The news is by your side.

Gus Muwafiq Ceritakan Asal Usul Penyebutan Puasa

Penceramah kondang yang juga tokoh Nahdlatul Ulama, KH Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq menjabarkan asal usul penyebutan puasa di Indonesia. Menurutnya, perintah puasa bukanlah hal yang baru bagi masyarakat terdahulu. 

Selain Islam semua agama, kata Gus Muwafiq memerintahkan umatnya untuk berpuasa seperti Agama Hindu, Budha, Yahudi, Kristen dan para nabi utusan Allah sebelum Nabi Muhammad saw. 

Keterangan itu berdasarkan ayat Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 183, yang mewajibkan puasa seperti diwajibkan kepada umat sebelum umat islam hadir.  Artinya ada peradaban manusia yang melakukan itu sebelum memerintahkannya. 

Selain itu, penyebutan kata puasa di Indonesia, tutur Gus Muwafiq, tidak terlepas dari kebiasaan masyarakat nusantara pemeluk Hindu yang melakukan tradisi upawasa, yaitu persiapan mukso.

“Mukso itu tidak makan tidak minum dan tidak menyentuh perempuan. Setelah islam datang, masyarakat mengenal perintah itu (puasa) mirip tradisi upawasa yang dilakukan orang zaman dahulu makanya mereka menyebutnya ‘puasa’,” tutur Gus Muwafiq saat mengisi ceramah pada kegiatan pelepasan peserta Mudik Berkah Bareng NU 2019 di Masjid Raya Hasyim Asy’ari di Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis (30/5).

Inti dari ajaran itu, lanjut Kiai Asal Jawa Tengah ini, adalah menahan dari makan minum dan menyentuh perempuan selama waktu tertentu. Sehingga menurut Gus Muwafiq, puasa merupakan kurikulum kuno yang sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu sebelum Islam datang.  

Di Indonesia, lanjut Gus Muwafiq, bulan puasa melahirkan banyak tradisi yang sangat beragam. Misalnya ada tradisi ngabuburit, sahur keliling, buka bersama dan mudik lebaran. Tradisi tersebut tidak ada pada negara negara lain yang memiliki penduduk Islam termasuk di tempat Islam itu diutus yakni Arab Saudi. 

“Makanya Islam di Indonesia itu indah, sangat indah,” tuturnya. 

Untuk itu ia menyarankan agar mengisi puasa dengan kegiatan positif bernilai ibadah semampunya tidak harus memaksakan mengikuti puasa seperti cara sahabat dan Rasul berpuasa. Sebab, bukan maqam kita sebagai manusia yang jauh dari dari sempurna.

Umat Muslim kini, ujar Gus Muwafiq cukup mengikuti para ulama yang setiap hari membimbing masyarakat Indonesia dalam hal pemahaman agama Islam. Dengan begitu maka secara perlahan umat muslim akan mencapai pada apa yang diperintahkan oleh agama Islam itu sendiri. 

“Puasa kita tentu berbeda dengan puasanya para nabi sahabat, tabiin, tabii’t tabiiin, puasa kita ya begini. Kita belum maqam-nya seperti nabi dan para sahabat. Puasa itu dasar, Allah memberikan bekal kepada manusia untuk berpuasa yaitu tidak makan, tidak minum, dan tidak menyentuh perempuan,” ucapnya. (Abdul Rahman Ahdori/Abdullah Alawi)

Sumber : NU Online

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.