Kang Bambang Melga Berkunjung ke Pesantren Ciwedus, Mama Kiai Ahmad Shobari, di Desa Gandamekar Cilimus Kuningan
Jumat 24/03/2023, Kali ini, untuk hari ketiga di bulan Ramadhan, kang Bambang Melga mengunjungi Pesantren Ciwedus, yang terletak di daerah Cilimus, tepatnya di wilayah Gandamekar, yang berjarak dari rumah ibunda penulis di daerah Randobawa Ilir, yang hanya berjarak beberapa kilometer saja. Berkendara ke sana hanya cukup 15 menit saja untuk sampai ke tujuan.
Menuju ke Pesantren Ciwedus peninggalan Mama Shobari, tempatnya sangat mudah didatangi, berada didaerah kaki pegunungan Ciremai yang asri, dengan suasana perkampungan daerah Pasundan yang kental akan keindahan alamnya.
Jika kita mendatangi daerah Ciwedus sekarang ini, jalan ke arah sana sudah sangat enak dilalui, itu berkat pemerintah daerah kabupaten Kuningan, yang selalu bebenah dalam membangun jalan sebagai sarana transportasi buat masyarakatnya, yang selalu mendapat prioritas utama, sampai-sampai jika kita masuk gang-gang kecil di Kabupaten Kuningan, bahkan ke jalan menuju daerah pemakaman umum, yang ada di seluruh Kabupaten Kuningan, jalan-jalan kecil itu semuanya sudah beraspal, tak hanya jalan utama, atau jalan rayanya saja. Luarbiasa kabupaten Kuningan, dipimpin oleh Bupati, H. ACEP PURNAMA, SH., MH.
Belasan, atau puluhan tahun kebelakang, tak ada yang hafal dan tahu di daerah Ciwedus Gandamekar, Kabupaten Kuningan, ada seorang waliyullah yang wafat dan di makamkan disana.
Beliaunya meninggalkan warisan Pesantren, yang sudah terjepit diantara bangunan-bangunan sekolah kokoh yang ada disekelilingnya, yang dibuat oleh para keturunannya, sehingga keberadaan pesantrennya sendiri kini, hanya menempati 15% nya saja dari keseluruhan luas tanah yang ditinggalkan Mama Ciwedus, seluas 825 tumbak atau 1 Hektar.
Makam Mama Ciwedus, atau Mama Shobari, berada persis di belakang bangunan sekolah, di pemakaman keluarga besarnya, yang sepintas jika pernah ke makam Gus Dur, makamnya berada di area pesantren, persis seperti dipemakaman mama Ciwedus ini.
Di pesantren Ciwedus saat penulis datang pagi hari Jumat kemarin, suasana masih sepi, baru setelah penulis duduk-duduk agak lama, seorang ibu menyapa penulis mau bertemu siapa, dan akhirnya ia menyampaikan kedatangan penulis ke Kiai Kang Mustofa Aqil bin Abdul Ajib, bin Kiai Aqil, bin Kiai Ahmad Sobari, atau generasi ke tiga dari Mama Ciwedus, Kiai Ahmad Shobari. Beliau inilah yang mau berkhidmah melanjutkan keberadaan Pesantren Mama Ciwedus ini.
Sambutan kepada penulis dari Kiai Musthofa Aqil sangat hangat, akhirnya, perbincanganpun terjadi diantara kami dengan sangat akrab.
Apalagi setelah kita tersambung dalam satu sanad ke guruan, kepada Mang Haji Abah, seorang Kiai yang menjadi panglima komando haulnya mama Ciwedus, dari pesantren Hidayatul Hikmah kampung Gajah Eretan, Desa Gajah Mekar Kutawaringin Kabupaten Bandung, yang akan dituliskan kisah pesantrennya, dalam tulisan selanjutnya oleh penulis, untuk kita kupas.
Siapa Mama Ahmad Shobari ini ?
