Salah Jalan
Salah jalan merupakan suatu pembelajaran dalam hidup, karena Allah ingin memberikan penguatan, pengalaman, yang bisa kita jadikan hikmah, bagi diri sendiri, dari apa yang sudah dilewati, sebagai bekal ke arifan kedepannya.
Salah jalan bisa berupa sesuatu yang berupa dosa besar yang di lakukan anak manusia, maupun dosa-dosa kecil yang terus ditumpuk, hingga tak terasa, itu melegamkan hati anak manusia tersebut.
Nabi Adam sebagai manusia pertama pun, tak lepas dari ke khilafan, dengan melanggar apa yang telah Allah pesankan, dan terlarang bagi dia mendekatinya, hingga Adam lupa, dan melanggarnya, larangan Allah yang maha besar telah Nabi Adam langgar.
Hingga apa yang terjadi kemudian dengan Adam adalah, Allah menghukumnya langsung, dengan menurunkan keduanya ke Bumi, bersama ibunda kita Siti Hawa.
Hukuman ini memberi pembelajaran kepada mereka berdua, yakni dengan di pisahkan oleh jarak, dipisahkan oleh perbedaan alam, dan waktu yang berbeda.
Hukuman yang sangat berat dan memukul mental keduanya, sampai mereka harus saling mencari, menguatkan tekad, berusaha sekuat tenaga, berpayah-payah, dan melakukan upaya terbaik, tentunya terus melakukan pertaubatan, meminta ampunan, hingga Allah memberi jalan, untuk akhirnya mereka bisa bertemu dan di pertemukan kembali.
Salah jalan, untuk manusia yang mencari jalan yang benar, ia berusaha selalu dalam koridor jalannya Allah yang di ridhoi.
Ia selalu menginginkan jalan yang lurus, jalan yang terang benderang dalam CahayaNya, jalan yang lancar, jalan yang benar, dan jalan yang membawa keselamatan.
Sedangkan, mereka yang berkubang dalam jalan yang salah, walau mereka tahu itu adalah jalan pekat, hitam, dan gelap, dan jalan yang salah yang mereka pilih, bagi mereka, itu seperti sebuah pilihan yang tak ada lagi pilihan lain selain jalan itu.
Hingga akhirnya, mereka mau tak mau bergumul di jalan itu.
Jalan yang mereka rasa baik, walau kadang taruhannya harus jiwa mereka sendiri.
Lalu apakah mereka gembira, dan senang ?
Ternyata, keadaan di jalan yang mereka pilih ini, selalu membawa dirinya pada perasaan was-was, cemas, ketakutan, khawatir, yang membuat hidupnya, terasa selalu berhadapan dengan bahaya.
Hingga, perasaan-perasaan yang berkecamuk tersebut, membawa hati mereka jauh dari mendapatkan ketentraman bathin, dan jauh dari ketenangan bathinnya, dan ini membawa diri mereka dalam kegelapan hati, hingga berdampak pada perilakunya yang keras, emosional, dan tak terkontrol.
Orang-orang yang salah jalan, walau di mata orang lain secara duniawi, mereka serba berkecukupan, tapi hati mereka sebenarnya sangat gersang, tandus, hingga merasakan dunia ini hampa, dan sangat sepi mencekam, mereka merasa ada dalam kesendirian tak berujung, sampai mereka akhirnya menghadapi kekalutan-kekalutan jiwa, yang entah apa obatnya.
Salah jalan, bukan berarti sesuatu yang mampu membuntukan !
Mereka yang salah jalan ketika sudah merasakan hampa hatinya, dan gersang jiwanya, segeralah menginggat dirinya !
Bertaubatlah !
Berusahalah sekuat tenaga, seperti halnya Adam, kembali menata dirinya, untuk bersungguh-sungguh mencariNya.
Perjalanan Nabi Adam dalam menemukan Siti Hawa.
Merupakan sebuah gambaran, bahwa setiap pendosa, yang salah jalan, mesti mengikuti jejaknya Adam.
Jejak untuk menemukan kekasihnya yang hilang, yakni hati sucinya…
Karena hati suci inilah, nanti yang akan menunjukan jalan ketenangan, yang mampu menghantarkan dirinya bisa menemukan jalan kebenaran, jalannya menuju cahayanya Tuhan, dan sekaligus jalan ia mendapat kedamaian jiwa.
Alhamdulillah.
Semua Nabi pun selalu meminta ampun, dan permohonan ampun yang dasyat, ada pada kisah Nabi Yunus, saat ia meninggalkan umatnya, hingga Allah menghukumnya, ia tertelan Ikan Nun, hingga Nabi Yunus akhirnya tersadar, dan ia memohon ampunan Allah, dengan doa nya yang Masyur itu.
“Laa ilaaha illaa anta, subhaanaka, innii kuntu minadz dzaalimiin”. (Artinya: Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau (ya Allah), Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk di antara orang-orang yang berbuat zalim/aniaya).
Subhanallah, Maha Suci Allah dengan semua pengkisahan yang mampu menjadikan kita manusia yang selalu mensyukuri nikmat.
Alhamdulillah.
Semoga bermanfaat.
Bambang Melga Suprayogi M.Sn
Ketua LTN NU kab Bandung.