Provokasi di Hari Santri

Ayik Heriansyah – Kehadiran bendera HTI pada peringatan Hari Santri di Cianjur kemarin (22/10/2019) telah mengotori makna santri itu sendiri. Santri merupakan suatu komunitas terhormat yang mengemban ilmu dan adab Islam. Dengan ilmu dan adab itulah kehidupan Islam terjaga dan terpelihara. Ilmu dan adab yang luhur hanya milik orang-orang yang rendah hati (tawadlu) terhadap ulama, sabar terhadap umara dan toleran terhadap sesama. Ketiga sifat mulia yang terbentuk ketika mereka belajar di pesantren-pesantren, berkhidmat kepada kiai, patuh kepada aturan pondok dan solidaritas kepada sesama santri.
Santri dan Khawarij sangat kontras. Santri dan Khawarij, ibarat air dan api. Santri santun dan sejuk, Khawarij panas dan membakar. Santri ilmunya fi shudur, Khawarij ilmunya fi batur (ilmunya di orang lain, mereka sendiri tidak berilmu). Sebab itu tidak mungkin ada santri yang Khawarij atau Khawarij yang santri. Yang paling mungkin itu, Khawarij bersarung dan kopiah santri untuk mengelabui kaum santri.
Karakter santri bertolak belakang dengan sifat-sifat kaum Khawarij. Kaum Khawarij adalah kaum yang sangat fanatik dengan pendapatnya. Mereka sombong terhadap ulama, tidak sabar terhadap umara dan tidak memiliki rasa solidaritas terhadap umat Islam di luar kelompok mereka. DNA kaum Khawarij pertama kali berada dalam diri Dzul Khuwaisirah saat dia menyerang kepribadian Rasulullah Muhammad saw.
Buku lain :