Santri dan Kemandirian
Andri Nurjaman – Santri sejak awal memang dicetak untuk bisa hidup secara mandiri, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Kyai mendidik santri-santrinya supaya tidak bergantung pada orang lain. Sehingga santri dilatih dari mulai hal-hal yang kecil seperti memasak, mencuci pakaian/ peralatan, bekerja, mutholaah dan lain-lain. Santri harus serba bisa, agar kelak ketika dia sudah lulus dari pesantren minimal tidak menyusahkan orang lain bahkan bisa membantu dan menolong hajat masyarakat dilingkungan sekitarnya dimana dia hidup.
Contoh kecil, di pondok pesantren salaf dan Kyainya mempunyai lahan pesawahan, biasanya yang mengurus dan mengelola sawah adalah santrinya, ini adalah bagian dari pendidikan pondok pesantren yang menurut saya adalah ciri khas, santri dilatih untuk bisa mengurus sawah dari mulai menanam sampai panen. Ini bertujuan ketika santri sudah lulus atau sudah menjadi alumni dan mengabdi kepada masyarakat santri tersebut tidak hanya bisa mengamalkan ilmu agamanya kepada masyarakat, namun bisa terjun ke sawah atau ladang dan mengelolanya sampai bisa menghasilkan dari keringatnya sendiri, jadi tidak mengandalkan pemberian sesuatu dari masyarakat. Inilah pendidikan dari Kyai dan inilah kemandirian seorang santri.
Contoh lainnya, ketika ada pembangunan di pesantren, entah membangun masjid, madrasah atau bangunan lainnya, biasanya Kyai akan mengajak santri-santrinya untuk turun bekerja dalam proses pembangunan, seperti ngaduk, nembok, ngecet, dan lain-lain, bahkan sebagian santri yang sudah senior disuruh oleh Kyainya hanya bekerja dan tidak apa-apa untuk meninggalkan pengajian.