Hadiri Halaqoh Ulama Muda di Pst. Fauzan-Garut, Kyai Said Jelaskan Pentingnya Mengaji Al-Quran

Dalam menyambut haul Asy Syaikh KH. Muhammad Umar Basri bin KH. Muhammad Adzro’i yang ke-86 dan Milad Pondok Pesantren Fauzan 1 Sukaresmi-Garut yang ke-169, Pengurus Pondok Pesantren Fauzan mengadakan halaqoh ulama muda NU Jawa Barat untuk mengupgrade ulang pemikiran ulama muda dalam menghadapi tantangan zaman bagi pengurus pondok dan ajengan-ajengan muda yang ada di Jawa Barat, khususnya di Kab. Garut. (7/4)
Halaqoh ini dihadiri oleh Ketua Umum PBNU Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj sekaligus pemateri utama dalam halaqoh tersebut. Kyai Said menyampaikan bagaimana proses penyebaran Islam diterima oleh Bangsa Indonesia dahulu, karena kecerdasan para wali di Nusantara, salah satunya para wali mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia dengan belajar Al-Quran.
Kyai Said menceritakan bagaimana masyarakat nusantara dulu yang menganut agama hindu klasifikasi atau Kasta bagi masyarakat, mulai dari Kasta Brahma, Ksatria, Waisya dan Sudra. “kasta Brahma di agama hindu merupakan orang yang faham kitab weda, selain dari pada mereka dilarang memahami isi kandungan kitab suci weda itu. Mereka hanya cukup diwajibkan mengikuti para pendeta tetapi tidak boleh ikut belajar memahami kitab. Namun ketika islam datang, semuanya berubah. Karena semua masyarakat memiliki hak yang sama untuk bisa memahami Kitab Suci Al-Quran. Maka Pesantren khususnya orang tua wajib mengajarkan Al-Quran kepada santri dan anak-anaknya, minimal bisa (surat) Al-Fatihah.” Pungkasnya.
Selain itu, kyai said menjelaskan bagaiaman agama islam diterima oleh bangsa Indonesia. “Dulu yang hanya boleh menyebut Ingsun (saya) ditanah Jawa, hanya bisa diucapkan oleh raja. Selain dari pada itu dilarang. Namun ketika para wali datang membawa agama islam, mereka mengajarkan agama islam dengan kata Ingsun. Seperti niat sholat atau wudlu nawaitul wudlua, niat sopo ingsun sehingga banyak masyarakat merasa dihargai maka mereka berduyun-duyun masuk islam karena merasa memiliki martabat yang sama dengan raja”. Tutur Kyai Said.
Terlihat pula Stafsus Presiden KH. Adbul Ghaffar Rozin yang juga selaku Ketua RMI PBNU, Ketua Tanfidziah PCNU Kab. Garut KH. Atjeng Abdul Wahid, Mustasyar PCNU Garut KH. A. Mimar Hidayatullah dan KH. A. Aam Umar ‘Alam, KH. Rifki Muhammad Fatkhi, MA., KH. Yayan Bunyamin, KH. A. Muhammad Ali serta KH. A. Aup Fauzani selaku Rois Syuriah dan Ketua Tanfidzian MWC NU Sukaresmi, Jajaran Pengurus PCNU Kab. Garut, perwakilan MWCNU NU Se-Kab. Garut berserta Banomnya, juga peserta dari berbagai daerah yang hadir dari wilayah Jawa Barat.