Allah Sudah Menjauh

Ketika lidah sudah setajam pedang, maka lidah itu menjadi salah satu alat yang ia gunakan untuk menyakiti, siapapun dengan kata-katanya.
Maka benar fitnah yang datang dari mulut seseorang, sudah seperti sebuah kejahatan pembunuhan…maka tak heran ada istilah fitnah lebih kejam dari pembunuhan.
Menjaga lidah merupakan cerminan Muslim yang soleh.
Pun menjaga lidah merupakan keharusan setiap manusia beragama.
Karena manusia beragama, adalah manusia yang tahu diri, untuk apa ia di ciptakan, yakni bisa menjaga kebaikan, kedamaian, dan menjaga kerukunan dalam kehidupan.
Islam mengajarkan berbicara lemah lembut, bicara sopan, bicara jujur, dan berbicara yang bisa membuat orang lain bahagia, senang dan tersemangati. Dalam Islam tidak di ajarkan kebencian, pun di Agama lainnya.
Ketika seseorang sudah bicara ngawur, ngelantur, menuduh, memfitnah, bahkan menjudge seseorang bagai manusia terkutuk, misal bagai “Fir’aun,” kepada seseorang yang di pundaknya ada amanah sebagai seorang kepala negara, pemimpin bangsa, maka alamat ia berbicara seperti itu kepada Amirul mukminin, Umara kita, maka lidah si pengucap, sudah bagai pedang tajam, yang menyayat hati para kaum Muslimin yang sudah mempercayainya.
Hati-hati dalam berucap, hati-hati dalam bertindak.
Ucapan dan tindakan mereka yang sudah menyesat-nyesatkan manusia, membelokan persepsi umat, mencitrakan buruk pada seseorang yang tak pernah menyakitinya, merupakan ciri, syaetan telah berhasil mengalahkan keimanannya, dan syaetan telah memenangkan perang atas dirinya.
Dan ketika Syaetan mampu mengendalikan pikiran, hati, dan jiwa manusia tersebut, sehebat apapun gelar yang ia sandang, baik itu sebutannya Kyai, Ajengan, Gus, dan lainnya, maka luruh semua ilmunya, luruh semua kebaikan dalam hidupnya, dan tak berbekas tanda keimanannya, persis seperti hilangnya bekas kesolehan iblis, takala ia tak mau bersujud pada Adam, sebab karena kesombongannya.
Dengan kesombongan, keangkuhan, dan kekejian dari lontaran kata-kata yang berasal dari mulutnya, maka Allah akan menjauhinya, Sebagaimana nanti manusia satu persatu mulai tersadar, Syaetan dalam bentuk manusia, lebih berbahaya dari pada syaetan yang tak tanpak wujudnya, masyaallah.
Hati-hatilah dalam berbicara, apalagi sosok yang berbicara itu adalah tokoh publik, tokoh terkenal, tokoh yang sebelumnya dikenali karena keluasan ilmu, pengalaman, dan pandangannya.
Syaetan mudah mengelincirkan manusia, apalagi jika sudah ada bibit sombong dalam dirinya.
Maka menjadi orang yang mampu menjaga lidah, merupakan orang yang akan di selamatkan Allah atas semua fitnah, dan kejelekan dunia.
Nabi tak pernah berbuat fitnah, Nabi tak suka berkata dusta, maka ketika ada manusia dari umat Nabi Muhammad SAW yang sering kali melontarkan kekejian lewat bibirnya, maka ia sudah bukan lagi umat Kanjeng Nabi.
Apa pasalnya ?
Karena dia sudah menjauh dari ajaran kebaikan.
Dari ajaran langit yang mengharuskan setiap kata-kata bisa membumi, mampu menyuburkan setiap tanaman hati, hingga hati mampu bersemi, dan hati menjadi tuntunan bagi manusia sejati.
Alhamdulillah.
Semoga bermanfaat.
Gus Bambang Melga Suprayogi M.Sn
Ketua LTN NU kab Bandung