Syekh Panjalu dan ‘Penemuan’ Gus Dur
Jakarta, NU Online
Setelah menelusuri jejak pemikiran dan sanad keilmuan para ulama di Tatar Sunda, Anjangsana Fakultas Islam Nusantara (FIN) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia menutup perjalanannya selama empat hari itu dengan berziarah ke Makam Syekh Panjalu yang terletak di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat pada Kamis (16/1).
Bus melaju sekitar pukul 10.00 WIB dari Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya, Tasikmalaya usai berziarah ke makam pendiri pesantren Ajengan KH Khoer Affandi dan dewan masyayikh.
Sampai di Panjalu, para pengajar FIN Unusia pun menaiki perahu guna sampai di makam yang berada di tengah Situ Panjalu. Rombongan tiba tepat saat kumandang azan zuhur menggema dari masjid terdekat.
Di atas perahu tersebut, Ngatawi al-Zastrouw, salah seorang pengajar FIN Unusia, bercerita perjalanannya kali pertama ke tempat tersebut berziarah membersama KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Sekitar 29 tahun silam, tepatnya tahun 1991, Gus Dur bersamanya menziarahi makam tersebut tengah malam, sekitar pukul 01.00 dini hari. Dengan perahu getek dan penerangan patromak saja, mereka sampai di situs tersebut dengan selamat. Kelelawar yang berukuran besar bergelantungan di pepohonan yang rimbun menyambut kehadiran mereka.
Di atas perahu tersebut juga, Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) 2010-2015 itu menjelaskan bahwa Syekh Panjalu merupakan sosok pangeran Kerajaan Panjalu yang memiliki kesaktian.
Diceritakan bahwa suatu ketika ia bertemu Sayyidina Ali kw. Namun, kesaktiannya itu tak sebanding dengan kedigdayaan yang dimiliki oleh menantu Nabi Muhammad SAW. itu.
Akhirnya, ia mengaku kalah. Ia pun dibekali tiga hal, yakni pedang, pakaian, dan air zamzam. Namun, zamzam tersebut tumpah dan menjadi situ Lengkong saat ini. Air yang mengelilingi situs makamnya itu dipercaya sebagai air zamzam.
Buku lain :