Pengajian Pasaran Online, Ramaikan Jagat Medsos
Di pesantren, pengajian khusus Ramadan disebut ngaji pasaran atau ngaji pasanan. Membaca satu kitab khusus hingga khatam selama sebulan. Kitab yang dibaca bisa kitab-kitab bagi pemula atau yang besar-besar untuk level lebih tinggi. Peserta pengajian bisa datang dari mana-mana. Banyak juga orang yang secara khusus ingin mencari berkah dan ilmu melalui kitab tertentu di bulan Ramadan. Dalam sehari bisa beberapa kitab yang dikaji. Singkatnya, pengajian Ramadan di pesantren sangatlah meriah.
Bersamaan dengan semakin populernya penggunaan media online melalui live streaming, Ramadan tahun ini ada banyak pengajian khusus bulan puasa yg digelar secara online. Inilah membuat Ramadan 1438 H terasa berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Ada KH Mustofa Bisri yang mengkaji kitab Bidayatul Hidayah dan Qasidah Burdah (GusMus Channel), KH Husein Muhammad juga membacakan kitab yang sama (Fahmina Institute), KH. Said Aqil Siradj membacakan Tafsir Yasin (Teras Kiai Said), Ulil Abshar Abdalla membacakan kitab Ihya Ulumuddin, dan masih banyak lagi para kiai atau ustad-ustad muda yang memberikan pengajian online ala pesantren ini.
“Ramadan ini NUTIZEN akan livestream ngaji posoan dr 100an pesantren. Puluhan kitab akan diajarkan,” ujar Savic Ali, pendiri Nutizen. Bagi yang berminat mengikuti, dapat mengunduh app Nutizen atau melihat langsung melalui halaman Facebooknya.
Memang, di era digital ini para kyai harus terampil menggunakan teknologi sehingga dapat berbagi pengetahuan kepada umat secara lebih luas. Siapapun dan di manapun mereka berada, bisa tetap ikut pengajian-pengajian dari kiai-kiai besar dengan kitab-kitab mu’tabaroh yg menjadi rujukan utama di pesantren.
“Sebagai orang yang banyak menghabiskan waktu di kota, bekerja sebagai pegawai negeri, rasanya sulit bagi saya menemukan suasana pengajian khusus ramadan seperti di pesantren,” tutur Neng Yanti Khozana, alumni pesantren Babakan Ciwaringin yang bekerja sebagai dosen ISBI bandung. “Adanya pengajian online ini, mengobati kerinduan saya pada suasana pesantren.”
Menurutnya, pasaran online ini menjadi penyeimbang di tengah maraknya penggunaan media sosial sebagai penyebar kebencian atau hate speech, hoax, termasuk penyebaran pemahaman keagamaan yang beraliran radikal.
“Para santri atau mahasiwa yang sedang mengikuti pengajian di pesantren atau di kampus atau di mana pun, jika mau live, sialakan hubungi saya,” ujar Hamzah Sahal dari Nutizen. “Mari kita siarkan secara luas,” sambungnya. Hamzah bisa dihubungi melalui akun facebooknya atau melalui pengelola portal nujabar.or.id.
(IDY, nujabar.or.id)
Sumber : PWNU Jabar Online