Final Liga Santri Nusantara Siap Digelar di Bandung
Perhelatan Liga Santri Nusantara (LSN) akan memasuki tahun ketiga. Setelah dua tahun berjalan, kini kota Bandung dipilih sebagai tuan rumah penyelenggaraan grand final olah raga nasional santri tersebut.
Tepatnya pada 21 sampai dengan 29 Oktober sebanyak 32 tim dari perwakilan regional seluruh pesantren se-Indonesia, akan bertanding di beberapa stadion yang ada di ibu kota provinsi Jawa Barat ini. Tim sepakbola santri tersebut akan bertanding dengan sistem setengah kompetisi.
Pada puncak acara yang akan dihadiri oleh Presiden Joko Widodo, mereka akan bertanding di Gelora Bandung Lautan Api (GBLA). Terpilihnya kota Bandung menjadi tuan rumah itu merupakan penghormatan terhadapap Jawa Barat sebagai provinsi yang memiliki pesantren terbanyak di Indonesia.
“Penyelenggaraan LSN adalah ruang perekatan kembali ideologi Nahdiyin yang berbasis dari pesantren sekaligus menyatakan bahwa dunia santri mempunyai nilai jual yang lain. Sebab, LSN menjaring potensi santri terbaik dalam bidang olah raga,” ujar Abdul Aziz, Direktur Marketing LSN pada saat rapat dengan panitia lokal di Bandung (06/10/’17).
Abdul Azis melanjutkan bahwa pihak LSN sendiri sudah berkordinasi dengan pemangku jabatan di Jawa Barat, dari mulai Gubernur sampai dengan Wakilota Bandung untuk perhelatasn sepak bola akbar ini.
“Direncanakan Pak Presiden Jokowi akan menghadiri acara pembukaan sekaligus dengan perayaan hari santri nasional,” ujarnya.
Selain itu pula, harapan direktur marketing ini agar LSN mampu memberikan sumbangan untuk para klub liga sepak bola professional dengan standard liga yang mengacu kepada aturan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Terlebih, ketika pelaksanaan di Jawa Barat, ia berharap bahwa atmoster sepak bola dari para bobotoh turut serta meramaikan LSN kali ini.
Pendidikan karakter
Dalam waktu bersamaan Alfuniam, Direktur Eksekutif LSN menyatakan bahwa pesantren harus mampu mendorong minat santri terhadap dunia olah raga.
“Dengan adanya LSN ini, citra pesantren akan semakin baik karena mampu menyumbangkan potensi santri dalam dunia sepak bola. Seperti halnya Rafi yang kini direkrut menjadi pemain tim nasional U-19,” ujar Wakil Ketua PP RMI itu.
Kecenderungan seorang santri sebagai kaum sarungan, lanjut Alfuniam, kini mendapatkan kesempatan terbaik untuk menjadi seorang pemain olah raga profesional. Dengan hadirnya LSN ini, pandangan “negatif” terhadap dunia santri diharapkan mulai terkikis. Kini, setiap pesantren bisa dengan serius mempunyai klub liga sepak bola.
“Inti dari LSN adalah aplikasi dari pendidikan karakter, karena dalam sepak bola ada kedisiplinan. Itulah mengapa dalam tiga kali berjalan LSN ini tidak pernah ada tawuran bahkan mereka dalam setiap pertandingan selalu mencium tangan wasit,” ujarnya.
(Pungkit Wijaya)
Sumber : NU Jabar Online