Kisah Para Ulama Rela Membeli Bolpoint Mahal Hanya untuk Menulis
Waktu adalah salah satu anugerah yang diberikan oleh Allah SWT kepada para hambanya, untuk menjalani kehidupan yang ada di dunia sebagai bekal menjalani kehidupan di akhirat nanti. Banyak para ulama terdahulu yang memanfaatkan waktunya dengan berbagai cara, mulai untuk beribadah, berdakwah, menulis dan hal-hal bermanfaat lainnya.
Salah satu ulama yang sangat menghargai waktunya untuk hal yang bermanfaat, seperti menulis adalah Ishom al-Balkhi. Beliau adalah salah satu ulama Madzhab Hanafi, sekaligus ahli hadis dari Balkh. Salah satu kisah beliau sebagaimana dirangkum oleh Abdul Fattah Abu Guddah dalam kitabnya Qiymatuzzaman Inda Ulama yang dikutip dari Manaqib Imam Abu Hanifah adalah ketika beliau membeli bolpoin seharga satu dinar hanya untuk menulis apa yang terlintas seketika di dalam pikirannya dan yang terjadi di hadapannya.
Baginya umur itu pendek, sedangkan ilmu begitu luas. Oleh karena itulah, orang yang sedang menuntut ilmu tidak boleh membuang-buang waktunya dan harus memanfaatkan waktunya yang ada, salah satunya adalah dengan menulis. Karena ilmu tidak hanya didapat dari bangku sekolah saja, tetapi juga dari realitas kehidupan yang sedang dijalani. Dan yang paling penting adalah mencatat segala sesuatu yang ada dan bermanfaat, baik itu yang berasal dari guru maupun yang lainnya.
Kisah ulama lainnya yang rela membeli mahal bolpoin hanya untuk menulis adalah Muhammad bin Salam al-Bikandi, guru Imam al-Bukhari. Suatu ketika Muhammad bin Salam al-Bikandi sedang mengikuti majlis ilmu imla’, yaitu sebuah metode pengajaran menulis bahasa Arab.
Ketika gurunya sedang menjelaskan dan mendikte para muridnya, termasuk Muhammad bin Salam Al-Bikandi, tiba-tiba ditengah pelajaran ternyata bolpoint Muhammad bin Salam al-Bikandi rusak. Kemudian beliau memerintahkan untuk membeli bolpoint satu dinar, lalu datanglah bolpoint yang dibelinya tersebut dan beliau melanjutkan belajarnya.
Bagi sebagian orang, ketika menghadiri majelis ilmu dan lupa membawa peralatan untuk menulis atau alat tulis itu rusak, malas untuk mencari penggantinya. Atau ketika sedang berjalan-jalan malas mencatat hal-hal yang bermanfaat dan cukup mengingatnya. Padahal itu semua adalah ilmu.
Ilmu jika hanya dihafal saja tentu akan hilang karena keterbatasan otak manusia. oleh karena itulah, untuk mengikat ilmu agar tidak cepat hilang, salah satunya adalah dengan menulisnya. Sebagaimana sebuah syai’r yang pernah diungkapkan oleh Imam Syafi’I;
العلم صيد والكتابة قيده # قيد صيودك بالحبال الواثقة
Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya # ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat.
Salah satu tali pengikat yang kuat untuk ilmu supaya tidak cepat lupa dan hilang adalah dengan menulisnya. Selain tidak hilang, juga akan bermanfaat untuk banyak orang suatu saat nanti.
Salah satu kenikmatan dari sang pencipta yang ada dalam kehidupan manusia adalah diberi kesehatan dan bisa memanfaatkan waktu yang ada. Pada masa dahulu, zaman belum canggih seperti saat ini, teknologi berkembang begitu cepat, semuanya bisa dilakukan dengan cepat, termasuk salah satunya adalah menulis.
Para ulama terdahulu ketika ingin menulis harus bersusah payah menyiapkan tinta, kertas dan bolpoint tutul. Namun saat ini, menulis bukan hanya di buku dengan menggunakan tinta, bisa di laptop, bisa di handphone, dan alat elektronik lainnya. Dengan kecanggihan teknologi tersebut, sudahkah kita bisa memanfaatkan waktu yang ada untuk hal-hal yang bermanfaat untuk sesama?
Wallahu a’lam.