Mama Ahmad Sobari, atau mama Ciwedus, merupakan seorang Kiai pinunjul dari daerah Kuningan, yang ajarannya, terus menyebar ke banyak daerah, bahkan sampai ke kabupaten Bandung, daerah Nagreg dan sekitarnya, juga sampai daerah Tasikmalaya, ke Manonjaya, dimana Pesantren Miftahul Huda, uwa Khoer Afandi Manonjaya, sanad keilmuannya dari Mama Kiai Ahmad Sanusi Gunung Puyuh Sukabumi, dari Kiai Ahmad Suja’i Kudang Tasikmalaya, dan terakhir bermuara ke Kiai Ahmad Shobari Ciwedus Kuningan. Begitupun pengaruh ajaran Pesantren Ciwedus ini, menjangkau dan mewarnai beberapa pesantren lainnya baik di daerah Cirebon, Majalengka, Kandang Sapi Cianjur, Sukabumi, Ciamis, bahkan sampai ke daerah Tebu Ireng Jawa Timur yang di bawa oleh Kiai Syamsuri Baedowi ke Tebuireng Jawa Timur, KH Ilyas di daerah Cibeunteur (Banjar) dan masih banyak lainnya.
Kiai Mama Shobari, lahir tahun 1831 dan wafat beliaunya tahun 1916 di Ciwedus Kuningan, dan di makamkan di area pesantren Ciwedus.
Mama Kiai Ahmad Shobari merupakan seorang Ulama besar dari Ciwedus, desa Timbang, Gandamekar, Cilimus kabupaten Kuningan Jawa Barat. Beliau adalah salah satu santri Syaikhona Moh. Cholil Demangan Bangkalan, Madura. Dan dari Syaikhuna Mbah Cholil ini, Mama Kiai Ahmad Shobari diberikan ijazah khusus oleh Syaikhona Cholil berupa kitab Fathul Mu’in. Mama Shobari sendiri seangkatan saat mesantren di Bangkalan, dengan kakeknya habib Luthfi Pekalongan, yaitu habibana Hasyim.
Sehingga saat Habib Luthfi datang ke Ciwedus pada saat Haul Mama Kiai Ahmad Shobari, itu untuk mengingatkan kembali, baik keluarga besar mama Kiai Ahmad Shobari, maupun masyarakat setempat, bahwa ada yang harus dibanggakan dari wilayah Ciwedus ini, yakni keberadaan Pesantren peninggalan Mama Kiai Ciwedus, juga para pendahulunya yang merupakan ulama kenamaan untuk wilayah kabupaten Kuningan, bahkan Jawa Barat.
Pesantren Ciwedus sendiri pada jaman Kiai Mama Shobari merupakan kelanjutan dari Mama Adro’i, mama Andro’i dari mama Syuaeb, dimana mama Syuaeb sendiri melanjutkan dari mama Tubagus Kalamudin, sehingga pada saat mama Shobari melanjutkan pesantren itu, ia adalah generasi ke empat pelanjut Pesantren Ciwedus. Dan di tangan mama Kiai Ahmad Shobari inilah keberadaan Pesantren Ciwedus menjadi Pesantren yang dicari banyak orang untuk tujuan nyantri, mencari ilmu, dan ngalap berkah dari mama Kiai Ahmad Shobari yang merupakan waliyullah pada masanya di awal abad ke 19 itu.
Pesan dari mama Kiai Ahmad Shobari, ” Ka masyarakat / santri gampang nyana ngaku ka Kula sebagai santri na, nu penting Kula ngaku ka nyana sebagai santri kaula, terus keun naon nu ku Kula di tanam keun sing istiqomah , sabar ,tawakal , ikhlas Dina nyebar keun manhaj nu kula di ajar keun ( ulah sampe Ninggal keun ratubul hadad Jeung debaaan / marhabanan solat berjamaah ngaji sing istiqomah sanajan santri Ngan hiji , nyana ulah neangan santri tapi Mun Aya santri gera Didik sing bener Jeung rawat.”
