Kisah Kesaksian Hadirnya Rasulullah saat Mahallul Qiyam
Selasa malam Rabu, 23 Januari 2018, pukul 21.30 lebih.
Malam ini aku baru saja masuk rumah setelah sebelumnya sejak ba’da shalat Isya tadi aku bersilaturahim ke rumah seorang teman: Ustadz Iman Baihaki. Kami berbincang banyak hal terutama soal rencana pendirian pesantren di Kota Tegal.
Di tengah perbincangan malam ini Ustadz Baihaki menyampaikan kepadaku bahwa ia memiliki jam’iyah binaan yang kegiatannya membaca maulid nabi. Menurutnya, ada salah satu anggota jam’iyah, seorang anak kecil yang masih duduk di kelas 4 SD, yang bila saatnya mahallul qiyam anak itu pasti jatuh semaput, tak sadarkan diri. Ini selalu terjadi setiap kali si anak mengikuti pembacaan maulid dan sampai pada sesi mahallul qiyam.
“Bahkan,” sambung sang ustadz, “pernah satu ketika ibunya mendapat giliran jam’iyahan ibu-ibu di kampungnya. Para ibu anggota jam’iyahan itu sudah hadir dan memulai membaca maulid. Sementara si anak asyik bermain di halaman rumah. Anehnya ketika masuk sesi mahallul qiyam di mana para ibu itu berdiri, si anak yang sedari tadi asyik bermain tiba-tiba menghentikan permainannya dan berlari menuju pintu dan serta merta berdiri tegak di depan pintu. Tak berapa lama kemudian ia terjatuh, pingsan.”
“Setiap kali itu terjadi ia baru sadar dari pingsannya setelah sesi mahallul qiyam selesai,” imbuh Ustadz Baihaki.
Setelah hal ini beberapa kali terjadi sang bapak mencoba bertanya perihal apa yang dialaminya. Pada mulanya si anak diam. Namun setelah berulang ditanya akhirnya si anak bercerita, “Setiap kali mulai mahalaul qiyam saya selalu melihat tempat dibacanya maulid penuh sesak dengan ribuan orang. Wajah mereka bercahaya. Namun di tengah-tengah mereka ada satu orang yang bisa saya lihat tubuhnya namun tak bisa saya lihat wajahnya, karena cahaya yang terpancar sangat luar biasa terang sekali.”
Siapa orang-orang itu?
Si anak bercerita, “Ada Abu Bakar Sidiq, ada Umar, Fatimah, Khadijah dan sebagainya.”
“Bagaimana kau mengenali mereka?” tanya Ustadz Baihaki.
“Karena mereka mengenalkan diri pada saya.”
Ustadz Baihaki melanjutkan ceritanya, “Bahkan ketika di masjid Agung sedang dibaca maulid dan sampai pada mahallul qiyam pun anak itu yang berada di rumah sempat pingsan. Ia mengaku melihat masjid agung penuh sesak dengan hadirnya ribuan orang saat mahallul qiyam.”
“Saya pernah menyampaikan hal ini kepada beberapa ulama dan habaib, termasuk kepada Kiai Subhan Makmun (pengasuh Pesantren Assalafiyah Luwungragi Brebes dan Rais Syuriyah PBNU). Mereka mengatakan bahwa ini benar, cahaya yang terang benderang itu yakin adalah Baginda Rasulullah, dan meminta saya untuk menjaga anak tersebut.”
Mendengar cerita temanku yang alumni hadramaut ini bulu kudukku tiba-tiba berdiri, merinding. Aku merasa bersyukur bahwa silaturahmiku malam ini benar-benar memberi keberkahan. Aku makin yakin pada apa yang disampaikan para guru, bahwa ketika mahallul qiyam Baginda Kanjeng Nabi Muhammad hadir di tengah-tengah kita.
Maka malam ini ketika aku baru saja masuk ke dalam rumah, kuraih alat tulisku, kutulis kisah penuh berkah itu.
Bagi Anda yang mempercayai kehadiran Kanjeng Nabi di saat mahallul qiyam semoga kisah ini menambah keyakinan Anda itu. Dan bagi Anda yang hanya mempercayai bahwa kebenaran hanya ada pada materi teori dan logika, maka tak harus percaya. Tetaplah pada keyakinan bahwa mata dan akal logika adalah segalanya.
Yazid Muttaqin, santri alumni Pondok Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan Solo, kini bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara di lingkungan Kemenag Kota Tegal.
Sumber : NU Online