Pesantren Al-Hikamussalafiyyah Kembali Gelar Tarawih 1,5 Juz Semalam
Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyyah yang berdomisili di Desa Sukamantri Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang Jawa Barat, kembali menggelar salat tarawih dengan bacaan 1,5 juz Al-Quran semalam pada Ramadan tahun ini. Tradisi ini tetap dipertahankan setelah tahun-tahun sebelumnya dilakukan hal serupa.
Ketua Dewan Pengasuh Pesantren Al-Hikamussalafiyyah, H Sa’dulloh, yang juga bertindak menjadi Imam tarawih di pesantren tersebut menyampaikan bahwa setiap tahun di Pesantren Al-Hikamussalafiyyah selalu mengadakan tarawih 1,5 juz semalam. 1,5 juz tersebut dibaca oleh Imam dalam sholat isya, sholat tarawih sebanyak dua puluh raka’at, dan dalam sholat witir tiga rokaat.
Shalat tarawih menjadi ibadah unik dan ditunggu-tunggu karena datangnya hanya sekali dalam setahun. Pesantren Al-Hikamusaalafiyyah tidak mau melewatkan momen tarawih ini dengan begitu saja. Maka dibuatlah program tarawih dengan membaca 1,5 juz Al-Qur’an setiap malamnya.
Hal tersebut disampaikan oleh H Sa’dulloh seusai memimpin sholat tarawih, Ahad (27/5/2018). Jamaah tarawih di Pesantren Al-Hikamussalafiyyah tidak hanya santri saja, tapi terbuka juga untuk umum.
Karena semalam 1,5 juz, jadi Insya Allah tarawih di malam ke-20 Ramadhan akan ada doa khotmil qur’an. Kami mengundang secara terbuka kepada seluruh alumni pesantren, para pengurusan JQH NU, para pengurus NU di Kabupaten Sumedang, serta seluruh masyarakat untuk bisa mengikuti tarawih bersama di malam 20 tersebut.
Ada beberapa alasan di Pesantren Al-Hikamussalafiyyah selalu melaksanakan tarawih dengan bacaan 1,5 juz semalam, lanjut H Sa’dulloh yang menjabat juga sebagai Pengurus Jam’iyyatul Qurra wal Huffadz Provinsi Jawa Barat. Pertama, ingin mensyiarkan bulan Ramadhan yang penuh berkah. Kedua, disetiap bulan Ramadhan para santri dan jama’ah bisa beberapa kali khatam Al-Quran. Khatam Al-Quran dengan murojaah masing-masing, juga khatam dalam sholat tarawih.
Ketiga, untuk memasyarakatkan Quran dan meng-Quran-kan masyarakat. Dan yang keempat, memberi ruang kepada para hafidz di Pesantren Al-Hikamussalafiyyah untuk menjaga hafalan Qur’annya dalam sholat.
Menjaga hafalan Quran dalam shalat tantangannya lebih besar daripada semaan atau murojaah biasa. Sebab, sang hafidz harus lebih berkonsentrasi. Ketika diluar shalat, dia bisa saja membuka Quran sendiri ketika lupa. Sementara kalau dalam shalat gimana mau buka Quran.
Semoga dengan istiqomah mengamalkan membaca Al-Quran ini kami semua menjadi umat yang terbaik di sisi Allah Swt, tutup H Sa’dulloh. (Ayi Abdul Kohar)