Pengurus LTM NU Bogor Mengajak Warga Nahdliyin Melawan Faham Radikal Dengan Mengkaji Sejarah Islam Secara Detail
Siapa yang tidak mengenal Sayidina Ali bin Abi Thalib Kw, Khalifah ke empat ini merupakan sahabat Rasul Saw. Sayidina Ali kw sama halnya dengan para sahabat Rasul lainnya, seperti Sayidina Abu Bakar Asshidiq, Sayidina Umar bin Khattab dan Sayidina Utsman bin Affan yang kesemuanya memiliki keutamaan dan Drajat khusus disisi Allah SWT dan Rasul-Nya.
Teringat kalam hikmah ulama nusantara, “ Kajilah sejarah, khususnya sejarah Rasul saw, karena sejarahnya merupakan jalan keselamatan bagi siapa saja yang ingin meraih kebahagiaan baik itu di Dunia maupun di Akhirat.” Pernyataan ditulis oleh Hadrotussyeikh KH Hasyim Asy’ari di dalam kitabnya yang berjudul “ Irsyadul Mu’minin Ila Syirati Sayyidil Mursalin.” Hadrotussyeikh menyarankan agar warga Nahdliyin mengkaji sejarah secara detail agar dapat mengerti akhlak dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh Rasul Saw dan juga para sahabatnya.
Jika kita membuka lembaran sejarah Sayidina Ali bin Abi Thalib kw, maka kita akan mengetahui beliau itu wafat di tangan manusia dzalim. Sejarawan seperti Ibn Atsir dalam kitabnya Asadul Ghaabah, Al Baladzuri dalam Ansaabul Asyraaf, dan Abu Faraj Isfahani dalam Maqaatil Attholibin serta Ahli Hadis Imam Ahmad dalam Fadhail Shahaabah menulis bahwa Sayidina Ali meraih kesyahidan pada 21 Ramadhan Tahun 40 H, saat beliau melaksanakan shalat subuh Bulan Ramadhan di Masjid Kufah dan yang membunuhnya adalah seorang Khawarij yang menjadi makmumnya, bernama Abdurahman bin Muljam.
Untuk mengenang sejarah Khalifah ke empat dan sepak terjangnya, setidaknya mari kita Tabarukan mengkaji beberapa Kalam hikmahnya yang diabadikan oleh sejarawan dan ahli hadits. Pada suatu ketika Rasulullah Saw bersabda:
أَنَا مَدِينَةُ الْعِلْمِ وَعَلِيٌّ بَابُهَا
“Saya adalah kotanya ilmu, dan Ali adalah pintu gerbangnya”
Mendengar sabda Nabi seperti itu, orang Khawarij tidak setuju dan berusaha membuktikan dengan mencoba memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada Sayyidina Ali Kw.
Kemudian orang Khawarij tersebut mengumpulkan 10 kelompok kaum Khawarij dan tiap kelompok diwakili satu orang sebagai penanya.
Pertanyaan kesepuluh orang Khawarij tersebut sama, yaitu :
العلم أفضل أم المال ؟؟
“Hai Ali, manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?”.
Kesepuluh pertanyaan yang sama dari sepuluh orang Khawarij tersebut dijawab oleh Sayyidina Ali Kw dengan jawaban yang berbeda-beda, yaitu :
١.العلم أفضل، لأن العلم ميرث الأنبياء والمال ميراث القرون والفرعون
” Lebih mulya ilmu dari pada harta, karena ilmu adalah warisan para nabi sedangkan harta warisan qorun dan firaun”
٢. العلم أفضل من المال لأن العلم يحرسك والمال تحرسه
” lebih penting ilmu, Karena ilmu menjagamu sedangkan harta engkaulah yang menjaganya”
٣. العلم أفضل من المال لأن لصاحب المال عدو كثير ولصاحب العلم صديق كثير.
