Forum Agama (R20) di Bali dan Kesigapan Pengurus PBNU Menganulir Rekomendasi LDNU Kepada Pemerintah
Gayung bersambut dari beberapa kalangan pengurus NU, baik pengurus sekarang dan mantan pengurus periode lalu.
Atas keluarnya keputusan Ketua PWNU, dan Rais Aam, dengan instruksi bernomor 225/PB.03/A.I.03.41/99/10/2022. Yang menganulir permintaan LDNU kepada pemerintah untuk melakukan keputusan politik, pelarangan faham wahabisme di Indonesia.
Dimana Instruksi tersebut dikeluarkan menyusul rilis Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) yang dinilai bersebrangan dan kontraproduktif, sehingga menimbulkan prasangka, tafsir di masyarakat terhadap sikap PBNU itu sendiri.
Tafsir dari kalangan diberbagai komponen masyarakat atas sikap LDNU yang seolah sikap PBNU secara keseluruhan ini, menjadikan PBNU merasa kena imbasnya.
PBNU sendiri di bawah Ketuanya yang sekarang Gus Yahya Cholil Staquf seperti dalam, “Muhtamar Lampung,” sangat menyetujui pandangan ketua umum PBNU sebelumnya, Prof KH Said Aqil Siroj, yang ingin NU tetap dalam jalur sebagai organisasi yang Tawassuth, yang memposisikan diri berpandangan siger tengah, dan moderat, ditambah gagasan membawa NU ke arah yang non gerakan politis oleh Gus Yahya, membuat keberadaan NU sekarang lebih solid.
Sehingga langkah LDNU yang mencoba memberi bingkai pada pemerintah agar melakukan pelarangan terhadap faham wahabisme, seakan menjungkirbalikkan prinsip yang baru saja di bangun dan ditetapkan oleh PBNU di bawah kepemimpinan Gus Yahya ini, yang dampaknya bisa menimbulkan penafsiran salah kepada NU, dengan sangkaan sebagai organisasi besar Umat, yang bisa dianggap bunglon, tak konsisten, dan plin-plan nantinya.
Inilah langkah antisipatif dari Ketua PBNU Gus Yahya dan Sekretaris Jenderal PBNU Saifullah Yusuf, Senin (31/10/2022).
PBNU dengan bergerak cepat, langsung memberi isyarat tegas kepada LD PBNU, bahwa rekomendasi mereka meminta kepada pemerintah agar memberi putusan politik bagi wahabisme di Indonesia, adalah keputusan sepihak, yang tidak direstui oleh Ketua PBNU maupun Rais Am.
Sehingga keputusan LD PBNU melarang penyebaran paham Wahabi. Yang rekomendasinya dihasilkan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IX PBNU pada 25-27 Oktober 2022 lalu
tidak sah atau tidak perlu ditanggapi oleh pemerintah.
Intinya yang di khawatirkan pengurus PBNU dari hasil rekomendasi LDNU itu kepada pemerintah adalah, akan tercerabutnya marwah NU sebagai organisasi Islam yang mengedepankan sikap tawasuth, dan non politis, akan ambigu nantinya, karena bagi NU dibawah Gus Yahya Kholil Staquf, Tawasuth sebagai jalan dan sikap berada di tengah, serta non politis adalah harga mati bagi PBNU kini.
Lalu ditilik dari sisi dakwah kaum Nahdliyin sendiri dilapangan, para kiai di NU, mereka memang melihat gejala wahabisme sangat mengikis pola dakwah yang di wariskan para wali, yang mereka jalankan selama ini, yakni pola syiar dakwah yang membumi, tolerant, yang mengedepankan nilai spiritual dalam membangun, “Islam yang Rahmatan Lil Alamin,” dengan mengedepankan dan menjaga martabat kemanusiaan, sesuai selogan hari santri 2022, yang ternyata sangat berbenturan dengan sikap keras dan intoleran yang dibawakan gerakan Wahabi ini.
