Istiqomah dalam Sawah
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Indonesia adalah negara agraris. Negara yang berlimpah hasil buminya. Begitu suburnya tanah negeri ini hingga “..Tongkat kayu dan batupun jadi tanaman… “, kata Koes Plus. Kopi, kelapa, coklat, pisang, rambutan hingga durian begitu berlimpah di negeri ini, tak ketinggalan pula adalah hamparan sawah yang menghasilkan beras.
Sawah menjadi sangat strategis posisinya dalam keberlangsungan kehidupan negeri ini. Betapa tidak, mayoritas penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokoknya. Bahkan sebagian besar orang di negeri ini tetap merasa belum makan, kalau belum makan nasi, walaupun sebelumnya sudah makan bubur kacang hijau, mie instan, ubi rebus atau ketan bakar. Demikianlah pentingnya posisi beras (nasi) bagi sebagian besar kita.
Di balik nikmatnya kita menyantap nasi plus segala rupa lauk pauknya, terpikirkah oleh kita betapa satu butir nasi yang kita makan melibatkan jutaan hektar sawah, ribuan ton pupuk, ribuan liter pembasmi hama, ribuan jam kerja, jutaan petani yang menggarapnya serta jutaan butir keringat dan bahkan air mata? Butir – butir nasi itu juga menjadi saksi bagi segenap keuletan, kedisiplinan, kesabaran, ketabahan, tanggung jawab, keberanian, kekuatan, dan keikhlasan para petani. Butiran nasi itu seolah berkata kepada setiap penikmatnya bahwa dalam hidup tidak ada yang instan, tidak ada yang langsung jadi. Dibutuhkan keringat dan air mata untuk menjalani suatu proses panjang kehidupan hingga akhirnya kita petik buah keberhasilan.
Butiran nasi ini juga mengingatkan kita kepada petani yang seolah mengajarkan kita untuk tetap menjalani kehidupan ini dengan istiqomah, apapun profesinya. Untuk mencapai keberhasilan dan kemenangan di manapun dan dalam situasi apapun, yang dibutuhkan adalah istoqomah. Istiqomah dalam perilaku, istiqomah dalam bekerja, istiqomah dalam berdoa, istiqomah dalam keyakinan, dan istiqomah dalam menjaga hubungannya dengan Sang Pemilik Alam Semesta.
Seandainya para petani itu tidak istiqomah, niscaya satu butir nasipun tidak akan sampai ke mulut kita. Petani harus tetap menjaga istiqomah dalam bersawah demi menjaga keberlangsungan kehidupan manusia. Para petani harus tetap istiqomah untuk tidak tergoda meninggalkan sawahnya. Para petani harus tetap istiqomah menjaga sawah dari para cukong yang mencoba menyulap sawah menjadi kawasan yang menghasilkan limbah. Para petani harus tetap istiqomah terus menanam padi di sawah agar burung-burung tidak punah. Para petani harus tetap merawat sawah agar bebegig tidak menjadi sampah. Demikian hebatnya istiqomah, hingga ada pepatah bahwa “Satu istiqomah lebih baik daripada seribu karomah”. Tetaplah istiqomah para petani penjaga sawah. Keberadaanmu, bagi kehidupan adalah anugerah dan berkah.
tribute to Kasidah Sawah (karya Kyai Abdullah Wong), Karawang, 21/09/2018
Jakarta, 22 September 2018
Pakdhe Ozi