Arti dari pesan ini adalah, “memang mudah mengaku sebagai santri saya, tapi yang penting saya pun mengakui kalian sebagai santri saya, lanjutkan apa yang sudah saya lakukan, Istiqomahkan, bersabar, ikhlas dalam menyebarkan faham yang saya ajarkan, jangan sampai meninggalkan Ratibul Hadad, dan Debaan / Marhabanan, sholat, ngaji harus diIstiqomahkan walau santrinya cuma satu, kamu jangan mencari santri, tapi bila ada santri segera didik dengan benar, dan harus di pelihara dengan baik.”
“Pesen secara bhatin nu ka tampi : gampang nyana ngaku sebagai duriyah Kula nu terpenting Kula ngaku ka nya sebagai duriyah Kula , terus keun naon nu ku Kula geus di tamnam keun di Ciwedus sing jejeg panjeung ulah ka bawa ku jaman.”
Ada juga pesan secara batin yang didapat oleh Kiai Musthofa Aqil, dari mama Kiai Ahmad Shobari yang mengatakan,” gampang kalian mengaku sebagai keturunan saya, yang terpenting saya mengakui kamu sebagai keturunan saya, teruskan apa yang sudah saya lakukan di Ciwedus, harus punya sikap, jangan terbawa pengaruh jaman.”
Ada lagi pesan lainnya, “Jangan membanggakan keturunannya siapa, tapi harus menjadi kebanggaan keturunan.”
Pesan yang penuh makna bahasa kiasan ada dalam pesan Mama Kiai Ahmad Shobari yang mengatakan,” kamu sudah memiliki kolam, tinggal kamu merawatnya saja, kalo ada sampah, segera buang, kalo ada yang bolong segera tutupi, nanti juga arnya akan mengalir sendiri.”
Amalan yang sering dilakukan Mama Kiai Ahmad Shobari adalah, Dzikiran Ratib Al Hadad dan melaksanakan Maulid Deba, atau maulid Nabi serta menyantuni anak-anak yatim, dan orang-orang tak mampu.
Mama Kiai Ahmad Shobari adalah seorang ahli suluk, penganut tarekat Syattariyah, yang diajarkan ayahnya, yang juga sebagai seorang Mursyidnya.
Pesantren Ciwedus kini dikelola oleh cicitnya, KH. Musthofa Aqil, setelah di tahun 2012, mendapat wangsit untuk segera meninggalkan pekerjaannya, dan usahanya di Tangerang, untuk kembali ke Ciwedus melanjutkan menghidupkan pesantren peninggalan Mama Kiai Ahmad Shobari itu.
Dari tahun 2010 sebetulnya Kiai Musthofa Aqil sudah ada yang mengingatkan buat kembali ke Ciwedus, menurut orang tua yang memberitahunya, buyutnya sudah sangat sering memanggilnya, karena apapun usaha yang ia jalankan, tidak akan bertunas, dan memiliki akar yang baik.” Sudah kamu pulang ke Ciwedus, dan tidak akan susah makan kamu itu.”
Demikian pesan itu terus tergiang, hingga tahun 2012 itulah titik balik dari sikap yang harus ia putuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Ciwedus.
Usaha kang Kiai Musthofa Aqil, yang sekarang diamanahi mendidik 9 santri, ia melakukan ikhtiar menghidupkan pesantren Ciwedus, dengan beternak kambing yang berjumlah 5 ekor, memelihara ikan, dan bertani.
Ia memiliki 2 putri, yang satu sedang akan menyelesaikan sekolahnya di pesantren Mbah Maimun Zubair, sarang Rembang, dan satunya lagi masih kelas 2 SMP, bersama istrinya ia melanjutkan pengelolaan Pesantren Ciwedus.