” Ilmu lebih penting dari harta karena pemilik harta akan memiliki musuh yang sangat banyak dan sebaliknya orang yang berilmu akan memiliki teman yang banyak”
٤. العلم أفضل من المال لأن إذا صرفت من المال فإنه ينقص، وإذا صرفت من العلم فإنه يزيد
” Ilmu lebih penting dari harta karena harta akan habis ketika dibelanjakan dan ilmu justru akan terus bertambah ketika diamalkan”
٥. العلم أفضل من المال لأن صاحب المال يدعى باسم البخل واللؤم وصاحب العلم يدعي باسم الكرام والعظام
” Ilmu lebih penting dari harta karena pemilik harta akan dikenal dengan kekikiranya dan celaanya dan orang yang berilmu dengan keagungan dan kemuliaannya”
٦. العلم أفضل من المال لأن المال يحفظ من السارق والعلم لا يحفظ
” Ilmu lebih penting dari harta karena harta akan selalu dijaga dari pencuri dan ilmu tidak”
٧. العلم أفضل من المال لأن صاحب المال يحاسب يوم القيامة وصاحب العلم يشفع يوم القيامة
” Ilmu lebih penting dari harta karena pemilik harta akan dihisab di akherat, sedangkan orang yang berilmu justru akan mendapatkan syafaat”
٨. العلم أفضل من المال لأن المال لا يندرس بطول المكث ومرور الزمان والعلم لايندرس
” Ilmu lebih penting dari harta karena harta dengan berjalanya waktu akan habis dengan sendirinya sedangkan ilmu tidak, ilmu akan habis dengan meninggalnya orang yang berilmu”
٩. العلم أفضل من المال لأن المال يقسي القلب والعلم ينور القلب
” Ilmu lebih penting dari harta karena harta akan menjadikan hati kita keras sedangkan ilmu justru akan menerangi”
١٠. العلم أفضل من المال لأن صاحب المال يدعي الربوبية بسبب المال وصاحب العلم يدعي العبودية
” Ilmu lebih penting dari harta karena pemilik harta akan menggangap dirinya seperti tuhan dengan uangnya, tapi orang yang memiliki Ilmu akan merendahkan dirinya sebagai hamba dengan ilmunya”
“Andaikata engkau datangkan semua orang untuk bertanya, insya Allah akan aku jawab dengan jawaban yang berbeda-beda pula, selagi aku masih hidup,” jelas sayyidina Ali Kw. kepada kaum Khawarij.
Dari Kalam hikmah diatas kita dapat mengambil pelajaran bahwa menghormati para sahabat merupakan jalan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat. Kita dapat mencintai sahabat dengan bimbingan para Guru dan Ulama yang memiliki Nasab keturunan dan ilmu pengetahuan yang jelas, tiada lain hal itu ada pada Alim Ulama, Kyai dan Habaib Nahdlatul Ulama. jika kita tidak mengaji secara serius dan tidak mengikuti arahan guru kita, jangan harap kita bisa membedakan mana pecinta Rasul Saw dan Para sahabat, Mana Pecinta palsu yang pada masa kini kita menyebutnya dengan Neo Khawarij, mereka tidak hanya mudah mengkafirkan bahkan menghalalkan segala cara demi melanggengkan niat busuknya, diantara dengan meneror dan membuat kegaduhan di Negeri ini. Semoga kita semua terselamatkan dari niat busuk kaum Neo Khawarij dan dapat meraih keberkahan Ramadhan ini dengan sebaik mungkin dengan meningkatkan rasa cinta kita kepada Ulama Nusantara Annahdliyah.
Ditulis oleh H. Abdul Hadi Hasan, Lc ( Wasek LTMNU Kab. Bogor ) dari berbagai Referensi Kitab Sejarah dan Hadist Ahlisunnah Wal Jamaah serta termasuk dari Fanpages Pondok Pesantren Fauzan Garut. Materi ini juga disampaikan olehnya dalam ceramah keliling selama Bulan Ramadhan di Berbagai Masjid, Mushollah dan Majelis Taklim demi mewaspadai gerakan teroris dan kaum radikal khususnya di Jawa Barat.