Peringatan Hari Lahir Pancasila dengan Kegiatan Khotmil Qur’an Bersama PAC Ansor, Banser, Rijalul Ansor dan IPNU Kec. Cibiuk, Kab. Garut
Telah kita pahami bersama bahwa Pancasila dirumuskan dalam rangka mewujudkan kemerdekaan Indonesia dimana pada substansinya itu memiliki muatan nilai-nilai nasionalisme dan spiritual yang mengutarakan gelora jiwa bangsa Indonesia yang cinta merdeka sehingga ini berpotensi untuk mencegah terulangnya dehumanistik di masa kemerdekaan. Maka implementasinya pancasila dalam wilayah aplikatif mestilah menyatu dengan spiritualitas kehidupan bangsa Indonesia yang mana ini memberikan dampak positif untuk memerdekakan manusia sebagai manusia.
Dimensi spiritualitas dalam Pancasila ini tercantum pada ruhnya yang mempersatukan keanekaragaman di Indonesia. Ruh yang mempersatukan itulah merupakan esensi dari cinta merdeka dan menghormati kemerdekaan orang lain. Bingkai cinta merdeka ini yang memberikan spirit paham kebangsaan Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika. Dan inilah yang memberikan ekspresi rasa kemanusiaan sejati yang menjiwai setiap manusia di Indonesia untuk menghormati keunikan dan perbedaan di Tanah Air ini. Apabila kita runut pemahaman redaksi pada sebuah kata “Pancasila” ini memiliki makna yang besar. Mari kita analisa menurut etimologi, Pancasila terdiri dari dua suku kata yaitu “Panca dan Sila” dalam bahasa sangsakerta. Panca artinya Lima dimana ini yang membentuk keutuhan dan sila yang memiliki makna prinsip atau moralitas dimana ini melebur dalam keutuhan. Maka secara etimologi ini dapat diartikan bahwa pancasila sebagai lima prinsip dan moralitas yang menyatu utuh sebagai panduan hidup bersama. Lima prinsip ini mesti diaktualisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, beragama dan bernegara. Pengamalan lima prinsip dari sila pertama sampi ke lima harus dapat terejawantahkan dalam setiap napas dan langkah kita dengan pendekatan tasamuh, tawasuth, tawajun dan ta’adul sehingga cara berpikir dan bersikap itu dapat seirama dengan pesan Pancasila. Karena perjuangan untuk melahirkan idoleogi Pancasila dalam sebagai pijakan dalam berbangsa dan bernegara itu tidaklah segampang membalikan telapak tangan.
Proses persiapan lahirnya Pancasila ini telah dilakukan dengan berbagai pendekatan termasuk dengan melakukan gerakan sumpah pemuda (28 Oktober 1928) dan BPUPKI 31 Mei 1945 yang melandasi lahirnya Pancasila pada 1 Juni 1945. Salah satu pelaku sejarah yang merumuskan lahirnya Pancasila diantaranya; Bung Karno, Bung Hatta, Bung Pomo (Supomo), Mohammad Yamin dan dan tak kalah pentingnya K.H. Wahid Hasyim merupakan salah satu dari tokoh Islam dan NU yang memprakasai lahirnya Pancasila sebagai landasan Ideologi dalam berbangsa dan bernegara.
Inilah yang menggerakan hati dan pikiran para Pengurus Ansor , Banser, Rijalul Ansor dan IPNU Kecamatan Cibiuk begitu juga warga masyarakat Cibiuk, kabupaten Garut untuk memperingati hari lahir Pancasila dengan kegiatan Khotmil Quran di Pondok Pesantren Hidayatussalam pada tadi malam bulan Ramadhan ini. Khormil Quran merupakan bagian dari program kerja Ansor beserta lembaga dan semi otonom dalam menumbuhkan nilai spiritualitas dan kebangsaan. Kedua tema dalam kegiatan khitmil qur’an tersebut merupakan tema yang penting dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena proses spiritualitas itu merupakan sebuah pendekatan spiritual yang dapat membimbing pengurus PAC Ansor Kecamatan Cibiuk pada khususnya untuk membentuk pribadi yang bertakwa berlandaskan Islam Ahlus sunnah waljama’ah annahdliyah yang memiliki sikap toleransi dan kerjasama antar umat beragama dalam aspek moril dan materil. Tema kebangsaan merupakan spirit nasionalisme dalam mengawal NKRI dan Ideologi Pancasila dalam berbangsa dan bernegara. Inilah yang menjadi landasan kuat bagi para pengurus Ansor, Banser dan Rijalul Ansor kecamatan Cibiuk untuk terus menggelorakan nilai kebangsaan dalam ikatan idoelogi Pancasila dan konsep Ahlus sunnah waljama’ah Annahdliyah sebagi landasan dalam berpikir dan bersikap.