Yang dalam perjalanan dakwah Wahabi dengan pola tersebut, ternyata syiar Islam corak Wahabi, memiliki kecenderungan merusak tatanan sosial, dan keadaban, sehingga yang terjadi dilapangan, adalah sikap-sikap non toleran, yang akhirnya membuka bibit-bibit radikalisme, seperti apa yang di katakan KH. Aqil Siroj yang menyatakan, “Kalau kita benar-benar sepakat, benar-benar satu barisan ingin menghadapi, menghabiskan, menghabisi jaringan terorisme dan radikalisme, benihnya yang dihadapin, pintu masuknya yang harus kita habisin, apa? Wahabi! Ajaran Wahabi itu pintu masuknya terorisme,” cetus Said dalam sebuah seminar virtual, Selasa (30/3/2021).
PBNU, sangat faham kegundahan para kiai di LD PBNU, namun seiring perjalan NU yang semakin dewasa, menyikapi hal demikian tentu kembali lagi kepada kebesaran jiwa, kepada kesadaran, dan yakin adanya penjagaan para Aulia pada NU, sehingga dari mars NU itu sendiri, yakni Yaa Lal Wathon, kita bisa ambil pelajaran dari liriknya,
“Pusaka hati wahai tanah airku
Cintamu dalam imanku
Jangan halangkan nasibmu
Bangkitlah, hai bangsaku!
Indonesia negriku
Engkau Panji Martabatku
S’yapa datang mengancammu
‘Kan binasa dibawah dulimu!”
Semua binasa ketika berniat buruk pada NU !
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, sangat faham maksud dari bait lirik ini, dan itu sudah sangat terbukti dari berbagai peristiwa yang terjadi dengan NU.
Sekarang dihadapan mata kita, NU tengah mengadakan perhelatan besar, mengadakan hajatnya berbagai agama besar dan kepercayaan yang di adakan berbarengan dengan G20, yakni forum internasional yang fokus pada koordinasi kebijakan di bidang ekonomi dan pembangunan. G20 merepresentasikan kekuatan ekonomi dan politik dunia. Dan Cerdiknya Gus Yahya ini, Forum Agama (R20) pun diadakan berbarengan dengan perhelatan G20 itu.
Dimana dalam (R20) ini, akan membahas upaya menjadikan agama sebagai solusi permasalahan global, dan forum R20 yang dilaksanakan 2-3 November 2022 di Bali ini, harus merefresentasikan organisasi NU yang berkeadaban, dan betul-betul merefleksikan slogan di hari santri kemarin yang mengusung, “Berdaya Menjaga Martabat Kemanusian”.
Andai PBNU tak sigap, dan tak menganulir rekomendasi LDNU yang disodorkan pada pemerintah, bisa jadi, walau ada forum R20, dan tuan rumahnya adalah NU itu sendiri, tetap saja NU akan terkena imbas !
Yakni turunnya kepercayaan publik terhadap PBNU, sebagai organisasi ormas Islam terbesar di Indonesia, yang harus menelan pil pahit, karena adanya rekomendasi dari PB LDNU tersebut yang tak segera diantisipasi.
Beruntungnya, Ketua, Sekjen, dan Rais Am segera tersadar, posisi PBNU sebagai pengagas Forum Agama R20 sebagai barometer membangun Wajah Islam yang teduh akhirnya bisa terselamatkan dengan adanya instruksi bernomor 225/PB.03/A.I.03.41/99/10/2022. Yang menganulir permintaan LDNU kepada pemerintah.
Maka selamatlah wajah NU kita, hingga tak tak jadi menelan malu.
Alhamdulillah.
Semoga bermanfaat.
Bambang Melga Suprayogi M.Sn.
Dosen FIK Tel-U
Ketua LTN NU Kabupaten Bandung.
Ketua Bidang PBKM DMI kabupaten Bandung.
Ketua Komite SDN Sindangsari
Pemerhati NU dari Kabupaten Bandung.
Baca juga resensi buku lainnya :
- Terbelit Dalam Kubus Tanpa Batas. Kontak pembelian : 0895-2851-2664. Link resensi, klik.
- Jejak Perjuangan K.H. Ahmad Hanafiah. Kontak pembelian : 0821 1682 5185 (Sandi). Link resensi, klik.
- Gerakan Syiah di Nusantara: Anasir Berimbang Sejarawan Muda. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
- Sejarah Pergerakan Nasional. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
- Historiografi Islam dan Momi Kyoosyutu. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
- Jalan Sunyi dan Rambut Gimbal : Sebuah Interpretasi atas Kehidupan Gus Qomari. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
- Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
- Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.