The news is by your side.

Alsyami Ungkap Pola Pergerakan Men-Suriah-kan Indonesia

Jakarta, NU Online

Pola-pola pergerakan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara porak-poranda seperti negeri Suriah (Syria/Syam) nampak ketika gerakan-gerakan tersebut menimbulkan kegaduhan dan kekacauan dengan berlindung di balik panji-panji agama.

Pola pergerakan tersebut diungkap oleh Ikatan Alumni Syam Indonesia (Alsyami). Menurut Sekretaris Jenderal Alsyami M. Najih Arromadloni, pola men-Suriah-kan Indonesia setidaknya terlihat dari beberapa hal.

“(Di antaranya melakukan) politisasi agama, menghilangkan kepercayaan kepada pemerintah, pembunuhan karakter ulama, meruntuhkan sistem dan pelaksana sistem negara,” ungkap Najih dikutip NU Online, Jumat (2/11) lewat twitternya.

Dengan menyematkan tagar #JanganSuriahkanIndonesia, alumnus Universitas Ahmad Kuftaro Damaskus ini menyatakan, gerakan pro-kekerasan tersebut sesaat memikat, dibungkus simbol-simbol agama. Kekerasan, mereka sembunyikan dibalik kedok ayat dan hadits, yang ditafsiri dan dipahami sesuai selera mereka.

“Keberhasilan kelompok radikal dalam membabakbelurkan Timur Tengah menginspirasi kelompok radikal di berbagai belahan dunia lain. Berusaha memperluas kekacauan, dengan harapan bisa mewujudkan cita-cita utopis mereka; mendirikan khilafah di seluruh muka bumi,” beber Najih.

Dia melontarkan sebuah pertanyaan, adakah yang pernah menghitung berapa kali Masjid Istiqlal diduduki apel demonstrasi? Pelaksanaannya pun di hari Jumat seusai Jumatan. Didahului dengan hujatan politik di mimbar khotbah, sehingga mengelabui pandangan masyrakat terhadap agama yang sakral dan politik yang profan.

“Jumat hari ibadah, menjadi hari-hari politik dan kecemasan, dengan kekhawatiran terjadinya chaos. Jumat Kemarahan sebagai ajakan meluapkan kemarahan di hari Jumat terjemahan Jumat al-Ghadab yang menjadi slogan politik pemberontak Suriah, diserukan Al-Qardhawi, tokoh IM,” ungkap Najih menjelaskan apa yang terjadi di Suriah.

Tidak ingin Indonesia yang damai menjelma menjadi negara terpuruk seperti Suriah, Alsyami menggelar seminar kebangsaan bertajuk Jangan Suriahkan Indonesia..! pada Kamis (1/11) malam di Jakarta Selatan.

Kegiatan ini menghadirkan Syekh Adnan al-Afyouni (Mufti Damaskus, Ketua Dewan Rekonsiliasi Nasional Suriah), Djoko Harijanto (Dubes RI untuk Suriah), Ziyad Zahruddin (Dubes Suriah untuk Indonesia), Ahmad Fathir Hambali (Ketua Alsyami), dan Ahsin Mahrus (Perhimpunan Pelajar Indonesia di Damaskus). (Fathoni)
Kondisi Suriah (Foto: istimewa)
Jakarta, NU Online

Pola-pola pergerakan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara porak-poranda seperti negeri Suriah (Syria/Syam) nampak ketika gerakan-gerakan tersebut menimbulkan kegaduhan dan kekacauan dengan berlindung di balik panji-panji agama.

Pola pergerakan tersebut diungkap oleh Ikatan Alumni Syam Indonesia (Alsyami). Menurut Sekretaris Jenderal Alsyami M. Najih Arromadloni, pola men-Suriah-kan Indonesia setidaknya terlihat dari beberapa hal.

“(Di antaranya melakukan) politisasi agama, menghilangkan kepercayaan kepada pemerintah, pembunuhan karakter ulama, meruntuhkan sistem dan pelaksana sistem negara,” ungkap Najih dikutip NU Online, Jumat (2/11) lewat twitternya.

Dengan menyematkan tagar #JanganSuriahkanIndonesia, alumnus Universitas Ahmad Kuftaro Damaskus ini menyatakan, gerakan pro-kekerasan tersebut sesaat memikat, dibungkus simbol-simbol agama. Kekerasan, mereka sembunyikan dibalik kedok ayat dan hadits, yang ditafsiri dan dipahami sesuai selera mereka.

“Keberhasilan kelompok radikal dalam membabakbelurkan Timur Tengah menginspirasi kelompok radikal di berbagai belahan dunia lain. Berusaha memperluas kekacauan, dengan harapan bisa mewujudkan cita-cita utopis mereka; mendirikan khilafah di seluruh muka bumi,” beber Najih.

Dia melontarkan sebuah pertanyaan, adakah yang pernah menghitung berapa kali Masjid Istiqlal diduduki apel demonstrasi? Pelaksanaannya pun di hari Jumat seusai Jumatan. Didahului dengan hujatan politik di mimbar khotbah, sehingga mengelabui pandangan masyrakat terhadap agama yang sakral dan politik yang profan.

“Jumat hari ibadah, menjadi hari-hari politik dan kecemasan, dengan kekhawatiran terjadinya chaos. Jumat Kemarahan sebagai ajakan meluapkan kemarahan di hari Jumat terjemahan Jumat al-Ghadab yang menjadi slogan politik pemberontak Suriah, diserukan Al-Qardhawi, tokoh IM,” ungkap Najih menjelaskan apa yang terjadi di Suriah.

Tidak ingin Indonesia yang damai menjelma menjadi negara terpuruk seperti Suriah, Alsyami menggelar seminar kebangsaan bertajuk Jangan Suriahkan Indonesia..! pada Kamis (1/11) malam di Jakarta Selatan.

Kegiatan ini menghadirkan Syekh Adnan al-Afyouni (Mufti Damaskus, Ketua Dewan Rekonsiliasi Nasional Suriah), Djoko Harijanto (Dubes RI untuk Suriah), Ziyad Zahruddin (Dubes Suriah untuk Indonesia), Ahmad

Sumber : NU Online

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.