Sedikit penulis setback terkait sejarah lahirnya Ansor Kecamatan Cibiuk, yang melatar belakangi sejarah terbentuknya Ansor Cibiuk itu tidak terlepas dari sejarah lahirnya atau terbentuknya Majlis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Cibiuk. Banyak beberapa tokoh dan kiayi yang terlibat dalam pembentukan MWC NU Cibiuk yaitu; Kiayi Rd. Momod Moh. Jawari, Kiayi E. Sulaeman, K.H. Zakaria, Kiayi Koko Koswara, Kiayi Opo Mustofa, Kiayi Apandi, K.H. Endang Abdul Karim, Oneng Sopandi, dan masih banyak peran para Kiayi yang berkontribusi dalam pembentukan MWC NU secara struktural lainnya. Penulis sedikit mengupas terkait lahirnya MWC NU secara struktural sebelum membahasa Ansor terlebih dahulu karena kelahiran Ansor itu tidak terlepas dari NU sebagai induknya. MWC NU Cibiuk itu lahir (terbentuk secara struktural) pada tahun 1960 yang didukung oleh Pimpinan Cabang NU Garut dimana itu terbentuk ketika melihat berbagai kegelisahan para tokoh beserta Kiayi terkait dengan perkembangan isu Islam fundamentalis begitu juga untuk membentengi lahirnya terhadap non Muslim yang fundamentalis.
MWC NU Cibiuk mulai terbentuk secara kepengurusan dalam ranah garis Intruksi dan koordinasi dengan Pimpinan cabang, Wilayah begitu juga Pusat secara struktural itu pada tahun 1964 dimana K.H. Endang Abdul Karim sebagai ketua tanfidziyah MWC NU Toor De Haruman sekarang disebut MWC NU Cibiuk dan Ketua Syuriah ialah Kiayi E. Sulaeman. Mereka merupakan ketua Tanfidziyah dan Syuriah yang pertama. Pada waktu itu belum terbentuk lembaga dan badan otonom NU.
Lima tahun kemudian atau lebih tepatnya pada tahun 1969 lembaga dan badan otonom NU mulai terbentuk termasuk PAC Ansor Toor De Haruman (sekarang disebut PAC Ansor Cibiuk) yang diketuai oleh K.H. Ahmad Muttaqien sebagai Ketua Ansor Pertama diperiode itu hingga sekarang proses perjuangan dan pergerakan PAC Ansor Kec. Cibiuk selalu ada. Hingga tidak tidak terasa estafet kepengurusan dari sebelumnya hingga sekarang beralih kepada Ust. Salman sebagai Ketua PAC Ansor Cibiuk dan Ust. Deden sebagi Ketua Rijalul Ansor yang merupakan badan semi otonom Ansor yang diangkat oleh ketua ansor itu sendiri.
Badan semi otonom ini bergerak dibidang sosial dan keagamaan seperti halnya yang sudah dicantumkan dalam Peraturan Organisasi Gerakan Pemuida Ansor tentang Fungsi lembaga Mazlis Dzikir dan Sholawat Rijalul Ansor No.02/KONBES-XVIII/VI/2012 BAB II pasal 3 ayat 1 pint a yang berbunyi: “Fungsi Majelis Dzikir dan Sholawat Rijalul Ansor sebagai upaya menjaga dan mempertahankan paham aqidah ahlus sunnah wal jama’ah ala nahdlatul Ulama”. Dan inilah yang menjadi landasan lahirnya Ansor PAC begitu juga Rijalul Ansor sebagai badan otonom Ansor Cibiuk karena dipandang perlu untuk membentengi ulama dan sebagai pemuda yang menjadi estapet perjuangan NU selanjutnya dalam mengawal NKRI dan Islam Ahlussunnah Waljama’ash Annahdliyah dan menjaga kerukunan antar umat. NU, lembaga dan Badan otonom termasuk Ansor merupakan salah satu organisasi yang kehadirannya dibutuhkan dalam mengawal ideology Pancasila, dan ini sesui dengan kaidah usul fiqih “Ma La Yatimul Wajib illa Bihi Fahuwal Wajib” (sesuatu yang menjadi penyempurna dari perkara wajib maka hukumnya wajib).
Dalam artian bahwa kehadiran NU, Lembaga begitu juga Ansor keberadaannya dihukumi wajib karena menjadi sebab dalam pengawalan ideologi Pancasila begitu juga terhadap Islam Ahlus sunnah waljama’ah Annahdliyah dalam menjaga kerukunan umat beragama. Itulah yang menjadi landasan lahirnya ansor kecamatan Cibiuk. Tidak terlepas dari sejarah lahirnya MWC NU dan PAC Ansor Cibiuk, begitujuga dengan peringatan lahirnya Pancasila melalui kemeriahan Khotmil quran pada malam tadi itu semata untuk mewujudkan insan yang siap memperjuangkan dan menghidmatkan jiwanya untuk Islam Ahlus sunnah Waljama’ah Annahdliyah dan Ideologi Pancasila sebagai landasan berbangsa dan bernegara sehingga tercapainya kerukunan antar umat yang mempunyai anekaragam perbedaan Agama, budaya, ras, pendidikan dan aspek lainnya dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika sehingga dalam berpikir dan bersikap sesuai dengan Islam Ahlus sunnah Waljama’ah Annahdliyah dan ideologi Pancasila.
By
Hapid Ali (Beliau aktif di PW Lakpesdam NU Jabar fokus dalam pengembangan intelektual dan pemberdayaan sumber daya manusia)