Kyai Yayan, JRA dan Ujian NU Menghadapi Orang yang “Kerasukkan”
Tb Chep Zulfikar Natanegara – Bagi praktisi Jam’iyyah Ruqyah Aswaja (JRA) di seluruh Indonesia, tentunya hafal betul seluk-beluk orang kerasukan. Sayap dakwah Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) yang fokus mendakwahkan al-Qur’an sebagai syifa’ ini paham menangani orang kerasukan Jin, abreaksi atau gangguan kejiwaan. Ruqyah memainkan perannya, disini dakwah bil quran JRA An Nahdliyyah dibutuhkan.
Bukannya tanpa resiko, para Kyai dan santri di JRA An Nahdliyyah, harus terbiasa menghadapi ancaman, diteror oleh jin, dukun dan orang kesurupan, baik pelakunya karena kemasukan Jin ataupun akibat abreaksi dan gangguan kejiwaan.
“Kami tidak ambil hati, soal ocehan, omongan orang kesurupan, tapi kalau main tangan mau dipukul ya menghindar”, kata Ajengan Asep Abdurahman, Sekretaris JRA Sumedang.
Namun ada bentuk kerasukkan lain yang tak kalah membahayakan dan tak kalah gencar melakukan serangan, teror maupun ancaman. Kerasukkan jenis ini biasanya disebabkan kebencian, kurangnya literasi atau menjadi korban hoax.
“Satu sisi mereka adalah pelaku fitnah, ujaran kebencian karena kurangnya literasi, tapi di sisi lainya mereka juga korban hoax, menerima berita tanpa tabayyun”, Ujar Kyai Jajat yang juga Sekretaris LDNU Sumedang.
Akibatnya, dari mereka ini seringkali terlontar pernyataan yang menyerang, menyalahkan, merendahkan, menghina atau lainnya terhadap Amaliyah Aswaja An Nahdliyyah, kepada pimpinan dan juga tokoh-tokohnya. Sebagian di maafkan oleh pengurus & warga NU, sebagian lagi perlu masuk ranah hukum agar ada efek jera.
Sudah tak terbilang orang-orang yang melakukan hal tersebut kepada NU dan tokoh-tokohnya. Tak terkecuali yang mereka lakukan kepada KH. Yayan Bunyamin S.Th., M. Phil. baru-baru ini.
Kiai pengasuh Pesantren Rahmat Semesta Tambakbaya, Sukaraja, Kab. Tasikmalaya dan Direktur Aswaja Center Kota Tasikmalaya yang dikenal sebagai salah satu cendekiawan muda NU ini dituduh Komunis atau PKI oleh oknum TTM ( Tetangga Tapi Menyebalkan).
Kontan saja tuduhan yang merendahkan dan menghina KH. Yayan Bunyamin ini mendapat reaksi keras. Tak kurang, Ketua Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Tasikmalaya dan juga Pengurus Cabang (PC) Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Ciamis menyatakan sikap kepada Pemerintahan Kabupaten Ciamis, Kapolres dan Dandim Ciamis.
“Saya sudah memerintahkan kepada LBH GP Ansor utk mendampingi Kiyai Yayan dan mendesak aparat dalam hal ini Polres Ciamis untuk segera melakukan penyelidikan, karena tuduhan PKI berbaju tokoh agama islam itu tuduhan yang serius, ini penghinaan dan pencemaran nama baik” Ucap Asep selaku Ketua GP Ansor Kabupaten Tasikmalaya. (sumber : PW Ansor Jabar Online)
Kyai Yayan ini memang dikenal aktif menyuarakan pentingnya membentengi Aswaja An Nahdliyyah. Sebagai Tim Instruktur MKNU Jawa Barat, Kyai Yayan sangat menguasai dan mampu menjawab semua tuduhan, pelecehan, penghinaan terhadap Amaliyah Aswaja An Nahdliyyah, tentunya dengan data fakta literatur baik dari kitab Turots yang valid dan kredibel. Beliau adalah salah seorang angkatan muda NU yang mewakafkan diri dalam membela Aswaja dengan argumentasi berdasarkan Al-Qur’an, hadits, dan qaul-qaul ulama.
Baik Kyai Yayan maupun JRA dan semua warga serta pengurus NU punya tugas yang sama, mendakwahkan ajaran Islam Aswaja An Nahdliyyah di Indonesia dan seluruh dunia.
Praktisi Aswaja An Nahdliyyah Sumedang, Ajengan Rd Badhen Syambas menyatakan, “Jam’iyyah NU didirikan dengan tujuan membentengi umat Islam dari wahabisme & radikalisme, juga Li Mashlahatil Ummah.
Maka kemudian untuk membentengi paham Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) anNahdliyah, warga & Jam’iyyah NU hendaknya mengenal tentang Manhaj (metode) Salafi Wahabi. Abu Zahroh dalam kitabnya “Thoriqul Madzahib” mengungkapkan tentang berbagai manhaj yang ada dalam Islam.”
Menurut Mang Badhen, beliau hafal betul pelaku penyerangan ke tokoh dan amaliyah NU adalah umumnya orang yang mengikuti prinsip kebenaran tunggal, seperti kelompok wahabi, khawarij, menganggap diluar kelompoknya semua salah.
“Tapi terkadang pelaku ujaran hoax, serangan ke tokoh ulama NU, secara amaliyah juga Aswaja, bisa jadi karena kurangnya membaca, data, literasi dan korban hoax, itulah pentingnya MKNU dan PKPNU “, tambah Mang Badhen yang juga ketua MWC NU Tanjungsari Sumedang.
Apapun itu, kita tidak boleh main hakim sendiri, jika yang sakit dan kesurupan orang awam, jangan dibully, tapi di dakwahi, di obati, diruqyah jampe NU.
Andaikata pelaku ‘kesurupan’ adalah kaum terpelajar, cendekiawan, tokoh masyarakat atau agama, perlu adanya silaturahmi dan dialog, jangan main ruqyah dan rehabilitasi . Minimal ajak ngopi. “
*Tb Chep Zulfikar Natanegara
Peneliti Aswaja An Nahdliyyah
Penyintas 2 Alam
Ketua PC JRA Kab Sumedang