Merasa Hebat
Lihatlah mereka yang merasa hebat !
Lihat juga perjalanan kejatuhan Iblis, saat ia merasa sama hebatnya.
Merasa hebat adalah penyakit hati.
Penyakit para manusia amatiran, manusia yang kurang makan asam garam kehidupan.
Di mana manusia semacam ini, adalah manusia yang tak faham sama sekali sejarah, bahwa, Allah selalu memperjalankan manusia lewat proses perputaran kehidupan.
Sudah sunatullohnya, bahwa jika kita tengah berada di atas, pastinya suatu waktu nanti, kita juga akan jatuh kebawah pada saatnya, itu…andai waktu tak lagi berpihak pada kita.
Dan ini tak banyak disadari !
Manusia lupa diri, untuk mentapaquri setiap kehidupan yang terjadi.
Di sangkanya yang jaya tetap jaya, yang maju akan selamanya melesat.
Diatas tak selamanya.
Di bawah pun demikian.
Posisi semua di rotasi oleh Allah.
Atas kehendaknya semua di perjalankan.
Hal ini sebagai sebuah gambaran, Allah memberi pelajaran pada setiap peristiwa yang terjadi.
Pastinya, posisi yang di bawah, akan di angkat pada kebaikan, untuk merasakan, bagaimana ia bisa berada di atas, dengan RidhoNya.
Manusia yang berkarakter baik, terbentuk oleh didikan keluarga, lingkungan, dan pengalaman berharga dari hidupnya.
Kehidupan akan membentuk bagaimana ia memahami baik dan buruknya kehidupan…jika ia mengambil pelajaran dari ini, maka ia akan menjadi manusia waspada, yang selalu ingat akan nikmat luarbiasa dari Tuhannya yang telah melebihkannya dari orang lain.
Dan andai ia lupa pada apa yang telah Allah hikmahkan bagi hidupnya, dimana ia telah mengambil banyak pelajaran.
Maka ia sama, seperti lupanya sahabat Nabi, Tas’labah yang awalnya merupakan orang beriman, Soleh, dermawan saat ia masih miskin, dan setelah Allah berkahi kekayaan lewat hewan dombanya yang terus beranak Pinak memenuhi bukit sekitaran Mekkah, ia akhirnya menjadi seorang yang sombong, pelit, kikir, lupa pada Allah, lupa pada Nabinya yang telah memberinya do’a, dan lupa pada kebaikan yang harusnya melekat padanya, karena dulu ia adalah seorang yang sengsara.
Manusia sombong adalah manusia yang tak terdidik ahlaqnya.
Hatinya tertutup butiran debu yang menutup kebeningan nuraninya.
Ia lahir bagaikan anak ular yang membahayakan siapapun.
Dan andai, ia pun tertempeli iblis, syaetan yang menjadi figur rujukannya, walau ia tak menyebutkan itu, tapi lihat… sikap, karakter, dan sifatnya, yang tak jauh dari gaya, sifat, dan karakter, dari yang menjadi rujukannya, yakni, si Iblis itu sendiri.
Syaetan atau Iblis itu sombong, ia selalu merasa lebih hebat dari manusia, dan itu…sampai ia di turunkan ke Bumi, bawaan kesombongannya tetap masih melekat kuat.
Kesombongan itu seperti sebuah ajaran, ia bagai sebuah ideologi, atau faham yang dijejalkan pada manusia, supaya si manusia tidak disukai di kalangan manusia lainnya.
Kesombongan merupakan bibit pemusnah untuk adanya kebaikan, dan hidupnya nurani.
Kesombongan juga merupakan racun yang mematikan hati.
Sifat kesombongan ini terus ia ajarkan dan sebarkan ke setiap keturunan Adam, oleh iblis, dan antek-anteknya, supaya anak cucu keturunan musuhnya ini, sama tak selamat seperti dirinya, baik ketika di dunia, maupun di akheratnya… Naudzubillah Min Dzalik.
Maka mohonlah pertolongan pada Allah semata.
Mohon kiranya kita di jauhi dari bersikap sombong, dan merendahkan orang lain.
Merasa hebat, boleh saja !
Tapi itu berlaku, ketika kita sendiri saja, saat berjuang mendekati Allah dengan berperih-perih, dan dalam ketaatan tentunya. Nah, disana… silahkan buat diri kita, untuk bisa mencapai puncak kehebatan spiritualnya… Alhamdulillah.
Dan akan salah kaprah, ketika perasaan hebatmu, di perlihatkan pada manusia lainnya, itu namanya ujub, Jumawa, dan Sombong luarbiasa…hal ini insyaallah akan kita coba usir dari diri kita, tentunya juga, dengan pertolongan Dia yang maha mensucikan niat kita, Alhamdulillah.
Semoga bermanfaat.
Bambang Melga Suprayogi M.Sn
Ketua LTN NU kab Bandung.