Hati dan Kebahagiaan
Apa yang dicari semua orang di dunia ini ?
Tentunya tergantung niat dan tujuannya masing masing.
Semua orang memiliki harapan, punya mimpi, dan keinginan.
Itu yang mereka cari, itu yang ia kejar.
Maka ada yang mencari dunia, untuk mendapatkan harta sebanyak-banyaknya, karena tujuannya dunia, dan itu yang ia cari.
Ada sebagian lainnya lagi yang mencari akherat, sadar hidup itu singkat, dan ia mencoba mencari bekal serta mengumpulkan amal kebaikan sebanyak mungkin, untuk bawaannya pulang setelah kehidupannya berakhir.
Kita sesuai apa yang kita cari !
Kita nyaman, kita senang, dan kita bahagia melakukannya.
Apa seperti itu mencari bahagia ?
Semuanya seakan jadi hitam putih untuk dua hal tersebut.
Seperti garis tegas, pada pengolongan pilihan yang nampak, yang ingin kita capai, untuk hanya sekedar mendapat kebahagiaan, baik yang bahagianya di kejar saat di dunia, maupun yang diharap dapat nanti di akheratnya.
Pertanyaannya…
Apakah keduanya membawa kebahagiaan sejati, kebahagiaan haqiqi, kebahagiaan yang membawa batin kita bahagia dengan keadaan yang sebenarnya ?
Kenapa kita tak mencari hati ?
Kenapa kita tak berakrab dengan nurani ?
Upaya kita adalah mendapatkan kebahagiaan.
Kebahagiaan itu merupakan sumber energi kita, dan sumber kekuatan yang memberi arti pada hidup semua insan, bahwa kebahagiaan ini anugerah terindah Tuhan, yang kita bisa rasakan saat di dunia, dimana semua keindahan Tuhan tersebut, tidak hanya nanti di alam akhirat saja itu kita rasakan.
Mencari dan mendapatkan kebahagiaan…
Semuanya berawal dari titik nol, dalam mengejar dua hal yang di inginkannya itu.
Dari keadaan yang bisa jadi, untuk mendapatkannya, kita semua itu dipaksakan untuk menjejakinya, sebab awalan tersebut, pastinya perlu niat yang kuat, bagi kita untuk memulainya.
Awalan mengejar dunia, ataukah awalan mengejar akherat…
Pertama kali itu dilakukan oleh kita, atau semua manusia, tentunya di lakoni dengan kepahitan, memaksakan diri, hingga akhirnya terbiasa kita menjalani itu.
Sepertinya semuanya aman-aman saja.
Hanya tekad bulat dan kuat yang membedakannya.
Semua jalan harus di tuntaskan, tak sampai tujuan tandanya kita kurang fokus dan tidak mantap menjalaninya.
Kebahagiaan itu pada hakekatnya sederhana
Ia tak memerlukan kondisi yang terlalu dipaksakan.
Kesadaran menjalani atau melakoninya pun tak menuntut pengorbanan berlebihan, hingga kita memaksakan diri meraih apa yang kita cari.
Kebahagiaan itu bersembunyi di niat tulus dan ikhlas.
Saat ketulusan dan keikhlasan kita bisa diperbuat, maka kita bahagia….dan kebahagiaan kita dimulai dari terbukanya hati kita.
Harta bukan tujuan kita mendapat bahagia.
Pun akherat, bukan tujuan akhir kita bisa berharap bahagia di sana.
Sebab urusan akhirat kita nanti ditempatkan dimana, urusan tersebut, hanyalah kuasanya Allah yang maha pemurah dan penyayang, dengan Rahmat kemaha Rahmanan dan RohimNya.
Mendapatkan bahagia itu saat kita hidup.
Meraih bahagia itu ketika secara fisik raga dan Ruhani kita masih utuh menyatu, seperti sekarang saat hidup di dunia.
Bahagia itu ada dalam kehidupan kita, disetiap tarikan nafas kita. Dikeindahan yang mata bisa tatap, yang hidung bisa cium, yang telinga bisa dengar, dan yang rasa takala lidah bisa mengecap.
Itulah kebahagiaan yang Allah sudah beri perangkatnya.
Bahagia itu tidak macam-macam, dan tak mesti susah dan sulit.
Bahagia itu urusannya hati, maka pelihara hati kita terlebih dahulu agar murni bahagia yang kita dapat.
Hati kita kental bisa memfrekwensikan kebahagiaan.
Sehingga kebahagiaan kita akan sesuai dengan kadar kebesaran hatinya.
Kebahagiaan pun harus kita dapat sebesar-besarnya bisa terasa saat didunia. Karena dunia ini merupakan awal dari surga dan neraka kecil, yang Allah hadirkan sangat dekat dengan kita.
Maka ketika kita tak mendapatkan bahagia saat di surga kecil ini, pada masa kita hidup di dunia, berarti ada yang salah dalam hal kita memelihara kondisi hati kita, kondisi ikhtiar hidup kita.
Berbahagialah buat kita semua saat di beri hidup.
Urusan kepelikan, kesusahan, berawal dari kitanya sendiri yang salah jalan, jalan pilih, dan salah melangkah dengan niat awalnya.
Bila kita memelihara hati, insyaallah Allah akan menetapkan jalan lurus untuk kita lalui, sehingga terhindar dari godaan-godaan yang memabukkan, yang akan membuat jalan kitapun sempoyongan, dan akhirnya menjatuhkan kita, terperosok kekubangan nista berkepanjangan.
Niat akan meluruskan hati, hati akan memberi kekuatan untuk selalu benar, dan menyelamatkan kita, lalu kebenaran akan menuntun kita mendapat kebahagiaan, dan kebahagiaan menjadikan kita selamat dunianya, dan selamat akheratnya.
Alhamdulillah
Semoga bermanfaat.
Bambang Melga Suprayogi M.Sn
Ketua LTN NU Kabupaten Bandung