Banyak pesantren kini bermunculan, namun pesantren Ciwedus tetap masih memiliki keunggulannya sendiri, itu karena, nama mama Kiai Ciwedus masih tetap ada di hati masyarakat Kuningan, Jawa Barat, bahkan Indonesia.
Ya, Mama Ciwedus, atau mama Kiai Ahmad Shobari, ia itu tetaplah masih hidup, jiwanya, spiritnya, dan pesan-pesannya terus digaungkan, dan jadi pegangan, walau raganya sudah menyatu dengan tanah, tapi kebarokahannya tetap ada bersama orang yang mencintainya.
Kita jangan beranggapan para kekasih Allah itu telah mati, tapi mereka masih hidup, dan mereka selalu berada dalam limpahan karunia Allah yang teramat besar.
Kini Pesantren Ciwedus, Alhamdulillah sudah bergeliat, dan dikenali kembali banyak Umat Islam, Pesantren ini hidup kembali, setelah mati suri, bahkan hampir tengelam.
Alhamdulillah, penerus Kiai Ahmad Shobari, merupakan keturunan yang Soleh, yang terus menghiasi doa-doa yang selalu terpanjatkan buat para leluhurnya, dan inilah bukti 3 amal yang tak terputus, Sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak, cucu, dan cicitnya yang soleh.
Beberapa bantuan untuk menghidupkan pesantren Ciwedus ini, datang dari beberapa kerabat Kiai Musthofa Aqil, yang masih keturunan mama Ciwedus, terutama dari kang Wawan Shaqir, ponakan kang Kiai Musthofa Aqil, seorang pengusaha di Malaysia, yang sempat mempertemukan para cicit Kiai Ahmad Shobari, dengan cicit dari guru Kiai Ahmad Shobari, yaitu cicit dari tuan syekhuna Kiai Kholil Bangkalan Madura di Malaysia yang dipererat kembali jalinan silaturahminya.
Dari perbincangan penulis dengan kiai Musthofa Aqil, beliaunya berharap masukan dan saran untuk pengembangan Pesantren Ciwedus, yang Alhamdulillah, masukan-masukan dari penulis, khususnya untuk mengembangkan area bagian belakang dari pesantren jika memungkinkan bisa, ini akan sangat menarik.
Bagian belakang pesantren harus dibenahi, hal eksotik justru ada di bagian belakang pesantren itu sendiri, karena dekat dengan sungai yang berair jernih, dan berbatu-batu, indah, dan asri.
Sehingga jika dibuat tempat untuk bersantai, untuk tempat menginap para penziarah, tentunya mereka akan kerasan berlama-lama di Ciwedus ini, dan dengan demikian, itu bisa jadi jalan ikhtiar menghidupkan suasana pesantren itu sendiri nantinya.
Untuk para kaum muslimin yang hendak berziarah ke makam, Mama Ciwedus Kiai Ahmad Shobari, sebaiknya bisa membantu menghidupkan geliat ekonomi pesantren Ciwedus ini, dengan memesan kuliner makanan khas yang bisa dipesan, baik dari hasil tani, dan perikanan, maupun ternak ayam unggas, yang bisa di hidangkan secara dadakan, harganya tentu ekonomis dan terjangkau oleh para penziarah, silahkan bisa kontak Kang Kiai Musthofa Aqil jika kita hendak berziarah ke Ciwedus, di nomor 081313119250 ini.
Insyaallah pada tanggal 8 Mei 2023, malam Selasa bada Isya, akan di adakan Haul Mama Ciwedus, ke 107 tahun. Silahkan untuk umat Muslim dimanapun berada, yang berniat menghadiri, bisa datang pada waktunya nanti.
Semoga hasil liputan ini bermanfaat buat kita semua. Dan menjadikan hikmah, kebaikan akan perjuangan para alim ulama kita dalam menegakan Agama Allah ini… Alhamdulillah.
Pewarta Bambang Melga Suprayogi M.Sn