Ini Tugas Berat Organisasi Pembaca dan Penghafal Al-Qur’an NU
Karawang, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyah 3 Karawang KH Hasan Nuri Hidayatullah menyampaikan tugas berat Jamiyyatul Qurra wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQHNU) adalah bukan saja sebagai penjaga Al-Qur’an.
Masih banyak Muslim yang enggan mendaras Al-Qur’an. Jika pun sudah mendaras, tetapi orang itu tidak mau memahami hukum tajwid bacaannya. Sudah memahami hal tersebut, ia enggan mendalami isi dan maknanya. Bahkan ada yang sudah mendalami maknanya secara komprehensif, tetapi masih jauh dari pengamalannya.
“Ini adalah bagian dari tugas terberat yang dimiliki oleh Jamiyyatul Qurra wal Huffazh di masa yang akan datang untuk menjadikan Al-Qur’an lebih makmur di muka bumi yang kita cintai ini,” kata kiai yang akrab disapa Gus Hasan itu dalam sambutannya sebagai sahibul bait pada pelantikan dewan hakim Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Internasional Kedua dan MTQ Nasional Antarpondok Pesantren Kedelapan di Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyah 3, Cilamaya, Karawang, Jawa Barat, pada Kamis (12/7).
Hal itu, menurutnya, sudah dikeluhkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad saw.
يَا رَبِّ اِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوْا هَذَا الْقُرْاَنَ مَهْجُوْرًا
“Nanti suatu saat akan datang di mana kaum umat Islam yang mempunyai dasar utama adalah Al-Qur’an, justru banyak di antara mereka yang menghindari Al-Qur’an itu sendiri,” kata Gus Hasan menerjemahkannya.
Karena tugas berat tersebut, maka Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat itu menyatakan bahwa tidak ada yang lebih mulia dari mereka yang mengajarkan Al-Qur’an ataupun belajar untuk dirinya sendiri sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi.
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْاَنَ وَ عَلَّمَهُ
Sebaik-baik manusia adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya
Di samping itu, pada kesempatan tersebut, Gus Hasan juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada JQHNU karena telah ditunjuk sebagai tuan rumah. Ia percaya bahwa hal itu mendatangkan keberkahan baginya, pondok yang diasuh, dan Jawa Barat pada umumnya. Sebab, bukan hanya Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyah saja yang bertindak sebagai tuan rumah, katanya, melainkan juga PWNU Jawa Barat. (Syakir NF/Abdullah Alawi)
Sumber : NU Online
Baca juga resensi buku lainnya :
- Terbelit Dalam Kubus Tanpa Batas. Kontak pembelian : 0895-2851-2664. Link resensi, klik.
- Jejak Perjuangan K.H. Ahmad Hanafiah. Kontak pembelian : 0821 1682 5185 (Sandi). Link resensi, klik.
- Gerakan Syiah di Nusantara: Anasir Berimbang Sejarawan Muda. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
- Sejarah Pergerakan Nasional. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
- Historiografi Islam dan Momi Kyoosyutu. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
- Jalan Sunyi dan Rambut Gimbal : Sebuah Interpretasi atas Kehidupan Gus Qomari. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
- Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
- Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.