The news is by your side.

Serial Bidaah dan Tips dari Abah Anom dalam Memilih Guru

Oleh Alfi Saifullah

Bidaah

Belakangan publik dihebohkan dengan figur Walid yang viral di dunia maya. Short video-nya tersebar luas di berbagai media sosial, baik Whatsapp, TikTok, Instagram, Facebook, maupun Youtube. Antara geram, jengkel, dan gemas bercampur aduk jika menyimak figur satu ini. Walid merupakan sosok kontroversial dalam sinema Bidaah yang sedang trending tidak hanya di negeri asalnya, Malaysia, namun juga di negara sekitar termasuk Indonesia. Serial drama yang di sutradarai oleh Pali Yahya, diproduksi Rumah Karya Citra milik Erma Fatima tersebut muncul sebagai refleksi sinematik―karya yang cukup menggugah dalam menyoroti penyimpangan kelompok yang identik dengan Tasawuf.

Tayang melalaui platform Viu Malaysia sejak 6 Maret 2025, Bidaah telah memicu diskusi yang cukup serius tentang representasi Tasawuf dan Tarekat dalam media. Narasi Bidaah bermula pada Baiduri, gadis yang dipaksa bergabung dengan sekte Jihad Ummah pimpinan Walid Muhammad Mahdi Iman, sosok yang kharismatik dan berwibawa. Namun, pelan-pelan sosok Walid Muhammad menampilkan wajah aslinya yang cenderung manipulatif, Tiran Spritual yang mengatasnamakan Allah atas adegan-adegan vulgarnya terhadap Baiduri. Lebih parahnya dikultuskan oleh pengikutnya sebagai sumber keberkahan.

Meski baik dalam konteks otokritik terhadap praktik Tasawuf yang menyimpang dari jalur syariat, namun serial Bidaah tidak memberikan informasi yang utuh tentang Tasawuf. Bahkan menciptakan gambaran simplistik, generalisasi yang menyudutkan tasawuf secara keseluruhan. Publikpun seakan diajak untuk bertanya; beginikah realitas kelompok tarekat? Dan jawabannya sangat jelas, Tidak. Tasawuf merupakan jalan kedekatan menuju Allah, keintiman denganNya. Sebuah jalan yang mengharuskan bimbingan dari guru berakhlaq mulia dan berilmu mendalam.

Dalam tradisi sufi yang otentik, jalan tasawuf bukan merusak aqidah atau menyeleweng dari syariat. Kata Imam Malik bin Anas ra, “Barang siapa mengamalkan fiqh tanpa bertasawuf maka dia termasuk orang fasiq. Dan barang siapa bertasawuf tanpa fiqh maka ia kafir zindiq. Dan barang siapa mengamalkan fiqh sekaligus bertasawuf, itulah yang benar”. Karenanya, kemuliaan dan kebenaran Tasawuf tidak bisa direduksi hanya dengan sosok viral dalam sebuah sinema.

Tips Abah Anom dalam memilih guru

Abah Anom (1915-2011), panggilan akrab KH. Shohibul Wafa Tajul Arifin, ulama sekaligus mursyid besar pada masanya. Beliau merupakan mursyid Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah yang cukup disegani di Tanah Pasundan, bahkan di seluruh Indonesia. Pengasuh Pondok Pesantren Suryalaya ini telah memberikan tips bagaimana memilih guru yang tepat dalam menempuh jalan Tasawuf. Dalam kitabnya berjudul Miftahus Shudur, Abah Anom menyarankan untuk selektif dalam memilih guru, terlebih seorang mursyid. Tak hanya pandai menghafal kitab atau memiliki pengetahuan yang mendalam, seorang guru harus memiliki kualitas spiritual dan karakter yang sesuai dengan syariat Islam. Ia harus menjadi teladan, bukan sekadar teoritikus.

Dalam Miftahus Shudur jilid 2, Abah Anom berkata:

آلْعِلْمُ يُؤْ خَذُمِنْ أَفْوَا هِ الرِّجَالِ، لاَمِنَ الصُّحُفِ مِنْ هَؤُلاَءِالرِّجاَل، هُمْ رِجَالٌ اْلحَقِّ عَزَّوَجَلَّ الْمُتَّقُوْنَ التَّارِكُوْنَ الْوَارِثُوْنَ اْلعَارِفُوْنَ اْلعَامِلُوْنَ اْلمُخْلِصُوْنَ مَا هُوَغَيْرُالتَّقْوَى هَوَسٌ وَبَاطِلٌ

Ilmu itu diambil dari lisan para ahli yang telah mumpuni, tidak sekadar dari teks kitab. Dari para ahli yang memiliki berbagai kualitas. Mereka yang benar-benar gigih berjuang dijalan Allah. Bertaqwa. Yang meninggalkan maksiat. Mewarisi Nabi. Arif. Mengamalkan ilmunya. Ikhlas. Adapun selain taqwa adalah kebodohan dan kebatilan.

Mari kita uraikan nasihat Abah Anom satu-persatu kisanak!

Gigih berjuang di jalan Allah. Mereka yang gigih berjuang adalah mereka yang menjaga integritas agama dalam kehidupan sehari-hari dan ini mencangkup segala aspek kehidupan―dari moral hingga pola piker. Seorang guru adalah pejuang demi tegaknya kebenaran, bukan mereka yang mementingkan ambisi pribadi. Menyuarakan kebenaran (Al-Haqq) serta menolak segala bentuk taghut―berhala zaman modern, baik berupa uang, kekuasaan, maupun kepalsuan.

