Bekali Wawasan Kebangsaan, Santri Ma’had Aly Pati Gelar Seminar

Kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari peran tokoh-tokoh yang berasal dari kalangan pesantren. Atas dasar ini, Himpunan Santri Ma’had Aly Pesantren Maslakul Huda fi Ushul al-Fiqh (Himam) Pati menggelar Seminar Keindonesian.
Kegiatan seminar dilaksanakan pada Rabu (7/11) di Aula Pesantren Maslakul Huda Lil-Mubtadiat, Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah.
Ketua pelaksana kegiatan M Choiruddin mengatakan, kegiatan dengan tema Merunut Genealogi Indonesia ini diadakan karena pada dasarnya pesantren dan NKRI tidak bisa dipisahkan. Selain itu adalah untuk memberikan bekal kepada para santri mengenai wawasan kebangsaan.
“Tentu sebagai santri kita wajib untuk mencintai NKRI dan mengetahui sejarah NKRI sebagai generasi penerus bangsa yang wajib membela negara,” jelasnya kepada NU Online.
Menurut Choiruddin, kegiatan semacam ini merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh HIMAM dua kali dalam satu semester dengan mengambil isu kontemporer yang sedang menjadi perhatian masyarakat.
“Seperti isu pendidikan, kebangsaan, ekonomi, sosial-kegamaan, pengembangan masyarakat, dan lain sebagainya,” papar pria yang menjabat sebagai Kepala Departemen Sumber Daya Manusia (SDM) Himam ini.
Kegiatan seminar menghadirkan narasumber Hj Tutik Nurul Jannah, Pengurus Cabang Fatayat NU Kabupaten Pati ini diikuti oleh sekitar 100 peserta. Ke semua peserta yang hadir berasal dari santri Ma’had Aly dari semua angkatan juga beberapa mahasiswa maupun akademisi yang berasal dari perguruan tinggi dan lembaga pendidikan sekitar.
Dalam penyampaiannya, Hj Tutik menjelaskan bahwa dalam upaya pembentukan negara dan bangsa, para founding fathers telah bersepakat untuk menanggalkan identitas-identitas yang bersifat primordial dan bersatu padu pada Indonesia, satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa.
“Bahwa Pancasila adalah pengikat dan perekat bagi persatuan dan kesatuan bangsa ini,” jelas perempuan yang juga merupakan istri ketua PP RMI NU, Gus Rozin ini.
“Di sisi lain Pancasila merupakan salah satu bentuk siyasah aliyah yakni strategi politik yang sangat agung yang dilahirkan oleh para pendahulu kita, terutama dari kiai kalangan NU,” imbuhnya.
Selepas diadakan seminar dengan tema ini, Choiruddin berharap para santri mampu mengetahui mengenai wawasan kebangsaan sehingga bisa mengayati nilai-nilai kebangsaan. Selain itu para santri diharapkan mampu mengimplementasikan apa yang disampaikan oleh pemateri dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenal sejarahnya. Karena ada perkataan bijak yang mengatakan history repeats itself, sejarah itu berulang kembali. Hal yang pernah terjadi di masa lampau, suatu saat bisa saja akan terjadi dengan variasi yang berbeda tapi esensinya sama,” pungkasnya. (Hanan/Muiz)
Sumber : NU Online