The news is by your side.

Dialog Imaginer dengan Gus Dur

Dialog Imaginer dengan Gus Dur | NU Online LTN Nahdlatul Ulama Jawa Barat

Oleh: Toufik Imtikhani, SIP.

Abdurrahman Wahid ( Gus Dur ) telah berpulang ke hadlirat Tuhan YME. Namun nama, jasa, dan sejarah kehidupanya tidak bisa dilupakan, terutama oleh para pengikutnya. Bagi Nahdlatul ‘Ulama ( NU ), Gus Dur adalah spirit yang tak pernah mati. Ia hidup seperti abadi di sisi orang-orang NU. Berikut wawancara imaginer penulis dengan Almaghfurlah Gus Dur.

Tanya : Gimana Gus kabar Anda saat ini.

Gus Dur ( GD ). Alkhamdulillah, baik. Allah memberikan sesuatu yang tak bisa diduga. Ia memberikan kepadaku kebaikan yang banyak. Ia mengampuni dan memaafkan dosa-dosaku. Sebab ia adalah Maha Memaafkan kepada siapapun yang meminta taubat. Ia memberikan rahmatnya kepadaku. Sebab Ia adalah pemeri rahmat yang banyak.

Tanya : Mengapa demikian, Gus?

GD.: Allah itu mencintai siapa yang mencintai hambanya yang lain, sebagaimana sebuah hadist Qudsi yang menyatakan, cintailah yang di bumi, niscaya engkau akan dicintai oleh yang di langit. Allah juga mencurahkan rahmatnya kepadaku dengan sangat banyak, karena janji Nabinya dalam sebuah hadist yang mengatakan bahwa  Ia mempunyai seratus rahmat, satu diturunkan di dunia, yang mana dengan satu rahmatnya seluruh penduduk dan mahluk bumi  sejak Nabi Adam sampai hari kiamat saling mencintai. Dan 99 rahmat yang lainnya  diturunkan pada hari  kiamat/ akherat. Dan aku mencintai siapa saja tanpa memandang agama, suku bangsa dan status sosial seseorang.

Tanya : Apa itu yang dimaksud dengan pluralisme.

GD : Kurang lebih begitu.

Tanya : Tadi Gus Dur menyebut Allah maha mengampuni?

GD : Allah Maha Mengampuni. Rahmatnya meliputi segala sesuatu. Rahmatnya mendahului murkanya. Jadi, sangat-sangat kasih Allah kepada kita. Tsufyan At Tsaury ketika meninggalnya, diimpikan oleh sahabatnya. Lalu ditanya, bagaimmana keadaanmu sekarang. Tsufyan menyampaikan ketakjubannya atas rahmat yang diberikan Allah kepadanya. Demikian juga terhadapku, dan insya Allah kepada semua hambanya yang beriman dan beramal sholih, kebaikan. Tanpa pandang bulu.

Tanya : Baiklah Gus. Kita beralih kepada pembicaraan yang lain. Bagaimana sekarang pandangan Gus Dur terhadap NU. Semua orang tahu, Gus Dur adalah ikon NU. Antara Gus Dur dan NU adalah senyawa yang   tak dapat dipisahkan.

GD: NU adalah marwah dan ruh Islam di Indonesia. NU juga ruh Indonesia. Tanpa NU, Indonesia sudah tidak ada. Ia dicabik-cabik oleh para ekstremis yang berpikir dan berwawasan sempit. NU merupakan kekuatan penyeimbang dan moderat yang harus tetap ada dalam dunia Islam dan Indonesia. Pemerintah wajib membantu NU dalam segala hal.

Tanya: Kok bisa demikian.

GD: Jawabnya singkat, tanpa NU Indonesia tidak ada.

Tanya : Apa itu bukan sebuah kesombongan?

GD: Ini kenyataan. Idiologi NU banyak dimiliki oleh orang dan kelompok yang nggak ngaku NU. Ini yang disebut NU kultural. Amaliah mereka, cara pandang dan pemikiran mereka adalah NU. Contoh Muhammad Sobary, atau Muslim Abdurrahman. Itu orang Muhammadiyah, tapi spirit ke-NU-annya luar biasa.  Abdul Munir Mulkhan juga bisa.

Tanya: Lalu sepeninggal Gus Dur, NU sekarang bagaiamana?

GD: NU mengalami perkembangan yang variatif, sesuai dengan situasi dan keadaan zaman. NU adalah jami’iyyah yang luwes, elastic dan akseptabel. Meskipun saya sudah meninggal, saya telah mewarisi  genre  pemikiran yang telah diadopsi sedemikian baik oleh generasi NU setelah saya. Saat ini, NU masih berada dalam rel yang benar. On the track.

Tanya: Gus, sekarang banyak yang memusuhi NU?

GD: Tidak masalah. Kebenaran yang dipahami NU sesuai dengan qo’idah yang disampaikan Al Qur’an, sebagai ummatan wasathan. Memegang kebenaran di zaman seperti ini ya tentu banyak musushnya. Niat kita semata-mata menegakkan kebenaran. Lillahi ta’ala. Gak usah ambil pusing. Insya Allah pertolongan akan dating. Gitu aja kok repot.

Tanya: Bagaimana sikap NU menghadapi situasi politik sekarang ini Gus, kita kan tahu, politik sangat berpengaruh, dan orang NU biasa serta mudah larut dalam situasi politik. Sebab gen-nya NU itu gen politik.

GD: Ikuti arahan para kyai. Itu saja saran saya. Mereka tahu apa dan bagaimana yang akan terjadi. Wong pandangan mereka kasysyaf semua kok. Futuristik. Insya Allah warga NU akan tenang, gak kaya warga lainnya yang gak punya kyai.

Tanya: Bener gitu Gus?

GD: Lha kok balik nanya. Nanya dijawab balik nanya. Pokoke sampeyan gak usah repot-repot.

Tanya: Baiklah Gus, saya pamit. Terima kasih dan selamat beristirahat.

Aku kemudian membalikkan badan dan pergi dari sisi Gus Dur yang Nampak mulai mempersiapkan diri untuk istirahat.

Terbayang dalam benakku murid-murid “ pemikiran” beliau yang tumbuh bagaikan cendawan di musim penghujan. Ibarat kata, patah tumbuh hilang berganti. Itulah kader-kader NU yang secara natural saling menggantikan dan melengkapi antara yang satu dengan yang lain.***

*) Penulis adalah seoran Gus Dur-rian dan pengasuh Ponpes Bumi Aswaja Daarut-Taubah wa Tarbiyah Lapas Cilacap.

.

Penulis
Toufik Imtikhani, SIP.
Leave A Reply

Your email address will not be published.