The news is by your side.

“Kok Nggak Khusyuk yah, Padahal Sudah Takbir loh ?”

Hafifudin Al Munawar – Mengenal salat tentunya tidak luput dari sejarahnya pada tahun ke 10 kenabian, kala itu Nabi Muhammad sedang di landa kesedihan, bagaimana tidak 2 pilar penting yang sangat berjasa bagi perjuangan Islam kala itu harus berpulang ke hadirat Sang Pencipta .Hingga tibalah saatnya Allah SWT menghibur Nabi Muhammad dengan meng-isro’ mi’roj-kannya yang kemudian turunlah perintah untuk melaksanakan salat.

Mengenal salat sendiri tentunya umat Islam sudah sangat erat, karena menjadi kewajiban bagi seluruh umat. Bahkan tentang syarat-syarat hingga rukun yang terkandung di dalamnya. Namun tidak sedikit seorang musling yang masih meraba raba, masih mencari bagaimanakah menjadi kusyuk saat melaksanakan ibadah tersebut.

Banyak yang merasa bahwa salatnya terganggu dengan Pikirannya sendiri. Memang dhahirnya terlihat salat namun Pikirannya ke mana-mana. Tentunya sangat sulit untuk tidak memikirkan yang lain entah karena pekerjaan, keluarga, sekolah ataupun tugas kuliah dan lain sebagainnya.

Ternyata cara agar khusuk bisa tercipta saat salat sudah terkandung di dalam salah satu rukun salat itu sendiri, ya tepatnya rukun fi`li yang pertama, yaitu takbiratul ihram. Takbiratul ihram menjadi sebuah rukun dalam salat lantaran adanya sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim:

“إذا قمت إلى الصلاة فكبر” البخاري رقم: 757، مسلم رقم: 397″

“Ketika kamu berdiri hendak melaksanakan sholat maka bertakbirlah.”

Takbiratul ihram mengandung faedah yang sedang kita cari-cari ,agar salat kita menjadi khusyuk. Dalam kitab Fathul Mu`in dijelaskan bahwa agar kita menjadi kusuk yah dengan takbiratul ihram itu. Dengan kita melafalkan takbir yaitu Allahu akbar, maka akan tercipta rasa bahwa Allah maha besar hingga terciptalah rasa takut dan tak berdaya. Alhasil kita akan benar-benar merasakan bahwa tidak ada dzat yang patut di sembah kecuali Ia. Itu ketika memang kita mendalami dan menyelami makna dari takbiratul ihram itu terlebih dahulu.

Ibaratnya kita menghadap seseorang yang berpengaruh dengan mempunyai kekuasaan yang luas seperti Presiden ataupun seorang Kiai. Kemuliaannya pasti akan membuat kita menghadap dengan rasa takut, tawadu’ dan khitmah, apalagi menghadap Allah Tuhan semesta alam ini.

Tidak berhenti di situ saja kita tentunya sudah tahu bahwa takbiratul ihram dalam salat diulangi hampir setiap pergantian rukun. Bukan tanpa alasan tapi agar rasa khitmah, rasa takut yang telah tercipta saat mendalami takbiratul ihram itu terus ada hingga akhir salat. Sehingga terciptalah kekusyukan sampai akhir salat.

Maka dari itu bisa kita mengerti, sebenarnya setiap rukun ataupun syarat yang ada di dalam salat bukan sekedar formalitas atau hanya untuk ada-adaan saja. Namun terdapat faedah dan tujuan yang terkandung di dalamnya yang harus kita dalami dan fahami.

Penulis
Hafifudin Al Munawar

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.