Kebahagiaan dalam Perspektif Spiritualitas Sains
Dr. H. Srie Muldrianto, MPd. Purwakarta – Topik kebahagiaan menjadi menarik pembicaraan mulai dari agamawan, ilmuan, filosof, sastrawan, budayawan dan kita semua. Kebahagiaan menjadi dambaan setiap manusia. Berbagai aliran filsafat, agama, psikologi kerap berbeda tentang bagaimana caranya untuk bahagia. Namun paling tidak dalam kesempatan ini saya akan membahas tentang kebahagiaan dalam pandangan spiritualis Sains. Pada umumnya kita menilai bahwa untuk bahagia dapat ditempuh melalui kesuksesan yang bersifat material dan meraihnya melalui pengetahuan sains. Namun di awal abad ini lahir sebuah teori baru yang membahas kebahagiaan dari perspektif sains dengan pendekatan spiritual. Bagaimana konsep spiritual dalam pandangan sains? Bagaimana spiritual sains dapat membuat manusia bahagia?
Kesuksesan
Sering kita menganggap bahwa untuk bahagia kita harus menguasai alam. Benarkah dengan menguasai alam manusia dapat bahagia? Kebahagiaan seperti itu biasanya kita sebut kesuksesan. Apa itu kesuksesan? Kesuksesan adalah tercapainya kebutuhan dan keinginan manusia. Untuk menjadi manusia sukses perlu skill yang bersifat umum dan skill yang bersifat khusus. Skill umum yang harus dikuasai oleh peserta didik di era disruption menurut para ahli ada 4 keahlian yaitu critical thinking, creatif, colaboration, dan comunication. Skill khusus adalah kemampuan peserta didik yang sesuai dengan minat dan bakat siswa, oleh karena itu belajar merdeka dapat mejadi solusi bagi kemajuan pendidikan di masa depan. Tak dipungkiri bahwa kesuksesan pasti dibutuhkan oleh manusia tapi apakah dengan sukses manusia pasti bahagia?
Untuk menjawab pertanyaan ini perlu kiranya kita bahas jenis-jenis kesuksesan. Paling tidak ada 4 tipe orang sukses yaitu :
- Kesuksesan seseorang justru membawa pada kesengsaraan. Contoh kasus ada orang yang asalnya dari keluarga miskin ikut audisi lomba dan akhirnya sukses menjadi juara. Tapi apa yang terjadi setelah menemukan kesuksesan tuntutan hidup dan gaya hidupnya berubah akhirnya malah menjadi tidak tenang terlibat NARKOBA atau akhirnya bunuh diri.
- Kesuksesan yang menyebabkan orang lain sengsara. Misalnya seseorang menjadi sukses tapi dengan merugikan orang lain. Memiliki pabrik besar tapi pabriknya mencemari lingkungan hidup.
- Kesuksesan yang tidak merugikan orang lain. Dirinya sukses tapi tidak memberi manfaat pada orang lain juga tidak merugikan orang lain.
- Kesuksesan yang keempat adalah kesuksesan yang juga memberi manfaat (berkah) bagi orang lain dan mungkin berdampak pada kemajuan orang lain dan alam sekitarnya.
Ternyata kesuksesan belum tentu membawa kebahagiaan. Penderitaan dan kegagalan suatu realitas dalam kehidupan yang dapat mengantarkan manusia pada kebahagiaan jika kita dapat memaknainya secara positif. Apa itu kebermaknaan (meaning)?
Kebermaknaan Hidup (Meaningfull)
Victor E. Frankl menulis sebuah buku yang berjudul Man’s Search for Meaning. Isi buku tersebut menceritakan tentang pengalaman penderitaannya ketika dia ditawan tentara Nazi di Auschwitz dan Dachau Jerman. Pengalaman hidupnya di kamp tahanan membuat dirinya tersadar bahwa kehidupannya yang sangat menderita di kamp jika terus diratapi akan membawanya pada kehancuran. Frankl seorang psikiater yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang kondisi kejiwaan seseorang.
Oleh karena itu ia bertekad ingin mengembangkan pengetahuannya agar menjadi karya yang bermanfaat. Ia memiliki harapan dan cinta kepada istrinya. Ia berharap akan bebas dari penjara dan melakukan sebuah penelitian tentang kejiwaan. Harapan dan cinta itulah yang membangkitkan semangat Frankl untuk terus berjuang membantu tahanan lain. Penderitaan yang dialaminya dimaknai sebagai latihan untuk menempa kemampuannya dalam bidang psikologi. Baginya penderitaan yang ia alami dimaknai sebagai sebuah keindahan sebab ia menikmati kerja risetnya. Dia juga berupaya membantu/memotivasi tawanan sebagai obyek risetnya. Ia menemukan sebuah formula atau teori. Bagi ilmuan menemukan teori dan formula merupakan keindahan. Kemudian Frankl dikenal sebagai penemu teori Logoterapy.
Untuk dapat memaknai sebuah penderitaan diperlukan kemampuan self control (pengendalian diri/ emosi) dan kekuatan spiritual (cinta, keindahan dan harapan). pengendalian emosi dalam menyikapi situasi yang tidak mengenakan memerlukan kesabaran dan latihan. Sedangkan harapan dan cinta diperlukan agar kesabaran dan daya upaya yang dia lakukan akan berdampak kelak. Kekuatan spiritual inilah yang diperlukan oleh manusia agar kita dapat mengambil hikmah, makna dari penderitaan.
Kesimpulan:
Kebahagiaan dapat diraih melalui sains. Untuk bahagia manusia memerlukan upaya atau ihtiar. Ihtiar manusia melibatkan persepsi pikir dan rasa atau kendali emosi. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kebahagiaan dapat diraih jika manusia dapat mengendalikan diri untuk memaknai sebuah peristiwa. Harapan, cinta, dan keindahan merupakan kunci keberhasilan manusia untuk bahagia.
Namun sayang harapan, cinta, dan keindahan dalam perspektif sains terbatas pada ruang dan waktu. Sementara harapan, cinta, dan keindahan dalam perspektif agama jauh lebih agung, luas, dan tanpa batas. Harapan seorang beriman tidak hanya di dunia tapi juga di akherat kelak, cinta seorang yang beriman kepada Tuhan YME, keindahan yang dirasakan seorang yang beriman adalah hakekat keindahan yang menciptakan seluruh keindahan. Tapi beragama tidak menjamin orang bahagia jika tidak berihtiar untuk memaknai hidup.
Tentang Penulis : Dr. H. Srie Muldrianto, MPd, Ketua PC MATAN (Mahasiswa Ahli Thoriqoh al Mu’tabaroh An Nahdliyah) NU Purwakarta, Pengurus HIPAKAD (Himpunan Putra Putri Keluarga Angkatan Darat) Purwakarta