KH Ahmad Manshur Santiong Wafat

Almarhum Ceng Amas adalah aktivis NU sejati. Hingga wafatnya ia masih tercatat sebagai mustasyar PWNU Jawa Barat. Sebelumnya ia pernah menjadi Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Bandung (2011-2016).
Dalam peta pesantren tradisi di Jawa Barat, Pesantren Santiong Cicalengka, termasuk salah satu jugjugan para santri kelana. Pada masa Ajengan Emed, santri dari berbagai daerah berdatangan untuk tabarrukan mengaji kitab tafsir Jalalain. Cara Mama Santiong ini menerjemahkan kitab Jalalain (ngalogat) dirujuk sebagai satu standar, sebagaimana para santri merujuk Ajengan Utsman dari Pesantren Sadang, Wanaraja, Garut untuk pembacaan Alfiyyah dan Ajengan Choer Affandi dari pesantren Miftahul Huda Manonjaya untuk pembacaan Jauhar al-Tauhid.
Sebagai pelanjut, KH Umar Basri (Ceng Emon) dan KH Amas Manshur, mempertahankan Santiong sebagai pesantren tradisi dan tidak membuka sekolah umum. Ajengan Emon menegaskan, “Santri anu anakna teu jadi santri deui, eta santri anu kaduhung jadi santri.” Santri yang anaknya tidak jadi santri lagi, itu berarti ia menyesal pernah jadi santri.
Follow Channel LTNNU Jabar di Whatsapp untuk mendapatkan update artikel terbaru. Klik Link ini >> Channel LTNNU Jabar
Kini kedua penerus itu telah wafat. Ceng Emon wafat pada 12 Agustus 2018 dan Ceng Amas wafat pada 13 November 2018. Namun para penerus pesantren Santiong sudah dipersiapkan jauh-jauh hari. Anak-anak dari kedua ajengan itu telah dibekali ilmu keislaman dengan mengaji di berbagai pesantren.
Kita bersaksi bahwa almagfurlah KH Ahmad Manshur adalah pribadi yang saleh dan mukhlis. Al-Fatihah …
(Iip Yahya)
Sumber : NU Jabar Online