Membangun Solidaritas dalam Beragama

Jika tidak demikian maka Pak Bambang akan semakin ekslusif di tengah-tengah mayoritas muslim. Sebab ke-kristenannya saja sudah sedemikian membuatnya terasing, apalagi  jika beliau bersikap intoleran dan tidak menghargai nilai-nilai ” keumuman” dan kelaziman, bahkan yang telah menjadi keharusan dalam masyarakat, yang oleh Petter L Berger disebutnya sebagai pre-defined pattern of conduct. Tidak melakukannya berarti berdosa secara sosial.

Sikap seperti yang dilakukan Pak bambang penting dalam menjaga kesatuan masyarakat yang majemuk, yang tercipta dalam sejarah yang panjang. Globalisasi kadang menciptakan efek yang aneh, bahwa dalam proses globalisasi itu sendiri menimbulkan reperkusi kembalinya beberapa kelompok orang kepada nilai-nilai primordial yang mengancam nilai-nilai universal. Salah satunya adalah radikalisme dan fundamentalisme agama. Kampanye tentang universalisme dan globalisasi akan berkonfrontasi dengan fundamentalisme dan radikalisme. Terbukti dalam sejarah kontemporer, kelompok-kelompok radikal dan fundamental, khususnya di dunia Islam, tumbuh subur di tengah-tengah penetrasi idiologi universal yang berkembang dalam tata dunia baru.

Maka apa yang dialakukan Pak Bambang penting, untuk merekatkan kembali kohesifitas nasional bangsa kita yang terancam oleh tumbuh suburnya radikalisme dan fundamentalisme, yang sering bersumber dari dalam agama.***