The news is by your side.

Tiga Ciri Kelompok Puritan Menurut Kang Maman

Bandung, NU Online
Radikalisme tidak sekonyong-konyong muncul begitu saja. Ia lahir dari puritanisme dan menyebabkan terorisme.

Demikian Ketua Lembaga Dakwah PBNU KH Maman Imanulhaq mengawali pembicaraannya saat mengisi Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) 2017 Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) di Grand Hotel Asrilia, Bandung, Ahad (19/11).

“Puritanisme melahirkan radikalisme dan radikalisme melahirkan terorisme,” katanya.

Kang Maman, begitu ia akrab disapa, menyampaikan tiga ciri puritanisme. Pertama, puritanisme lahir dari pemahaman literalis. Dengan pemahaman demikian, mereka seolah-olah memahami betul kandungan ayat atau dalil sehingga menganggapnya sebagai sebuah kebenaran yang mutlak.

Mengutip pernyataan Sayyidina Ali, Kalimatul haq urida bihal batil, Kang Maman mengatakan, seolah-olah perkataan orang yang berpaham literalis itu benar. Hal demikian dipahami oleh kelompok yang tidak pernah bersentuhan dengan pesantren, terutama kelompok orang yang tinggal di perkotaan.

Kang Maman mencontohkan sebuah ayat Al-Quran surat al-Baqarah ayat 284, semua yang ada di langit dan di bumi itu milik Allah. Seorang yang berpaham tekstual itu menggunakan ayat tersebut sebagai dalil kebolehan mengambil barang milik orang lain. Parahnya, saat ditangkap aparat, ia dilepas kembali dengan mengandalkan dalil tersebut.

“Jangan menggunakan ayat atau hadist untuk mendiskriminasikan orang lain atau mengkriminalkan orang lain,” tegas Pengasuh Pondok Pesantren Al-Mizan, Majalengka itu.

Ciri kedua puritan adalah enggan percaya sejarah.

“Yang kedua, mereka adalah orang-orang yang ahistoris,” ujarnya.

Berbeda dengan warga NU yang sangat bangga dan percaya terhadap sejarah. Tak heran jika warga NU sangat getol menggembar-gemborkan hubbul wathan, cinta tanah air, sebab NU-lah yang mendirikan
negara ini.

Antidialog jadi ciri ketiga orang-orang berpaham puritan.

“Kelompok puritanisme itu punya prinsip antidialog,” katanya.

Oleh karenanya, di hadapan kader IPNU seluruh Indonesia, Kang Maman berpesan agar kader IPNU harus mampu berdialog, harus menempatkan perbedaan pada konteks saling mengenal dan saling memahami. Dialog, menurutnya, sangat penting, termasuk di dunia maya. (Syakir/Kendi Setiawan)

Sumber : NU Online

Baca juga resensi buku lainnya :

  • Terbelit Dalam Kubus Tanpa Batas. Kontak pembelian : 0895-2851-2664. Link resensi, klik.
  • Jejak Perjuangan K.H. Ahmad Hanafiah. Kontak pembelian : 0821 1682 5185 (Sandi). Link resensi, klik.
  • Gerakan Syiah di Nusantara: Anasir Berimbang Sejarawan Muda. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
  • Sejarah Pergerakan Nasional. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
  • Historiografi Islam dan Momi Kyoosyutu. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
  • Jalan Sunyi dan Rambut Gimbal : Sebuah Interpretasi atas Kehidupan Gus Qomari. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.