Bertaqwa. Kata taqwa memiliki kedalaman makna yang sangat kuat. Taqwa bukan sekadar menjalankan kewajiban agama atau kesalehan lahiriah. Taqwa juga bukan sekadar gelar, tetapi kesadaran terus-menerus akan kehadiran Tuhan. Guru yang bertaqwa tidak mengajak murid untuk tunduk kepadanya, tapi kepada Allah. Dalam hal ini, taqwa menjadi ukuran sejauh mana seorang guru dapat menjadi panutan bagi murid-muridnya.

Meninggalkan maksiat. Meninggalkan maksiat merupakan bagian integral dari perjalanan seorang murid. Sebagai guru, harus berusaha sebisa mungkin meninggalkan dosa, sebagai bukti pengendalian dirinya dihadapan Allah. Tanpa meninggalkan maksiat, hubungan guru-murid tak lebih hanyalah formalitas belaka. Maksiat dalam konteks sufi, tidak selalu tampak dalam bentuk dosa lahir. Peng-Aku-an―menjadikan diri sebagai pusat segalanya, merupakan salah satu diantara dosa terbesar.

Mewarisi Akhlaq dan Ilmu Nabi. Ulama adalah waratsah anbiya (pewaris Nabi), tentu bukan mewarisi harta benda, melainkan ilmu dan akhlaknya. Akhlaq Nabi sendiri merupakan moralitas yang ideal―Form moral paling sempurna―teladan utama yang harus dicapai oleh umat Islam, bahkan umat manusia. Keteladanan dalam berbicara, bertindak, bahkan dalam berfikir. Seorang guru yang mewarisi akhlaq Nabi akan menjadi sumber inspirasi bagi murid-muridnya.

Arif. Orang yang arif adalah mereka yang memiliki pengetahuan langsung tentang Allah. Pengetahuan yang hanya bisa didapat melalui penyucian jiwa. Ma’rifah bukan hafalan, bukan mengetahui melalui teks-teks teoritis, tetapi sebuah pengalaman―sebuah penyaksian. Menurut Ibnu Arabi, para Arif tidak berkata “Aku tahu”, tetapi “Allah menunjukkan”.

Mengamalkan Ilmu. Ilmu tanpa amal layaknya pohon tanpa buah. Kebanyakan para Arif mengajarkan ilmu melalui tindakan, bukan kata-kata. Seorang guru tidak berdiri lebih tinggi dari muridnya. Ia justru merendah dengan sujud yang lebih dalam. Karena ilmunya adalah laku, bukan sekadar kutipan.

Ikhlas. Melakukan sesuatu hanya untuk Allah semata, tanpa berharap pujian dan imbalan. Tidak mencari keuntungan pribadi atau pengakuan sosial. Meski sederhana, kata Ikhlas sulit dijelaskan. Seperti kata penyair Persia, “Barang siapa mengatakan Ikhlas, maka ia telah kehilangan keikhlasannya”. Ikhlas itu tidak bisa di buat-buat, ia seperti Cahaya pagi yang tidak tahu bahwa ia menyinari. Orang Ikhlas hadir karena kecintaannya yang mendalam terhadap Tuhan dan umat manusia. Ia adalah pengejawantahan Rahmat Tuhan tanpa sebuah nama.

Selain taqwa adalah kebodohan dan kebatilan. Bodoh bukan tidak tahu. Bodoh adalah mereka yang tahu, tetapi tidak gentar terhadap segala konsekuensinya. Sebaliknya batil adalah mereka yang menggunakan agama dan pengetahuan yang dimiliki untuk membungkus ambisi dan kehendak pribadi.

Penutup

Sangat penting bagi pencari ilmu, atau seorang salik untuk selektif dalam memilih guru. Mencari seseorang yang mencerminkan sifat-sifat Ilahi, bukan hanya pandai berbicara atau memiliki banyak pengikut. Sebab guru seperti sungai yang jernih, mengalirkan air kehidupan kepada siapa saja yang haus akan kebenaran.

Dalam dunia yang penuh dengan kebisingan dan kebingungan, setidaknya film Bidaah menyadarkan akan bahaya kharisma palsu. Tips Abah Anom menjadi pengingat―bahwa jalan menuju Tuhan membutuhkan kejelasan, kejujuran,dan bimbingan yang benar. Dengan mengikuti ajaran tasawuf yang otentik dan berhati-hati terhadap karisma palsu, dus, kita berharap dapat menemukan jalan yang lurus menuju ma’rifat dan kedekatan dengan Tuhan. Semoga.

Baca juga resensi buku lainnya :

  • Jejak Perjuangan K.H. Ahmad Hanafiah. Kontak pembelian : 0821 1682 5185 (Sandi). Link resensi, klik.
  • Gerakan Syiah di Nusantara: Anasir Berimbang Sejarawan Muda. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
  • Sejarah Pergerakan Nasional. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
  • Historiografi Islam dan Momi Kyoosyutu. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
  • Jalan Sunyi dan Rambut Gimbal : Sebuah Interpretasi atas Kehidupan Gus Qomari. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.