Menaker Dorong Keselarasan Antara Input Tenaga Kerja dengan Kebutuhan Pasar
Menteri Ketenagakerjaan RI Hanif Dhakiri mengatakan perlu terus dilakukan upaya konsolidasi agar terjadi keselarasan antara input tenaga kerja dengan kebutuhan pasar.
Hal itu sampaikannya saat menjadi pembicara utama pada Seminar Nasional “Membangun Indonesia” yang digelar KMNU IPB di Aula Gedung Andi Hakim Nasoetion IPB, Kamis (25/5) siang.
Ketidakseimbangan suplay dan demand tenaga kerja, ujarnya, tergambar dengan kisaran hanya 37 persen lulusan perguruan tinggi yang bekerja sesuai dengan jurusannya.
“Dunia berubah begitu cepat. Teknologi juga berubah cepat. Itu mempengaruhi gaya hidup kita. Salah satunya mengakibatkandari lulusan perguruan tinggi hanya sekitar 37 persen yang match (sesuai) dengan jurusannnya saat memasuki dunia kerja,” papar Hanif.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, Hanif menegaskan salah satu yang menjadi kuncinya adalah pelibatan dunia industri dan terobosan dari perguruan tinggi.
“Saya juga berharap ada terobosan dari perguruan tinggi dalam pengelolaan SDM kita agar semakin baik. Dari 131 juta tenaga kerja, masih didominasi lulusan SD dan SMP,” tambahnya.
Hanif juga menyampaikan yang paling penting dalam era kompetitif, harus dibangun dengan karakteristik dan semangat kompetensi.
“Karakteristik seperti etos kerja, kejujuran, kedisiplinan, menjadi hal yang harus diperhatikan. Saya pernah menanyakan kepada para pengusaha, bila harus memilih antara karyawan yang kurang ahli tetapi jujur dan karyawan yang mahir tetapi tidak jujur, ternyata para pengusaha memilih karyawan yang tidak ahli tetapi jujur,” cerita Hanif.
Di tengah berbagai tantangan dan kesulitan, Hanif mendorong agar para mahasiswa tetap memiliki harapan dan optimisme dalam menjalani hidup. Menurutnya kita harus bersyukur hidup di Indonesia yang diwarnai semangat keislaman khas Nusantara.
Semangat keislaman tersebut juga harus dijaga agar masyarakat dapat melaksanakan ibadah dengan damai, sehingga saat bekerja pun dilalui dengan tenang, tidak ada aksi peperangan, demonstrasi apalagi terorisme. (Kendi Setiawan/Fathoni)
Sumber : NU Online