menelpon salah satu keluarganya demi menanyakan kunci rumah.

Setelah mendapat jawaban, Kiai Yusuf mengambil kunci dan membuka rumahnya. “ Silahkan masuk, ente langsung buat teh atau kopi.” Perintah Kiai Yusuf dengan logat kental betawinya sambil melangkahkan kaki dan meletakan tasnya.

Ngeteh Bersama Dr. KH. Muhammad Yusuf Hidayat, Lc, M.A Bersimpuh Pada Imam Ghazali | NU Online LTN Nahdlatul Ulama Jawa BaratKiai Yusuf kemudian pergi ke Kamar mandi, nampaknya beliau ingin memperbaharui wudhunya. Setelah wudhu beliau duduk di depan sebuah Lekar yang diatasnya sudah ada beberapa Kitab karya alim Ulama, diantaranya ada Kitab Minhajul Abidin karya Imam Al Ghazali dan Kitab Tafsir Munir Karya Syeikh Imam Nawawi.

Kiai Yusuf tanpa istirahat langsung menyambut murid setianya dengan membuka kitab. Satu persatu muridnya yang hadir membaca Kitab secara bergantian, kemudian menerjemahkan secara teliti dari kata dan kalimat.

Kang Darul mendapat kesempatan membaca Kitab karya Imam Ghazali. Sambil menikmati teh mereka asyik mengikuti kajian, sesekali Kiai Yusuf menjelaskan maksud dari terjemahan Kang Darul dan membantu menerjemahkan kata atau kalimat yang sulit.

Kajian Kitab Minhajul Abidin kali ini membahas tentang Tanjakan Tobat dan Tanjakan Penghalang.

Kiai Yusuf menjelaskan bahwa dalam kitab tersebut Imam Ghazali merangkum semua hal yang ada di Kitab Ihya Ulumuddin. “ Kitab ini cukup sederhana tapi berisi berlian dan mutiara yang sangat dibutuhkan oleh setiap insan yang ingin meningkatkan potensi dirinya menjadi hamba yang Sholeh.” Jelas Kiai Yusuf.

Kiai melanjutkan bahwa Tobat merupakan sebuah aktifitas pengakuan diri seorang hamba, pengakuan tobat harus difahami, diresapi dan diamalkan dengan sebaik mungkin sehingga pengaruhnya nampak. Tobat dilakukan dengan bertekad tidak melakukan kesalahan kembali hingga dosa benar-benar terkikis dan pada akhirnya dapat beribadah dengan mudah.

Tobat juga perbuatan hati, gerakan membersihkan hati dari dosa. Hal itu dilakukan hanya karena Allah SWT, demi meraih ridho- Nya dengan mengagungkan Allah SWT dan hanya takut kepada-NYa. Jangan tobat karena takut dengan orang lain, karena dihukum.

Tobat dapat meningkatkan ibadah, semakin dekat dengan Allah SWT maka seorang insan sudah pasti hatinya akan semakin bersih. “ Tobat Udah, bersiap mewarnai ibadah, tapi biasa halangan makin berdatangan.” Kata Kiai Yusuf.

Ternyata ada tanjakan berikutnya, yaitu tanjakan penghalang. “ Tanjakan penghalang harus kita ketahui dan fahami, Imam Ghazali menyebutkan tanjakan penghalang ada empat, pertama Dunia, kedua Makhluk, ketiga Setan dan Keempat Nafsu.” Papar Kiai.

Tanjakan penghalang jadi ada yang bersifat eksternal dan ada internal, jika mau sukses menjadi hamba sesungguhnya maka harus lawan semua jalan penghalang itu, Dunia harus dihadapi dengan membangun sikap kezuhudan, hancurkan tamak dan rakus.

Penghalang makhluk dilawan dengan cara memahami hakikat makhluk, hingga dapat bersosialisasi dengan baik dan benar. Penghalang Setan harus dilawan dan Penghalang nafsu harus ditundukkan.

“ Penghalang nafsu, ingat harus ditundukkan bukan dilawan dan dihancurkan. Karena nafsu anugerah dari Allah SWT, kita tundukan agar dapat menempatkan berbagai sifat nafsu sesuai pada tempatnya.” Lugas Kiai Yusuf.

Kiai menjelaskan dengan menyebutkan sebuah contoh, misalnya marah. Kita harus tundukan dan kapan marah bisa diaplikasikan, “Jika istri kita diganggu, ya kita harus marah! Jangan berpikir wah marah gak baik karena nafsu!” Ucapnya.

Intinya Imam Ghazali menjelaskan bahwa untuk menjadi kekasih Allah itu tidaklah mudah. Semua manusia dikepung oleh berbagai tanjakan halangan, maka setiap personal hendaknya sadar dan memiliki seorang Guru, Mursyid agar pergerakan jihadunnafs berjalan secara benar dengan bimbingan mereka.

Kajian yang sangat menarik, menyejukkan dan membangun optimisme setiap pengkaji yang tengah menjalani kehidupan singkat dan indah ini. Patut diketahui Kajian Kitab ini dilaksanakan setiap hari Selasa setelah dhuhur hingga ashar. Bagi siapa saja yang ingin mengikuti kajiannya bisa datang langsung ke Pesantren Al Tibyan, Pimpinan Dr. KH. Muhammad Yusuf Hidayat, Lc, M.A di Jalan Wadas, Pitara, Kota Depok, Jawa Barat.

Leave A Reply

Your email address will not be published.