Halaqah 100 Nyai dan Kiai Pesantren Se-Jawa Barat di Pesantren Al Itiffaq Ciwidey
Minggu, 13/11/2022 bertempat di Pesantren Al Itiffaq Ciwidey, berkumpul di sana 100 Nyai dan 100 Khyai dari pelosok Jawa Barat, untuk menghadiri Halaqah yang diselenggarakan PW RMI dan PC RMI kabupaten Bandung, yang bekerja sama dalam program pembekalan untuk menambah wawasan pada Pesantren yang ada di Jawa Barat, agar bisa melakukan upaya adaptif dalam menyikapi sumber daya alam, atau potensi di mana pesantren itu berada.
Hadir dalam Halaqah 100 Nyai dan 100 Khyai, yang mengusung tema, Cara Membangun Pesantren Agribisnis di Jawa Barat Indonesia: Jaringan Kerja Lokal, Nasional, dan Internasional di Pesantren Agribisnis Al-Ittifaq Ciwidey kabupaten Bandung, diantaranya; Rois Syuriah PWNU Jawa Barat Prof.Dr. KH. Abun Bunyamin MA , Ketua PWNU Jawa Barat KH. Juhadi Muhammad, SH. Ketua RMI PBNU KH. Hoedri Arif, KH. Hilmi Asshidiqi Al-Aroki, Sekretaris Umum PCNU Kab.Bandung KH. Imron Rosadi, Ketua RMI PCNU Kabupaten Bandung H. Budi Faisal Farid S.Sos beserta para pengurus PC RMI, Dr. Widya Priyahita Pudjibudojo MA Rektor Universitas Nahdhatul Ulama (UNU) Yogyakarta, Anggota Dewan Provinsi Jawa Barat, KH. Asep Syamsudin S.Ag, Sumartono Manajer Promosi Rabbani Asya, beserta timnya.
Dalam sambutan pembuka oleh Rois Syuriah PWNU, Prof. Dr. KH. Abun Bunyamin MA, menandaskan, Pesantren sebagai basis pengembangan syiar dakwah bagi umat, baik lingkup kabupaten, kota maupun Provinsi di Jawa barat, merupakan pondasi kuat untuk membangun persatuan dan kekuatan umat. Karena dari pesantren ini maka akan hadir para santri multidimensi, santri Khyai, santri ekonomi, dan santri politisi, yang bisa mengisi peran-peran yang dibutuhkan dalam menyongsong era baru yang penuh tantangannya.
Dalam kesempatan yang sama Rois Syuriah Jawa barat, KH Abun Bunyamin, mengucapkan terimakasih atas nama PW RMI Provinsi Jawa Barat, kepada pesantren Al Itiffaq, yang telah bersedia sebagai tuan rumah, sehingga PW RMI konsen pada kegiatan yang memang harusnya diadakan pelaksanaannya di Pesantren, bukan di hotel, paparnya.
“NU mencoba membangun kedekatan hubungannya dengan pemerintah, karena pemerintah merupakan Ulil Amri yang pastinya akan memperhatikan masyarakatnya, inti dari pesantren adalah membangun santri yang bisa membaca, membaca diri, membaca alam, dan membaca potensi yang bisa dikembangkan,
Seperti halnya di Pesantren Al Itiffaq yang bisa membaca potensi kekayaan alam. ”
“Kalo kita ingin mandiri, usaha yang dilakukan adalah melakukan usaha mandiri dengan melakukan dagang, pertanian, peternakan, bisnis, dan dibidang jasa.”
“Pesantren sekarang ini sulit mencetak Khyai, karena jumlah ulamanya semakin sedikit, semakin habis, ketika pendiri sudah tiada, harusnya pesantren bisa menciptakan Khyai yang kaya, tidak miskin, karena dari miskin nantinya bisa jadi peminta minta, dan nantinya tidak akan bisa mandiri.” Tutur KH. Abun menutup kata sambutannya.
Dari sambutan KH. Imron Rosyadi selaku Sekretaris Umum PCNU yang mewakili KH. Asep Jamaludin, Sekum PCNU kabupaten Bandung ini merasa bangga dan bahagia, ” ini karena kegiatan PWNU banyak dilakukan di PCNU kabupaten Bandung, dimana ini sebagai proses pembelajaran penguatan pengorganisasian. Dan sejarah Nahdatul Ulama di kabupaten Bandung adalah mampu mengantarkan kader-kadernya di posisi terbaik di semua lini bidang keorganisasian, sehingga menjadi percontohan dari PCNU di daerah lain, yang ingin melakukan studi banding ke PCNU di kabupaten Bandung. Dan peluang ini dikarenakan adanya kesempatan yang diberikan Bupati Kabupaten Bandung, sehingga kader Nahdatul Ulama bisa menjawab rintangan dan tantangan itu.”
Dalam forum itu juga Sekum PCNU KH Imron Rosyadi menginformasikan, Pengajuan 100 hektar oleh lembaga pertanian PCNU, sudah akan di realisasikan, dan bisa menjembatani adanya program nasional yang bisa dilakukan di area itu untuk membangun pondok pesantren skala Nasional, yang disebut Pesantren hijau, dan bisa memenuhi syarat karena luasnya lahan yang dikelola, dan pesantren hijau ini akan bermuatan pesantren digital, sehingga bisa berwujud kedepannya.” Ucap Sekum PCNU KH. Imron Rosyadi menegaskan.
Halaqah 100 Nyai dan 100 Khyai, dilanjutkan dengan pemaparan dari K.H. Irawan MA Pengasuh Pesantren Agribisnis Al-Ittifaq Ciwidey Bandung, tentang Cara Membangun Pesantren Agribisni di Jawa Barat, yang memaparkan pengalaman Pesantren Agribisnis Al-Ittifaq Ciwidey Bandung. Di lanjut oleh H. Asep Syamsudin S.Ag Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat Fraksi PKB, dengan tema “Perjuangan Pesantren, Kyai, dan Petani Warga NU di Bidang Pengembangan Pertanian di Jawa Barat.
Dan setelahnya masuk sesi presentasi dari Dr. Widya Priyahita Pudjibudojo MA Rektor Universitas Nahdhatul Ulama (UNU) Yogyakarta dengan Tema “Program dan Jurusan Unggulan di UNU Yogyakarta.”
Dilanjutkan kemudian dengan pemaparan dari Dr. H. Ferry Muhammadsyah Siregar, LC.MA Ketua RMI PWNU Jawa Barat dan Direktur International Study Center Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon dengan tema “Cara Membangun Pesantren dan Lulusan Pesantren Bertaraf Internasional dan Global: Belajar dari Pengalaman Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon dan Pesantren Unggulan lainnya di Indonesia.”
Acara berjalan dengan sangat antusias dari para pesertanya, dan di tutup dengan sesi fhoto bersama, kemudian dilanjutkan meninjau greenhouse yang ada dibelakang pesantren Al Itiffaq.
Pewarta Bambang Melga Suprayogi M.Sn.