Lakpesdam: Salah Gunakan Medsos Rapuhkan Akhlak Bangsa

Jakarta, NU Online
Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) prihatin atas kondisi bangsa Indonesia yang semakin hari terlihat menyepelekan nilai-nilai akhlak. Padahal, misi agama Islam turun ke muka bumi tidak lain adalah menyempurnakan akhlak yang mulia.
Sekretaris Lakpesdam PBNU, H Marzuki Wahid mengatakan, perkembangan teknologi harus diimbangi dengan komitmen masyarakat dalam menjaga norma-norma agama, hukum, dan sosial. Upaya itu untuk menjaga persatuan dan kesatuan antar anak bangsa. Jangan ada lagi ujaran kebencian, penghinaan yang diutarakan di media sosial.
“Ya saya sangat prihatin dan sedih. Masyarakat sekarang sangat permisif menerima berita hoaks, fitnah, dan ujaran kebencian. Ini akibat beberapa sebab. Di antaranya adalah fondasi akhlak yang rapuh,” kata H Marzuki kepada NU Online, Sabtu (15/6).
Ia menuturkan, pengguna medsos yang mudah terpapar hoaks dan fitnah disebabkan oleh pemahaman agama yang masih minim. Memahami agama sebatas pengetahuan dan ritual.
Dirinya mengingatkan kepada masyarakat agar menyaring informasi yang diterima, jangan disebar terlebih dahulu apalagi percaya begitu saja. Khawatir informasi tersebut bermuatan fitnah dan mengandung narasi negatif. Ia menegaskan, di antara akhlak mulia adalah tidak berbohong dan terlibat fitnah atau hoaks.
“Di antara akhlak mulia adalah tidak berbohong alias selalu jujur, tidak memfitnah, tidak membenci yakni selalu mengasihi dan menyayangi, tidak melakukan kekerasan, tidak merusak, tidak memaki-maki, tidak dendam, dan sejenisnya,” ucapnya.
Selain itu, lanjut Marzuki, salah satu penyebab rapuhnya akhlak anak bangsa adalah tidak bijak menggunakan media sosial. Tidak bisa membedakan mana berita bohong dan benar, berita yang mendidik dan tidak, dan mana medsos yang memuat ajaran agama yang benar dan mana medsos yang hanya memolitisasi agama.
“Nah, di sini perlu ada edukasi publik yang mencerahkan dan membebaskan. Agama harus menjadi teladan dan mampu mengubah kehidupan umat manusia menuju kesempurnaan akhlak yang mulia, yakni jujur, adil, ramah, penuh cinta kasih, bijak, dan maslahat,” tuturnya.
Untuk mengantisipasi rapuhnya akhlak anak bangsa, kata tokoh muda NU ini, agamawan, ulama dan ustadz harus menjadi teladan akhlak mulia di tempat tinggalnya masing masing. Bukan sebaliknya, memprovokasi, melakukan kekerasan, melakukan ujaran kebencian, menyebarkan kebohongan, dan melakukan fitnah.
“Fitnah dan bohong, apalagi provokasi melakukan kekerasan adalah tindakan kriminal dan melawan hukum. Oleh karena itu perlu ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku agar jera dan sebagai pendidkan publik,” ucapnya.
Seperti diketahui, data Kementerian Komunikasi dan Informasi RI menyebutkan, ada sekitar 800.000 situs di Indonesia yang telah terindikasi sebagai penyebar informasi palsu.
Internet dan medsos salah dimanfaatkan oknum tertentu untuk keuntungan pribadi dan kelompoknya dengan cara menyebarkan konten-konten negatif yang menimbulkan keresahan dan saling mencurigai di masyarakat. Peristiwa inipun menjadi pemicu baru terjadinya perselisihan di masyarakat. (Abdul Rahman Ahdori/Muiz)