Pesantren Anomali di Tengah Arus Teknologi
Pesantren merupakan institusi lembaga pendidikan non formal, yang bergerak dalam bidang pendidikan agama Islam, untuk mempersiapkan calon mubaligh, calon pemimpin keagamaan, dan pemimpin masa depan yang mampu menjadi teladan pada umat.
Sedang Anomali adalah, keadaan ganjil dan aneh yang tidak umum, diluar kewajaran, dan tidak normal.
Namun, hal yang agak sedikit mengganjal sekarang ini adalah, Ketika kita mendengar nama pesantren disebutkan, yang terpikir oleh kita adalah kehidupan alam pesantrennya yang menawarkan suatu pola pembiasaan pada para santrinya, untuk menjauhi modernisasi, dan berkutat pada menimba ilmu keagamaan dengan sistem konservatif yang kuat, sehingga elergi dengan perkembangan tekhnologi yang terus maju secara dinamis, dan terus berkembang sesuai semangat zamannya.
Memang Pesantren yang demikian hanya segelintir, tapi yang segelintir ini mampu menjadi virus yang akan merusak nama pesantren secara keseluruhan, alih-alih membangun nama baik dan citra harum, yang terjadi malah bagai nila setitik menghancurkan susu sebelanga.
Dan tentunya perlu di edukasi pesantren tersebut, oleh institusi yang menaunginya, dalam hal ini Kementerian Agama melalui Direktur Jenderal Pendidikan Islam, dan jika pesantren tersebut berafiliasi dengan ormas Islam, maka wajib ormas Islam itu melakukan pembinaan yang kontinyu, sehingga ada kesadaran untuk mengikuti tuntunan moralitas yang baik dalam kehidupan sosialnya.
Mungkin kita pernah melihat, Pesantren konservatif, yang melakukan penolakan arus kemajuan tekhnologi di pesantren konservatifnya tersebut, dan kita diajak menyaksikan perlakuan paradoks dari para pengelola pesantren, satu sisi ingin mengajarkan hal baik dalam membangun moralitas, tapi disatu sisi yang bisa disaksikan langsung, hal sebaliknya justru dilakukan.
Tergambar dari beberapa kejadian memilukan, bagaimana pihak pengajar di pesantren itu menghancurkan handphone dari milik para santrinya, ada yang dipalu, ditumbuk dengan batu, di banting, suatu tindakan yang tak patut, dan seharusnya juga tidak terjadi !
Apa tidak bisa di cari jalan tengah dengan baik ?
Tanpa perlu ada aksi demonstrasi penghancuran HP para santri yang begitu sangat disayangkan.
Dimana hal tersebut, memperlihatkan bentuk ketidakdewasaan, ketidakbijaksanaan, tidak mengedukasi, dan juga sangat memiriskan, yang justru menunjukan cara tak bermoral yang diperlihatkan, seperti upaya lain tidak bisa dilakukan dan mentok !
Bagaimanapun, unsur kesantunan, kemampuan bisa mengayomi, sikap dewasa, dan mampu membangun citra baik Pesantren yang santun, pesantren yang bisa mengedukasi dengan tepat, harusnya dikedepankan, sebab, pesantren sebagai pondasi awal dalam membangun sisi moral pada para santri untuk memiliki kesantunan adab, dan moralitas, adalah hal utama, ini penting karena, untuk mempersiapkan calon pemimpin unggul masa depan, yang berpandangan luas, dan berakhlakul Karimah.
Dan itu, bukan dengan cara membuat sensasi agar bisa menumbuhkan bibit ketakutan dan benci pada arus tekhnologi, yang mau tidak mau harus disikapi dengan penuh kebijaksanaan, dan pemahaman yang terintegral.
Kedepannya untuk tahun 2023, jangan ada lagi pesantren masa kini, yang mempertontonkan, mentransmisikan kejadian serupa dalam kanal YouTube, atau platform media lainnya, hingga kita cukup menyaksikan ritual pengrusakan Handphone dari para santri, yang dilakukan oleh tenaga pendidik dari pesantren yang ada, hanya di tahun 2022 ini saja, yang sebentar lagi akan berakhir dan berganti tahun.
Harus kita ingat juga, Handphone milik santri sendiri, itu bukan merupakan barang haram, layaknya Narkoba yang mesti dimusnahkan. Orang tuanya susah payah mengupayakan anaknya dibekali alat komunikasi itu, agar bisa memantau, dan berkomunikasi pada saat-saat tertentu, yang di izinkan pihak pesantren.
Ketika pihak pesantren tidak menghendaki adanya Handphone ada dalam wilayah pesantrennya, paling tidak harus dipikir sebijak mungkin cara yang tepat, tanpa merusak dan berbuat dosa merusak barang milik orang lain.
Dan adab ini juga, harusnya berlaku pada para pengajar di pesantren tersebut, agar moralitas, contoh yang baik sebagai teladan untuk santri, bisa di ikuti, dan pesantrennya sendiri tidak menjadi Pesantren yang Anomali, dalam perkembangan Dunia yang seharusnya bisa di ikuti.
Semoga Bermanfaat.
Bambang Melga Suprayogi M.Sn