Perempuan NU Jangan Kalah sama Emak-Emak Penyebar Fitnah

Jepara, NU Online
Kaum perempuan Nahdlatul Ulama (NU) diminta bisa menjadi juru bicara (jubir) untuk menjelaskan berbagai fitnah yang menyerang siapa pun, khususnya yang menimpa kepada organisasi maupun tokoh-tokoh dan kiai NU. Termasuk fitnah kepada pejabat negara.
“Namun jangan sampai jawab fitnah dengan fitnah,” ujar Ketua umum Jaringan Perempuan Nahdlatul Ulama (JPNU) Ida Fauziah dalam Rapat Koordinasi JPNU Jepara, di Jepara, Jumat (15/3). Rakor diikuti perwakilan pengurus Muslimat, Fatayat, dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).
Ida menambahkan, sampai saat ini masih ada 9 jutaan masyarakat yang percaya akan fitnah-fitnah yang ditujukan pada pemerintah. Apalagi ada pihak-pihak tertentu yang menyebarkan fitnah tersebut dari rumah ke rumah warga secara sistematis.
“Memang kebohongan atau fitnah yang dimunculkan terus-menerus, bisa saja membuat orang akhirnya percaya,” katanya.
Atas dasar itu, kata Ida, kaum perempuan NU tidak boleh kalah dengan emak-emak yang menyebarkan fitnah itu. Kaum perempuan NU bisa menangkalnya melalui berbagai saluran yang dimiliki.
“Ibu-ibu Muslimat, Fatayat punya jamaah pengajian,” jelasnya.
Ida juga mengingatkan, agar pada pemilu tahun ini, perempuan NU benar-benar datang ke tempat pemungutan suara (TPS). Termasuk mengajak seluruh keluarganya, untuk selanjutnya memilih pasangan yang berpihak kepada pesantren dan NU.
Sementara Pengasuh Pondok Pesantren API Tegal Rejo, Magelang, Jawa Tengah KH M Yusuf Chudlori mengatakan, rakor ini menjadi ajang untuk menyatukan pandangan menjelang Pemilu 2019.
“Ini tidak sekadar siapa memenangkan siapa. Namun juga bagian dari upaya kita menjaga ajaran Aswaja an-nahdliyah. Mosok kita mau dipimpin orang yang tak tahu adab ziara kubur?” tanyanya.
Menurut kiai yang akrab disapa Gus Yusuf, jika pemimpinnya ahli ibadah, maka rakyatnya juga akan mengikuti.
Sebelumnya, rakor JPNU juga digelar di Kudus. Ketua PCNU Kudus KH Asyrofi Mashyto juga mengimbau, warga Nahdliyin untuk memilih calon yang sudah jelas sosok dan keberpihakannya. (Red: Abdullah Alawi)
Sumber : NU Online
Jepara, NU Online
Kaum
perempuan Nahdlatul Ulama (NU) diminta bisa menjadi juru bicara (jubir)
untuk menjelaskan berbagai fitnah yang menyerang siapa pun, khususnya
yang menimpa kepada organisasi maupun tokoh-tokoh dan kiai NU. Termasuk
fitnah kepada pejabat negara.
“Namun jangan
sampai jawab fitnah dengan fitnah,” ujar Ketua umum Jaringan Perempuan
Nahdlatul Ulama (JPNU) Ida Fauziah dalam Rapat Koordinasi JPNU Jepara,
di Jepara, Jumat (15/3). Rakor diikuti perwakilan pengurus Muslimat,
Fatayat, dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).
Ida
menambahkan, sampai saat ini masih ada 9 jutaan masyarakat yang percaya
akan fitnah-fitnah yang ditujukan pada pemerintah. Apalagi ada
pihak-pihak tertentu yang menyebarkan fitnah tersebut dari rumah ke
rumah warga secara sistematis.
“Memang kebohongan atau fitnah yang dimunculkan terus-menerus, bisa saja membuat orang akhirnya percaya,” katanya.
Atas
dasar itu, kata Ida, kaum perempuan NU tidak boleh kalah dengan
emak-emak yang menyebarkan fitnah itu. Kaum perempuan NU bisa
menangkalnya melalui berbagai saluran yang dimiliki.
“Ibu-ibu Muslimat, Fatayat punya jamaah pengajian,” jelasnya.
Ida
juga mengingatkan, agar pada pemilu tahun ini, perempuan NU benar-benar
datang ke tempat pemungutan suara (TPS). Termasuk mengajak seluruh
keluarganya, untuk selanjutnya memilih pasangan yang berpihak kepada
pesantren dan NU.
Sementara Pengasuh Pondok
Pesantren API Tegal Rejo, Magelang, Jawa Tengah KH M Yusuf Chudlori
mengatakan, rakor ini menjadi ajang untuk menyatukan pandangan menjelang
Pemilu 2019.
“Ini tidak sekadar siapa
memenangkan siapa. Namun juga bagian dari upaya kita menjaga ajaran
Aswaja an-nahdliyah. Mosok kita mau dipimpin orang yang tak tahu adab
ziara kubur?” tanyanya.
Menurut kiai yang akrab disapa Gus Yusuf, jika pemimpinnya ahli ibadah, maka rakyatnya juga akan mengikuti.
Sebelumnya, rakor JPNU juga digelar di Kudus. Ketua PCNU Kudus KH Asyrofi Mashyto juga mengimbau, w
Baca juga resensi buku lainnya :
- Jejak Perjuangan K.H. Ahmad Hanafiah. Kontak pembelian : 0821 1682 5185 (Sandi). Link resensi, klik.
- Gerakan Syiah di Nusantara: Anasir Berimbang Sejarawan Muda. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
- Sejarah Pergerakan Nasional. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
- Historiografi Islam dan Momi Kyoosyutu. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
- Jalan Sunyi dan Rambut Gimbal : Sebuah Interpretasi atas Kehidupan Gus Qomari. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
- Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
- Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.